05 Agustus 2018 – Dari Penyesalan Kepada Pemulihan (From Regret To Restoration)

Matius 26:74-75 (74) Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: “Aku tidak kenal orang itu.” Dan pada saat itu berkokoklah ayam. (75) Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: “Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.
 
Setiap orang pasti memiliki berbagai penyesalan dalam hidupnya. Penyesalan itu bentuknya bermacam-macam, ada yang menyesal karena telah mengambil keputusan yang salah di masa lalu, misalnya salah memilih pasangan hidup, salah memilih jurusan di perguruan tinggi, salah membuat keputusan di dalam berinvestasi, sehingga mengakibatkan berbagai kerugian dan kepedihan.
 
Ada juga yang menyesal karena telah melakukan sesuatu yang salah yang mengakibatkannya harus menanggung konsekuensi, misalnya: mengkonsumsi obat terlarang, melakukan hubungan seks sebelum menikah. Ada juga yang menyesal karena telah kehilangan kesempatan, misalnya kesempatan berbuat baik, kesempatan peluang usaha, kesempatan untuk belajar, dan lain-lain. Penyesalan itu banyak bentuknya mulai dari penyesalan karena sesuatu yang ringan seperti salah membeli sesuatu sampai yang tarafnya berat. Taraf berat ini yang biasanya mengakibatkan kita mengalami konsekuensi jangka panjang yang sulit atau bahkan tidak bisa diubah kembali. 
 
Saat Yesus ditangkap di Getsemani pada malam itu, semua murid yang sedang bersama-Nya melarikan diri meninggalkan-Nya. Hanya Petrus yang kembali dan mengikuti Yesus dari kejauhan, bahkan ia duduk di antara para pengawal dalam halaman imam besar. Ia begitu mengkhawatirkan keadaan Yesus hingga ia mengesampingkan risiko ikut tertangkap. Namun, ketika dikenali orang-orang di sekitarnya sebagai murid Yesus, ia mulai menyangkalinya. Hal ini berulang hingga tiga kali, sampai Petrus merasa terpojok dan mulai bersumpah bahwa ia tidak mengenal Yesus. Pada saat yang sama, ayam pun berkokok, mengingatkan akan apa yang telah diucapkan Yesus sebelumnya. Kemudian pergilah Petrus sambil menangis, menyesali diri.
 
Seperti yang sering dikatakan banyak orang, bahwa penyesalan datang terlambat. Kata “terlambat” seakan mengindikasikan bahwa bukan saja penyesalan timbul di belakang, tetapi kesalahan yang terlanjur terjadi juga sudah tidak dapat diperbaiki kembali. Tidak heran jika kemudian banyak orang yang merasa bahwa dunia mereka telah berakhir. Tentu hal ini jugalah yang dirasakan oleh Petrus saat itu.
 
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Setiap kita pernah melakukan kesalahan atau mengambil keputusan yang salah di dalam hidup ini. Namun ada orang-orang yang merasa bahwa kesalahan atau keputusan tersebut seolah-olah adalah kesalahan dan penyesalan yang tak termaafkan. Ada yang berupa kelalaian, atau bahkan dosa yang pernah dilakukan dan itu masih berdampak besar dalam kehidupan saat ini, bahkan berdampak bagi orang-orang di sekitar kita. Tuhan mau kita merenungkan pesan-Nya hari ini, bahwa tidak ada suatu “kesalahan” pun yang tidak dapat diampuni. Tuhan mau kita belajar dari Petrus atau tokoh-tokoh lain di Alkitab yang mampu bangkit dari “kesalahan”nya, dan bahkan setelah itu dipakai Tuhan secara luar biasa.
 
Beberapa hal yang perlu kita perhatikan agar tidak hidup di dalam penyesalan, bahkan bangkit dan hidup dengan maksimal bagi Tuhan.
 
