Matius 26:41  Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.”

Peristiwa Getsemani merupakan kisah yang paling emosional yang dialami
Yesus. Ketika itu Ia diliputi oleh kesedihan yang amat sangat
karena Ia tahu benar hal apa yang harus dihadapi-Nya dalam beberapa saat kemudian. Ia mengajak tiga orang murid terdekat-Nya, yaitu Petrus, Yakobus, dan Yohanes masuk ke dalam taman bersama-sama dengan Dia untuk berdoa, sedangkan murid-murid yang lain tinggal di tempat yang ajak jauh. Meskipun Yesus sangat dekat dengan semua murid-Nya, namun Ia mempunyai hubungan yang lebih khusus dan dekat dengan ketiga murid ini dibanding murid yang lain. Ketiga murid ini bahkan pernah diajak untuk menyaksikan bagaimana Yesus dimuliakan di atas gunung.

Saat berada di dalam taman Getsemani, Yesus berdoa kepada Bapa di Sorga sekiranya mungkin cawan yang harus Ia hadapi itu dapat dilalukan dari pada-Nya, namun Ia menyerahkan segala sesuatunya kepada kehendak Bapa. Biarlah hanya kehendak Bapa saja yang terjadi. Tidak lama setelah Yesus berdoa, Ia kembali ke tempat tidak jauh di mana ketiga murid itu berada. Namun, ternyata Ia mendapati ketiganya sedang tertidur lelap, padahal sebelum berdoa Yesus sudah memerintahkan mereka untuk tinggal berjaga-jaga.

Saat itu Yesus sedang menghadapi saat-saat paling mencekam selama keberadaan-Nya di bumi dan Ia membutuhkan murid-murid-Nya berada dalam kondisi yang siap juga, namun yang terjadi adalah Ia mendapati murid-murid dalam kondisi jauh dari yang Ia harapkan. Yesus tahu bahwa murid-murid juga harus berdoa dan berjaga-jaga bukan hanya untuk apa yang akan dihadapi Yesus saja, tetapi juga untuk masa-masa sulit yang akan mereka hadapi di waktu-waktu kemudian. Murid-murid bukan hanya kedapatan sedang mengantuk secara jasmani saja, namun Yesus mendapatkan mereka sedang mengantuk dan tertidur secara rohani pula (spiritual slumber).

Pesan inilah yang Tuhan berikan bagi kita di minggu ini. Kita tidak tahu
persis apa yang akan terjadi di hari-hari ke depan, tetapi Tuhan mau kita
melihat lebih jauh lagi dengan pandangan mata rohani yang tajam seperti
yang Ia miliki. Tanda demi tanda yang telah diberikan, yang sudah dan terus-menerus digenapi seharusnya membuat kita sadar di manakah posisi kita saat ini berada dan mengetahui apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi hari-hari ke depan.

Memiliki rasa aman yang salah
Petrus, Yakobus, dan Yohanes tidak menyadari bahwa dalam waktu singkat mereka akan segera diperhadapkan dengan tantangan dan persoalan yang sangat serius. Bahkan dalam perjamuan terakhir, Yesus sudah memperingatkan Petrus tentang penyangkalan yang akan ia lakukan, namun ia menganggap remeh semuanya itu. Ia begitu yakin bahwa ia tidak akan pernah menyangkal Yesus sekalipun murid-murid yang lain melakukannya.

Mungkin saja waktu itu para murid sedang dalam kondisi lelah secara fisik, namun seandainya mereka menyadari apa yang akan terjadi kemudian, pastilah mereka tidak akan membiarkan diri mereka tertidur begitu saja. Musuh sebetulnya sedang berjalan seperti singa yang mengaum-aum mencari orang yang dapat ditelannya, tetapi murid-murid kelihatannya merasa aman-aman saja mengingat mereka sedang bersama-sama dengan rekan murid yang lain, tambahan pula ada Yesus yang sedang berdoa di dalam taman, selain itu, keadaan sekeliling taman pun terkesan baik-baik saja, tidak ada hal-hal yang mencurigakan, sehingga mereka pikir itulah saat yang tepat untuk beristirahat. Namun, Yesus justru berpikir sebaliknya. Bagi Yesus, itulah saat yang tepat untuk berdoa dan berjaga-jaga.

