30 Juli 2017 – Respon Benar Yang Menghasilkan Kemenangan

2 Samuel 15: 13-37 (30) Daud mendaki bukit Zaitun sambil menangis, kepalanya berselubung dan ia berjalan dengan tidak berkasut. Juga seluruh rakyat yang bersama-sama dengan dia masing-masing berselubung kepalanya, dan mereka mendaki sambil menangis. 
 
Setiap kita tentunya pernah atau mungkin sedang menghadapi problema. Pada prinsipnya kita tidak bisa menghindar dari yang namanya persoalan, tetapi yang terpenting adalah bagaimana sikap atau reaksi kita saat menghadapi masalah itu. Apabila bersikap benar, maka kita akan dapat mengatasi masalah itu dengan baik. Point sesungguhnya bukan ukuran dan jenis masalahnya, namun bagaimana reaksi kita terhadap persoalan tersebut. Oleh karena itu kita harus memiliki sikap yang benar, antara lain tidak berfokus pada besarnya masalah, karena ini dapat membuat kita semakin terpuruk dengan masalah tersebut.
 
Tindakan benar yang harus kita lakukan adalah lebih berfokus pada Tuhan, karena Yesus sanggup memberikan pertolongan pada kita. Oleh sebab itu, sebesar apapun persoalan yang terjadi kita harus tetap dapat berfokus pada Tuhan sehingga iman kita juga semakin dikuatkan.
 
Jangan mudah menyerah ataupun pesimis ketika menghadapi persoalan. Bersama Tuhan selalu ada jalan keluar dan tidak ada jalan buntu. Tuhan juga akan selalu memberikan kita kekuatan di dalam menghadapi setiap persoalan, semua masalah pasti dapat kita tanggung di dalam Dia (Flp. 4:13). Selain itu kita juga harus dapat menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan, bergantunglah hanya pada-Nya dan jangan memakai kekuatan diri sendiri, sebab kemampuan kita sebagai manusia sangat terbatas, sedangkan kuasa Tuhan tidak dibatasi apapun. 
 
Ayat di atas mengisahkan bagaimana raja Daud harus kembali menjalani hidup dalam pelarian. Jika dahulu dia pernah sekian lama melarikan diri dari kejaran raja Saul, sekarang dia harus melarikan diri dari Absalom, anaknya sendiri. Absalom dengan segala kelicikannya telah diam-diam mengambil hati rakyat Israel daripada Daud. Setelah Absalom merasa telah mendapat dukungan dari rakyat, ia kemudian mengangkat dirinya menjadi raja di Hebron. Setelah menjadi kuat, maka ia bersiap masuk ke Yerusalem untuk menggulingkan Daud dari tahta raja Israel. 
 
Lewat pesan-Nya ini, Tuhan mau kita belajar lagi dari seorang yang bernama Daud. Buat Daud ini merupakan sebuah problema yang tidak ringan. Bayangkan, musuh-musuh telah ia kalahkan sepanjang perjalanan hidupnya. Ia tidak pernah takut dan tidak pernah kalah di dalam setiap peperangan yang dihadapi. Namun kali ini ia berhadapan dengan anaknya sendiri. Seorang yang pernah ia besarkan, namun berbalik hendak menggulingkan tahtanya, bahkan tidak segan-segan menghabisi nyawa ayahnya sendiri. Ada berbagai pertimbangan yang Daud ambil mengapa ia tidak balik memerangi Absalom.
 
Tuhan mau kita belajar berespons benar dari persoalan yang dialami Daud ini. Seringkali bukan besarnya persoalan yang mengalahkan banyak orang percaya, melainkan respons salah yang dimunculkan yang akhirnya mendatangkan kekalahan. Mari kita belajar berespons benar dari Daud, beberapa di antaranya adalah:
 
(1). Menempatkan Tuhan sebagai Raja di hidupnya
 
2 Sam. 15:25 Lalu berkatalah raja kepada Zadok: “Bawalah tabut Allah itu kembali ke kota; jika aku mendapat kasih karunia di mata TUHAN, maka Ia akan mengizinkan aku kembali, sehingga aku akan melihatnya lagi, juga tempat kediamannya.
 