(1). Menyadari kesalahan bukanlah akhir segalanya dan tangkap kembali rencana Tuhan
 
Mat. 27:3 Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua,
 
Apapun penyesalan kita, yang penting jangan terpaku dengan apa yang telah terjadi, tapi  bagaimana kita mencoba memperbaikinya. Segala sesuatu di belakang kita sudah tidak bisa kita ubah, yang bisa kita ubah adalah segala sesuatu yang masih ada di depan kita. Jangan sampai segala sesuatu di belakang kita yang kita sesali, yang tidak bisa kita ubah itu membelenggu kita sehingga kita tidak bisa mengerjakan sesuatu yang di depan kita dengan sebaik-baiknya.
 
Ada perbedaan nyata dalam bersikap antara Yudas dengan Petrus. Ketika Yudas menghadapi masalah, ia lebih memilih jalan pintas, yaitu mati. Sementara Petrus memilih untuk tetap hidup dan menjalani konsekuensi perbuatannya. Keputusan Petrus untuk tidak memilih jalan seperti Yudas akhirnya menjadikan Petrus sebagai batu karang jemaat mula-mula, bahkan sekali berkhotbah, hingga 3000 orang menjadi percaya (Kis 2:41). Petrus bahkan menulis dua kitab yang dimuat dalam Alkitab yaitu kitab 1 dan 2 Petrus. Walaupun akhirnya Petrus mati juga, tapi ia tidak mati dengan cara yang memalukan seperti Yudas. Tradisi mengatakan bahwa Petrus mati dengan disalib secara terbalik karena Petrus merasa tidak layak untuk disalib seperti Tuhan Yesus.
 
(2). Menyadari keterbatasan diri dan berjalanlah kali ini dalam kekuatan Tuhan
 
Mat. 26:35 Kata Petrus kepada-Nya: “Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.” Semua murid yang lain pun berkata demikian juga.
 
Petrus, setelah sebelumnya dalam kepercayaan dirinya mengatakan bahwa ia tidak akan menyangkal Yesus, ternyata begitu ditanya orang lain menjadi ciut juga. Bahkan ia menyangkal Yesus sebanyak tiga kali sebelum ayam berkokok. Dalam kitab Lukas diceritakan bahwa saat ayam berkokok, Tuhan Yesus berpaling dan memandang Petrus. Bisa kita bayangkan perasaan Petrus? Petrus yang beberapa jam sebelumnya berkoar-koar bahwa ia takkan pernah meninggalkan Yesus, ternyata sudah menyangkal Yesus sebanyak tiga kali. Padahal peristiwa penyangkalan tersebut belum sampai 1 kali 24 jam sejak perkataan itu diucapkan Petrus. Petrus merasa sangat malu dan sedih atas kesombongannya. Dikatakan bahwa ia sampai menangis tersedu-sedu dan pergi ke luar. 
 
Selepas hari-hari kebangkitan Yesus, murid-murid kembali ke pekerjaan lama mereka yang rata-rata berprofesi sebagai penjala ikan, mungkin mereka menyadari bahwa mereka hanya mahir di dalam hal menjala ikan seperti yang biasa mereka kerjakan sebelumnya. Namun mereka kembali harus menghadapi kenyataan bahwa mereka dalam profesinya pun ternyata tidak dapat menangkap apa-apa. Di sanalah Petrus mulai menyadari bahwa tanpa kekuatan dan tuntunan Tuhan semua akan berakhir sia-sia dan penuh penyesalan. Sampai akhirnya Yesus menjumpai mereka dan kita tahu selanjutnya bagaimana Petrus dan para murid dipercaya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar dalam kekuatan Tuhan. Dalam surat yang ditulisnya, Petrus mengatakan, “Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.”
 
Mari jemaat Tuhan, jangan sampai segala rasa penyesalan yang sudah terjadi di belakang kita mengikat, membelenggu dan kemudian melumpuhkan kita untuk mengerjakan apa yang Tuhan siapkan di depan kita, yang kemudian mencegah kita untuk mengakhiri pertandingan dengan baik/ finishing well.
 
Tuhan Yesus memberkati! 

05 Agustus 2018 – Dari Penyesalan Kepada Pemulihan (From Regret To Restoration)

| Warta Jemaat |
About The Author
-