Ingatlah bahwa sesungguhnya musuh itu mengetahui setiap titik kelemahan kita. Ia tahu wilayah-wilayah mana yang tepat untuk ia serang. Musuh tidak akan menyerang daerah di mana terdapat benteng pertahanan kita yang kuat.
Namun, apabila kita berjalan dalam kewaspadaan rohani (spiritual alertness), maka apapun yang menjadi titik kelemahan kita, tidak akan mampu dijebol musuh begitu saja.
Rasul Paulus pernah menulis tentang selengkap senjata rohani yang
harus kita kenakan, mengingat adanya peperangan rohani yang harus dihadapi oleh umat Tuhan (Ef. 6:12), dan salah satu selengkap senjata Allah tersebut tercatat dalam Efesus 6:18  Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus. Sekali lagi, kita gereja Tuhan diingatkan untuk selalu waspada dan berjaga-jaga. Tetapi sayangnya, banyak umat Tuhan tidak menyadari bahwa sesungguhnya, kita menjalani kehidupan di mana di dalamnya terdapat peperangan rohani.
Banyak orang merasa bahwa musuh hanyalah sebatas pandangan yang terlihat oleh mata jasmani saja, sehingga gagal menjalani hidup yang berjaga-jaga.

Sebaliknya, bagi Yesus, Taman Getsemani adalah tempat di mana perang
dimenangkan. Karena melalui doalah Yesus menerima kekuatan yang Ia perlukan untuk melaksanakan apa yang Bapa di Sorga ingin Yesus selesaikan. Melalui doa pula Yesus dimampukan untuk melakukan sesuatu dengan tepat seperti yang Bapa kehendaki. Melalui doa dan berjaga-jaga Yesus sesungguhnya ingin agar murid-murid-Nya menerima kekuatan seperti yang Ia teima ketika Ia berdoa pada waktu itu, namun sayangnya murid-murid tidak menangkap maksud Yesus tersebut.

Apa yang terjadi sekiranya seseorang gagal untuk berdoa dan berjaga-jaga?

(1). Tidak mengerti maksud dan rencana Tuhan

Ketika Yudas dan orang-orang mulai berdatangan untuk menangkap Yesus, tiba-tiba Petrus mengulurkan tangannya untuk menghunus pedang dan segera menetakkannya pada telinga seorang hamba Imam Besar, sehingga putuslah telinganya. Bapa di Sorga tidak pernah merancangkan hal seperti itu bagi Petrus, namun tindakan itulah yang justru Petrus lakukan. Petrus tidak pernah ditugaskan untuk memotong telinga hamba tersebut. Petrus benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Itulah sebabnya, Yesus memasangkan kembali telinga yang terlepas tersebut, dan berkata seperti yang tertulis dalam Matius 26:53  Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? Yesus bisa melakukan apa saja yang Ia kehendaki, namun Ia memilih untuk melakukan apa
yang Sorga kehendaki.

(2). Jatuh ke dalam pencobaan

Menyangkalnya Petrus sebanyak tiga kali adalah bukti bahwa Petrus keliru saat ia pikir ia cukup kuat untuk tidak akan pernah melakukan
penyangkalan, dan secara rohani sebenarnya ia tidak mampu untuk menahan pencobaan tersebut, karena ia memilih untuk tidak berjaga-jaga.

Umat Tuhan, mari kita belajar dari Petrus. Penyebab jatuhnya Petrus ke dalam pencobaan sebenarnya berasal dari apa yang ia lakukan sebelum pencobaan datang.
Ia beserta murid-murid yang lain memilih untuk tertidur di malam dimana
seharusnya mereka berdoa dan berjaga-jaga. Kunci kemenangan atas pencobaan dalam hidup kita terletak dari apa yang kita lakukan sebelum pencobaan itu datang. Kita tidak akan bisa memiliki kehidupan rohani yang selalu terjaga, apabila tidak memiliki kehidupan doa yang berjaga-jaga (you can’t be spiritually awake, if you have a weak prayer life).

Tuhan Yesus memberkati!

03 Maret 2013 – Berdoalah Dan Berjaga-Jagalah (Teachable Spirit Bag. 7)

| Warta Jemaat | 0 Comments
About The Author
-

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.