11 Februari 2018 – Mentalitas Seorang Prajurit

2 Timotius 2:3-4 Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.
 
Kata prajurit (Yun.: stratiotes) dalam ayat diatas adalah sama maknanya dengan prajurit atau militer dalam konteks masyarakat kita hari ini atau bisa juga bermakna pahlawan atau warrior. Paulus beberapa kali menggunakan kata “prajurit” dalam surat-suratnya. Dan cukup menarik bahwa Paulus menulis kata “prajurit” ini kepada anak rohaninya yang terkasih yaitu Timotius. Dan surat-surat yang ditulis kepada Timotius ini adalah ketika Paulus sedang menjalani hari-hari terakhirnya di bumi, karena tidak lama lagi ia akan dibunuh atas perintah kaisar Nero pada masa itu.
 
Oleh karena itu, bukan suatu hal yang main-main ketika Paulus berpesan kepada Timotius untuk menjadi seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. Menjadi prajurit bukanlah hal yang mudah, karena ada beberapa prinsip penting tentang bagaimana menjadi seorang prajurit yang baik dan berkenan di hadapan Tuhan.
 
Kita tahu bahwa di negara manapun (termasuk di Indonesia), proses pendidikan militer bukanlah proses yang mudah. Mereka harus bisa disiplin dalam segala hal, mulai dari bangun tidur, mandi, makan, dan segala aktivitas lainnya. Mereka dididik dengan keras dan berat, hanya untuk satu tujuan, yaitu agar mereka dapat menjadi prajurit-prajurit yang berkualitas. Bahkan seusai menjalani proses pendidikan ada sebuah sumpah yang disebut dengan Sumpah Prajurit yang harus mereka pegang erat-erat.
 
Jadi jika suatu saat kita diberikan suatu tanggung jawab atau menderita karena menjalani sebuah proses didikan Tuhan, pastikan bahwa sebagai seorang prajurit tulen kita tidak menjadi anak yang cengeng, tetapi menerima dan menghadapi proses itu dengan baik supaya kita menjadi dewasa dan siap menjadi prajurit Kristus yang tangguh.
 
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Tuhan mau kita menyadari bahwa dari sejak awal kita dipanggil untuk menjadi prajurit-prajurit-Nya Tuhan. Bahkan bukan hanya sekedar dipanggil sebagai seorang prajurit biasa, namun sesungguhnya dipanggil sebagai bagian dari pasukan elite (elite troops) atau pasukan khusus-Nya Tuhan. Betapa membanggakannya bukan? Seringkali kita tidak menyadari panggilan istimewa ini. Banyak orang percaya merasa bahwa dirinya hanyalah seorang warga sipil biasa yang perlu dilindungi. Sedangkan menjadi prajurit adalah bagi mereka yang memperoleh panggilan khusus dari Tuhan. Dan ingat, menjadi prajurit itu bukan semata-mata tentang mengenakan pakaian seragam, tetapi juga berbicara tentang mentalitas.
 
Beberapa hal yang perlu kita perhatikan untuk menjadi seorang prajurit Tuhan yang sejati, di antaranya:
(1).  Senantiasa melatih diri untuk menjadi lebih baik
 
2 Tim. 2:3 Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.
 
Kehidupan Kekristenan bukanlah bentuk kehidupan yang berleha-leha, santai dan tanpa masalah. Jika itu yang ada dalam benak kita mengenai menjadi pengikut Kristus, itu keliru. Hidup tetap membutuhkan perjuangan, pengorbanan dan kerja keras tanpa henti dari kita, hanya saja kita tidak melakukannya sendirian dengan kekuatan kita, melainkan bersama dengan penyertaan Tuhan yang tidak pernah meninggalkan kita. Untuk bisa menjadi prajurit yang baik kita bahkan diminta untuk siap menyangkal diri dan memikul salib (Mat.16:24).
 
Tentu dibutuhkan ketekunan dan keseriusan untuk terus melatih diri kita. Seperti apa yang diingatkan rasul Paulus kepada Timotius, “… Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.” (1 Tim. 4:7-8). Seperti halnya pasukan khusus di tiap negara terus dilatih dan dipersiapkan agar bisa menjadi prajurit yang lebih baik, secara keimanan kita pun harus terus melatih diri kita dari hari ke hari agar bisa menjadi lebih baik lagi sebagai prajurit Kristus yang kuat dan loyal. Ijinkan Roh Kudus untuk terus membimbing setiap langkah kita agar siap dibentuk menjadi prajurit Kristus yang bermentalitas Kerajaan.
 
(2). Senantiasa fokus kepada Tuhan
 
2 Tim. 2:4 Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.
 
Prajurit yang berjuang memfokuskan dirinya kepada tugas-tugas yang sedang dihadapinya. Dia tidak boleh kehilangan fokus pada saat melakukan peperangan, karena begitu kehilangan fokus sesaat saja, maka dia bisa kehilangan nyawanya dan merugikan seluruh pasukan. Apa yang diperintahkan oleh komandannya akan dijalankannya dengan sepenuh hati tanpa pertanyaan ataupun keraguan sedikitpun. Prajurit akan fokus kepada perintah dan misi yang sedang dijalankan hingga misi itu dapat berhasil.
 
Demikian juga dengan kehidupan rohani kita, kita harus bisa memfokuskan diri kita kepada Tuhan dengan menyingkirkan segala keraguan, ketakutan, kekuatiran dan segala pertanyaan yang muncul dalam diri kita. Tuhan kita adalah komandan yang tahu persis tujuan dari perintah yang diberikan kepada kita. Dia tidak akan menjerumuskan kita dengan perintah-perintah yang diberikan-Nya bagi kita. Ketika kita fokus untuk melakukan segala perintahNya dan percaya kepadaNya dengan segenap hati kita, maka kita akan dapat menyelesaikan ‘misi’ yang Tuhan sedang berikan bagi kita. Kita dapat menyelesaikan segala masalah yang kita hadapi.
 
Mari jemaat Tuhan, di dalam Kristus ternyata kita bukanlah seorang warga sipil biasa, namun seorang prajurit. Menjadi prajurit bukanlah panggilan yang mudah bagi orang percaya. Tetapi suka atau tidak suka, kita semua harus mempersiapkan diri dan melatih diri untuk menjadi prajurit yang lebih baik bagi Kristus Yesus. Selamat menjadi pasukan khusus-Nya Tuhan!
 
Tuhan Yesus memberkati!

11 Februari 2018 – Mentalitas Seorang Prajurit

| Warta Jemaat |
About The Author
-