17 September 2017 – Berani Membeli Sesuatu Yang Bernilai Kekal

Amsal 23:23 Belilah kebenaran dan jangan menjualnya; demikian juga dengan hikmat, didikan dan pengertian.

Seiring dengan meningkatnya taraf hidup orang banyak di zaman sekarang, tanpa disadari banyak orang saat ini menjalani sebuah gaya hidup yang disebut gaya hidup konsumtif. Bayangkan, berapa uang yang dikeluarkan untuk barang-barang, berapa banyak uang yang telah dikeluarkan untuk pergi rekreasi, pergi jalan-jalan, makan-makan di restoran atau bersosialisasi dengan teman-teman dalam beberapa waktu terakhir ini. Tidaklah sedikit tentunya. Tanpa sadar banyak orang sudah melakukan sebuah gaya hidup tertentu dengan melakukan sesuatu dengan berlebihan seperti yang dilakukan di atas.

Berkonsumsi tentu merupakan proses yang netral dan tak bisa dihindari, namun apabila dilakukan secara berlebihan akan melahirkan gaya hidup konsumtif. Apapun yang bisa dibeli, pasti akan mereka coba beli. Tidak peduli apakah barang tersebut merupakan barang yang benar-benar dibutuhkan atau tidak. Dari hal tersebut saja kita sudah bisa menilai bahwa manusia konsumtif sudah tidak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan, mana yang bernilai sementara dan mana yang bernilai kekal. Setiap hari ada saja produk-produk baru yang muncul dipasaran. Seperti telepon genggam, gadget, laptop, kosmetik, baju, sepatu, tas, dan lain-lain. Untuk mendapatkan barang-barang tersebut manusia konsumtif rela melakukan berbagai hal asalkan dapat memilikinya.

Sebagai penulis amsal, Salomo memiliki berbagai pengalaman yang mewarnai nasihat-nasihat yang ditulisnya. Entah pengalaman yang buruk ataupun yang baik, semua itu ia tuangkan dalam buku kumpulan amsalnya untuk menjadi peringatan sekaligus pelajaran bagi setiap orang yang membacanya. Bahkan banyak nasihat dalam amsal diambil dari perkataan Daud, ayahnya, yang ditujukan kepada dirinya sendiri. Ayat di atas merupakan salah satu nasihat Daud yang secara pribadi pernah ia langgar dan akhirnya menjadi suatu pelajaran penting dalam kehidupan Salomo.

Tentu kita tidak dapat membeli kebenaran Allah dengan uang. Kita hanya dapat menerima kebenaran itu sebagai anugerah yang cuma-cuma dari Allah. Ketika kita menyambut kebenaran Allah, maka kita menjauhi kefasikan. Dalam hal ini, tentu kita perlu gigih dan memberi pengorbanan. Dalam amsal lain, Salomo menggambarkan pencarian hikmat seperti pencarian harta karun—ada usaha yang sungguh-sungguh(Ams. 2:4). Dalam perumpamaan yang Yesus ceritakan, orang sampai rela menjual seluruh miliknya untuk mendapatkan mutiara yang sangat berharga (Mat.13:46).

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Bahwa di tengah kehidupan dunia yang serba konsumtif ini biarlah masih ditemukan orang-orang percaya yang mau membayar harga untuk ”membeli kebenaran”, semahal apa pun harganya. Jangan sampai pengejaran orang percaya hari-hari ternyata sama dengan pengejaran mereka yang belum percaya, yaitu sama-sama mengejar hal-hal yang memiliki nilai sementara. Arti kata “membeli” (Ibr.: qanah) disini adalah bukan sekedar memindahkan sesuatu dari tangan penjual ke tangan pembeli, melainkan menebus kembali sesuatu untuk kemudian memiliki dan menggunakannya.

Beberapa pengertian mengenai membeli kebenaran adalah:

(1). Berani membangun disiplin pribadi demi mengenal Tuhan

Daniel 6:11 Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.

