Matius 22:11  Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta.

Jenis pakaian yang kita kenakan sehari-hari dapat dipakai untuk menentukan dari daerah mana kita berasal. Alkitab mencatat asal usul, kegunaan, serta makna dari pakaian-pakaian yang dikenakan manusia tersebut. Pertama kali pakaian dikenakan manusia pada zaman Adam dan Hawa. Tuhan Allah sendiri yang membuat pakaian dari kulit binatang untuk menutupi tubuh Adam dan Hawa, yaitu saat mereka jatuh dalam dosa hingga ketelanjangan mereka terlihat dan mereka merasa malu karenanya (Kej. 3: 21).

Seiring perubahan zaman dan kebudayaan, orang-orang mulai membuat pakaian bukan sekedar untuk menutupi mereka dari rasa malu saja, tetapi berkembang mengikuti fungsi dan jabatan maupun kepribadian dari orang-orang yang memakainya. Berbagai pakaian dari bahan kain lenan atau kain sutera mulai dibuat, khususnya pakaian yang digunakan orang-orang penting. Alkitab juga mencatat bahwa Yusuf memakai “jubah yang maha indah” atau jubah “berbagai-bagai warna” (Kej. 37:3). Sem dan Yafet mengambil “kethon”, pakaian rakyat biasa, yang mereka gunakan untuk menutupi ketelanjangan ayah mereka (Kej. 9:23).

Mula-mula orang Israel membuat pakaian dari wol, tetapi kemudian memakai bahan bulu unta yang disebut “simlah.” Simlah adalah pakaian luar yang menyerupai selembar kain yang lebar dengan kerudung kepala, dan orang Yahudi memakainya supaya lebih menghangatkan tubuh mereka, sedangkan orang miskin biasanya menggunakannya sebagai pakaian utama mereka pada siang hari dan sebagai selimut pada malam hari (Kel. 22:26-27). Orang Israel memakai “beged” untuk peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam rumah. Ishak dan Ribka menyuruh Yakub memakai pakaian seperti ini, yang dianggap sebagai pakaian terbaik mereka (Kej. 27:15). Orang Israel menganggap beged sebagai tanda martabat orang yang mengenakannya, dan beged biasanya dipakai oleh anggota-anggota terhormat dari keluarga-keluarga yang terkenal. Setelah upacara-upacara bait suci ditetapkan maka para imamlah yang mengenakan beged.

Ternyata ragam pakaian yang dicatat di Alkitab juga mengandung berbagai macam makna rohani bagi kita di masa sekarang, salah satunya berbicara mengenai karakter, kondisi, serta perilaku si pemakai. Pesan Tuhan minggu ini berbicara tentang “perhatikanlah pakaian rohani kita!”, karena Tuhan masih melihat ada berbagai kondisi yang kurang tepat di antara umat-Nya, yaitu mereka yang masih mengenakan pakaian yang tidak rapi atau berkerut, pakaian yang tertukar degan orang lain, dan pakaian yang tidak sesuai dengan ukuran badan si pemakai.

Apa yang dimaksud dengan pernyataan Tuhan tersebut? Penjelasannya adalah sebagai berikut:

(1).  Pakaian yang tidak rapi atau berkerut

Ef. 5:27  supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.

Rasul Paulus dalam suratnya mengajarkan kepada jemaat Tuhan suatu cara hidup baru dalam hubungan keluarga. Ia menggambarkan bahwa sebagaimana layaknya hubungan Kristus dengan jemaat-Nya yang didasari oleh kasih, demikianlah pula seharusnya hubungan yang terjalin antara suami dengan isteri, dimana suami harus mengasihi isteri seperti Kristus mengasihi jemaat, dan isteri tunduk kepada suami sebagaimana jemaat kepada Kristus. Apabila masing-masing pihak mengerti dan paham mengenai hubungan timbal balik yang harus dijalin dalam kehidupan sehari-hari, maka diharapkan jemaat menjadi mengerti bahwa seperti itu pulalah hubungan yang harus dijalin antara jemaat dengan Kristus, dimana jemaat adalah mempelai wanita dan Kristus adalah Mempelai Prianya.

