1 Yohanes 1: 1  Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup — itulah yang kami tuliskan kepada kamu.

Surat Yohanes ini sebenarnya ditulis untuk menjawab masalah yang timbul akibat berbagai ajaran sesat yang beredar pada masa itu, dimana ada orang-orang yang dahulunya merupakan bagian dari kumpulan orang-orang percaya, tetapi ternyata kemudian meninggalkan persekutuan jemaat. Mereka inilah yang kemudian memutarbalikkan Injil dengan mempertanyakan keilahian Yesus, bagaimana Kristus bisa menjelma menjadi manusia, atau menyatakan bahwa ketaatan, hidup kudus dan terpisah dari dosa sudah tidak diperlukan lagi atas dasar iman yang sudah menyelamatkan.

Banyak orang percaya yang terbeban untuk meluruskan ajaran-ajaran sesat yang sedang beredar tersebut, namun tidak banyak yang dapat memberikan penjelasan dan jawaban yang lengkap, tepat dan akurat seperti yang diberikan oleh Yohanes melalui surat-suratnya. Mengapa demikian? Jawabannya adalah karena Yohanes memiliki “kekayaan” yang luar biasa yang ia peroleh sendiri secara pribadi dari Yesus Kristus. Apa yang ia bagikan kepada banyak orang adalah hasil pengiringannya kepada Yesus semasa Yesus berada di bumi, di tengah murid-murid-Nya.

Memang benar bahwa Yohanes bukanlah satu-satunya murid Yesus, namun kenyataannya tidak semua murid mampu menyerap banyak hal dari Yesus seperti yang Yohanes. Ia memperoleh banyak pengajaran yang berharga ketika ia mendengar Yesus berkotbah dan mengajar di tengah-tengah orang banyak, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana berbagai mujizat dilakukan Yesus, dan ia juga pernah mengalami pengalaman yang menakjubkan saat bersama Yesus dan murid-murid lainnya, seperti mengalami terjangan angin badai di atas perahu namun diredakan secara luar biasa oleh Yesus, dll. Bahkan tidak ada murid selain dirinya yang berani menyandarkan kepalanya di dada Yesus. Semua pengalaman yang luar biasa inilah yang dibagikan Yohanes kepada banyak orang untuk menjawab semua keragu-raguan jemaat Tuhan.

Inilah pesan yang Tuhan berikan bagi kita minggu ini, yaitu apakah yang dapat kita bagikan kembali kepada banyak orang apabila kita sendiri tidak memiliki “kekayaan” apa-apa. Dan “kekayaan” yang dimaksud bukanlah sekedar materi yang dapat dihitung jumlahnya saja, meskipun itu termasuk, tetapi juga tentang berbagai harta kekayaan yang tak terhitung nilainya, seperti iman, kasih, pengetahuan akan kebenaran, kebajikan, pengalaman, dan lain-lain. Alangkah malangnya, apabila kita sebagai orang percaya yang sudah menerima segala yang baik dari Tuhan berkata bahwa kita tidak memiliki apa-apa untuk dibagikan.

Beberapa hal yang perlu kita ketahui tentang hal membagikan, yaitu:

(1). Membagikan adalah menyalurkan kembali apa yang kita telah dengar, lihat, saksikan, alami

1 Yoh. 1: 1  Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup — itulah yang kami tuliskan kepada kamu.

Tidaklah mengherankan kalau Yohanes termasuk penulis kedua terbanyak dalam Perjanjian Baru setelah rasul Paulus, karena ternyata keduanya memiliki kesamaan dalam hal kerinduannya untuk membagikan banyak hal lewat hidup mereka. Apakah keduanya adalah orang-orang kaya yang terpandang sehingga mudah bagi mereka untuk membagi-bagikan “harta” mereka? Rasul Paulus memang berasal dari latar belakang orang terpandang, meskipun setelah terjun ke dalam pekerjaan Tuhan ia bekerja sebagai pembuat tenda hanya sekedar untuk menghidupi pelayanannya. Yohanes juga tidak dikenal sebagai orang kaya seperti Markus. Berbicara tentang membagikan bukanlah soal kaya atau tidak kaya, melainkan apakah kita sudah pernah menerima sesuatu yang baik dari Tuhan dan pekerjaan-Nya atau tidak?

Yohanes memiliki terlalu banyak hal yang luar biasa, baik dari Tuhan Yesus semasa hidup-Nya di bumi, maupun pasca kenaikan-Nya ke Sorga. Rasul Paulus bahkan termasuk rasul paling muda yang belum pernah berjumpa dengan Yesus secara langsung pada waktu itu. Namun keduanya memiliki “kekayaan” yang luar biasa, karena apa yang telah mereka dengar tentang Yesus, apa yang pernah mereka lihat, apa yang pernah mereka saksikan dan alami, kemudian mereka bagikan kembali kepada banyak orang. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita mengalami semuanya itu? Setiap orang percaya ada sebagaimana ia ada hari ini, semua karena telah menerima segala yang baik terlebih dahulu dari Tuhan.

(2). Membagikan adalah bukti kekayaan orang percaya

1 Yoh. 1: 2  Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami.

Ada perbedaan yang sangat menyolok mengenai “definisi kekayaan” antara menurut pandangan dunia dan pandangan Alkitab. Dunia menganggap bahwa orang yang memiliki kekayaan adalah orang yang memiliki banyak, entah berupa uang, kendaraan, emas, permata, dan lain sebagainya. Namun Alkitab memiliki pandangan yang berbeda. Orang yang disebut kaya bukanlah mereka yang memiliki banyak, melainkan orang yang memberi atau membagikan banyak, terlepas apakah orang yang membagikan tersebut adalah orang kaya ataupun bukan orang kaya, selain bahwa ketulusan hati tetap menjadi salah satu penilaian dari Tuhan. Ada orang yang memiliki banyak, tetapi menahan banyak. Ada pula orang yang tidak memiliki banyak, namun membagikan banyak.

Satu alasan mengapa Yohanes tidak pernah menahan-nahan untuk terus membagikan segala yang baik yang ia miliki dalam hidupnya termasuk berbagai pewahyuan yang luar biasa, adalah karena ia bukan sekedar pernah mendengar, pernah melihat, pernah menyaksikan, dan pernah alami, melainkan karena ia senantiasa mendengar, senantiasa melihat, senantiasa menyaksikan, dan senantiasa mengalami. Dan semua itu dapat disimpulkan dalam satu kalimat, yaitu karena Yohanes memiliki Sang Sumber Hidup yang sama dengan kita, yaitu Yesus Kristus. Karena terhubungannya dengan Sang Sumber membuat ia tidak pernah khawatir akan kehabisan hal untuk dibagikan.

Masih banyak hal yang dapat dijelaskan tentang apa yang dimaksud dengan membagikan. Namun satu hal yang dapat kita simpulkan, yaitu tanda bahwa kita telah memperoleh banyak dari Tuhan adalah kesediaan kita untuk membagikannya kembali kepada orang lain, mau menceritakannya kembali, mau menjangkau orang-orang yang belum mengenal Kristus untuk turut juga mengalaminya.

Tuhan Yesus memberkati!

30 November 2014 – Bagikan Apa Yang Telah Kita Peroleh

| Warta Jemaat | 0 Comments
About The Author
-

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.