Daniel adalah sosok luar biasa yang dikatakan punya kebiasaan dan disiplin berdoa. Tidaklah heran jika Daniel dikatakan sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu di seluruh kerajaan, dan diketahui memiliki roh yang luar biasa. Kecerdasan Daniel dikatakan melebihi 120 wakil raja dan dua pejabat tinggi lainnya. Itu membuktikan bahwa Daniel memang beda. Kebiasaannya berdoa ternyata bisa membawa pengaruh sangat besar. Melihat kesuksesan seperti itu, mulailah para pejabat tinggi dan wakil raja merasa dengki dan iri hati, lalu kemudian mencari-cari kesalahan atas Daniel. Dan itulah yang mereka hembuskan pada raja. Mereka tahu betul kebiasaan Daniel dalam bergaul dan berdoa kepada Allahnya, dan itu mereka pakai untuk menyingkirkan Daniel. 

Ketika Daniel mendengar perihal peraturan baru ini, ciutkah Daniel? Berhentikah ia berdoa? Tidak. Daniel sama sekali tidak gentar, dia tidak cemas, dia tidak takut. Daniel tidak berusaha melarikan diri, atau berpura-pura tidak berdoa. Daniel tidak melakukan doa dengan sembunyi-sembunyi karena takut ketahuan. Apa yang dilakukan Daniel menggambarkan sebuah kebiasaan yang luar biasa, yang mana sudah mulai jarang ditemukan di tengah-tengah kehidupan orang percaya. Bangsa kita hari-hari ini membutuhkan orang-orang yang cerdas, takut akan Tuhan, berhikmat, diurapi Tuhan, dan berani membayar harga. Biarlah itu masih ditemukan di antara kita.

(2). Berani menolak untuk mengambil jalan pintas

Kej. 39:12 Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata: “Marilah tidur dengan aku.” Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar.

Yusuf  adalah orang pilihan Tuhan yang hidup dalam kebenaran walaupun bukan berarti ia luput dari segala macam kesukaran hidup. Alkitab mengisahkan tentang perjalanan hidup Yusuf yang hari-harinya penuh diwarnai berbagai pergumulan berat. Saudaranya sendiri, tanpa sepengetahuan ayah mereka, telah membuangnya ke dalam sebuah sumur tua, lalu menjual Yusuf sebagai budak kepada orang Mesir. Di rumah orang Mesir ia difitnah oleh isteri Potifar, yang akhirnya memaksa Yusuf mendekam beberapa tahun di penjara. Meski melewati berbagai ujian, hidup Yusuf senantiasa disertai Tuhan.

Tiga belas tahun merupakan sebuah rentang waktu yang tidak sebentar bagi Yusuf dalam menempuh seluruh perjalanannya yang tidak mudah ini. Mungkin pernah terpikir dalam benak Yusuf untuk segera menyudahi seluruh penderitaannya ini. Seandainya ia bersedia untuk melayani isteri Potifar yang berulang kali telah menggodanya dengan berani, barangkali ia tidak perlu menjadi seorang budak lagi seumur hidupnya. Namun takutnya akan Allah yang ia sembah membuat Yusuf mengurungkan niatnya, dan memutuskan untuk melarikan diri dari tangan isteri Potifar. Akibatnya, Yusuf harus membayar mahal perbuatannya dengan mendekam di dalam penjara. 

Mari umat Tuhan, hari-hari ini mungkin telah ditawarkan banyak jalan pintas kepada kita orang-orang percaya, yang mana ketika kita bersedia melakukannya kita akan menemukan banyak kemudahan di dalamnya. Namun ingat, ketika jalan pintas itu bertentangan dengan kebenaran firman Tuhan dan kita tetap melakukannya, sesungguhnya kita sedang menjual kebenaran daripada membelinya.

Tuhan Yesus memberkati!

17 September 2017 – Berani Membeli Sesuatu Yang Bernilai Kekal

| Warta Jemaat |
About The Author
-