Keberhasilan memahami dan mengaplikasikan hubungan seperti yang dikehendaki Tuhan di dalam kehidupannya, membuat jemaat secara tidak langsung sedang dipersiapkan Tuhan menjadi pribadi yang “berpakaian” cemerlang tanpa cacat dan kerut. Sebaliknya, apabila jemaat gagal memahami hubungan seperti yang Tuhan kehendaki, maka sesungguhnya ia sedang membiarkan dirinya dipenuhi oleh segala cacat dan kerut yang akan mengakibatkan kegagalan untuk menjadi seorang calon mempelai wanita yang Tuhan kehendaki.

(2). Pakaian yang tertukar (tidak mengenakan pakaian yang semestinya)

Ul. 22:5  “Seorang perempuan janganlah memakai pakaian laki-laki dan seorang laki-laki janganlah mengenakan pakaian perempuan, sebab setiap orang yang melakukan hal ini adalah kekejian bagi TUHAN, Allahmu.

Alkitab membedakan jenis dan fungsi pakaian yang harus dikenakan antara laki-laki dan perempuan. Masing-masing memiliki karakteristik dan rupa yang berbeda sesuai dengan kodrat dan jenis tugas yang dimilikinya. Alkitab juga mencatat perbedaan antara pakaian para imam dengan pakaian nonimam, dimana keduanya dibedakan berdasarkan fungsi jabatan dan tanggung jawab pribadi yang menyandangnya, dan masing-masing tidak bisa begitu saja memakai pakaian yang lainnya.

Orang yang mengenakan pakaian yang tertukar biasanya tidak menyadari tugas dan panggilan Tuhan dalam hidupnya, dan cenderung lebih suka melakukan apa saja yang ia sukai, bukan yang Tuhan sukai. Apapun tugas dan tanggung jawab yang Tuhan percayakan, sekalipun mungkin bukan hal yang kita sukai, lakukanlah dengan penuh tanggung jawab.

(3). Pakaian yang kebesaran (tidak mengenakan ukuran yang seharusnya)

1 Sam.17:38-39  Lalu Saul mengenakan baju perangnya kepada Daud, ditaruhnya ketopong tembaga di kepalanya dan dikenakannya baju zirah kepadanya. . . . kemudian ia menanggalkannya.

Sebagai seorang penggembala kambing domba yang masih sangat muda dan berperawakan kecil, sangatlah tidak nyaman bagi Daud ketika ia harus mengenakan baju zirah kepunyaan raja Saul, belum lagi ketika Daud harus mengenakan ketopong tembaga yang begitu besar dan berat di atas kepalanya. Daud berbeda dengan kakak-kakaknya yang memiliki perawakan yang lebih besar sehingga mengenakan baju zirah dan ketopong tembaga di kepala tidaklah menjadi masalah bagi mereka. Daud tidak akan pernah bisa memakainya dengan nyaman sampai perawakannya bertumbuh besar seiring dengan bertambahnya usia dan pelatihan-pelatihan yang dilakukannya.

Sebagai prajurit-prajurit Kristus kita pun harus senantiasa mengenakan pakaian selengkap senjata Allah, dimana salah satunya adalah baju zirah keadilan dan ketopong keselamatan. Besarnya baju zirah yang harus kita kenakan bukan berarti kita harus mengecilkan baju zirahnya, tetapi tubuh rohani kitalah yang harus “diperbesar” untuk memuatnya. Membangun kehidupan rohani adalah tanggung jawab kita hari lepas hari hingga kita bertumbuh mencapai kedewasaan rohani seperti yang Tuhan inginkan. Sesungguhnya, tidak ada mempelai yang mengenakan baju yang kedodoran.

Tuhan Yesus memberkati!

23 Februari 2014 – Memerhatikan Pakaian Yang Dikenakan

| Warta Jemaat | 0 Comments
About The Author
-

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.