Sudah menjadi kebiasaan bagi raja-raja di Israel untuk selalu membawa Tabut Allah di dalam setiap peperangan yang mereka hadapi. Tabut Allah dipercaya melambangkan kehadiran Allah atas umat-Nya. Dimana Tabut Allah berada mereka percaya bahwa di situ pasti kemenangan terjadi. Ayat di atas mengatakan bahwa Daud tidak ingin Tabut Perjanjian mengikuti dia. Seperti dalam 1 Sam. 22:3 ketika Daud tidak ingin orang tuanya bersama dengan dia menuju tempat yang tidak jelas, demikian juga sekarang dia tidak ingin Tabut Perjanjian dan imam Zadok dan Abyatar mengikuti dirinya dan dipaksa pergi ke tempat yang belum jelas. Kalimat Daud sangat menyentuh. Dia mengatakan bahwa dia belum tentu akan selamat kali ini. Tetapi jika Tuhan berbelas kasihan, maka dia pasti akan kembali ke Yerusalem dan melihat kembali Tabut Perjanjian Tuhan. 
 
Kemenangan di dalam kisah ini bukan bagaimana Daud harus mendapatkan tahtanya kembali dari tangan Absalom. Sebaliknya, kemenangan yang sesungguhnya justru terjadi ketika Daud baru akan meninggalkan tahtanya di Yerusalem dengan tidak membawa Tabut Allah. Bagaimana mungkin? Kemenangan telah terjadi dari perubahan cara Daud menilai Tuhan. Tuhan telah memulihkan Daud dengan memberikan kepada dia hati yang kembali berfokus kepada Tuhan, bukan kepada sebuah benda semata-mata bernama Tabut. Daud tidak memanfaatkan Tabut Allah dengan cara yang salah. Dia tidak mau tabut itu digunakan untuk menjadi jimat dalam peperangan supaya dia aman. Asal Tuhan yang hidup menjadi Raja yang sesungguhnya di dalam hidupnya, itu sudah cukup bagi Daud. Itulah kemenangannya!
 
(2). Menempatkan Tuhan sebagai Guru terbaiknya
 
2 Sam. 15:26 Tetapi jika Ia berfirman, begini: Aku tidak berkenan kepadamu, maka aku bersedia, biarlah dilakukan-Nya kepadaku apa yang baik di mata-Nya.”
 
Setiap kita pasti pernah jatuh ke dalam dosa. Setiap kita pernah mengalami keadaan yang sangat menyedihkan karena pemberontakan kepada Tuhan. Tetapi yang membedakan seorang benar dengan orang yang kerohaniannya palsu adalah responsnya dalam menyadari kesalahannya. Kerohanian yang benar ditujukkan dengan adanya pertobatan sejati dan sungguh-sungguh untuk mau hidup suci. Namun sebaliknya, ada yang merasa benar sekalipun telah melakukan dosa dan merasa tidak perlu bertobat. Ini bukanlah ciri seorang dengan kerohanian yang benar. Itulah sebabnya, kita seringkali salah menilai orang ketika orang itu sedang ada di dalam problema, karena sebuah problema acapkali menjadi titik balik kehidupan seseorang. Entahkah pada orang itu terjadi pemulihan rohani dan pengenalan akan Tuhan atau sebaliknya, terjadi kemerosotan rohani.
 
Daud adalah manusia berdosa, sama seperti kita semua. Dia telah melakukan hal-hal yang tidak bisa dibayangkan akan dilakukan oleh orang seperti Daud. Tetapi inilah faktanya. Tidak ada seorang pun yang sempurna. Hanya Kristus yang sempurna dan karena itulah hanya Dia yang menjadi Juruselamat kita. Tetapi bagian ini membedakan Saul dengan Daud. Saul jatuh ke dalam dosa dan sejak itu dia terus mengalami kemerosotan rohani. Dia makin sombong, makin aneh, makin gila kekuasaan, dan makin paranoid. Tetapi bagi Daud, setiap teguran yang ia terima dari setiap pelanggaran yang ia lakukan, menjadi sebuah pelajaran berharga dalam hidupnya yang membuat ia semakin berkenan di hadapan Tuhan.
 
Mari jemaat Tuhan, respons apa yang akan kita tunjukkan saat problema datang menimpa. Kalau kita menghendaki sebuah kemenangan dengan cara Tuhan, maka tidak ada jalan lain, selain menunjukkan respon benar seperti yang telah dilakukan Daud.
 
Tuhan Yesus memberkati

30 Juli 2017 – Respon Benar Yang Menghasilkan Kemenangan

| Warta Jemaat |
About The Author
-