Kisah Para Rasul 18: 3 Dan karena mereka melakukan pekerjaan yang sama, ia tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka sama-sama tukang kemah.
Membaca ayat di atas tentunya timbul pertanyaan di dalam hati kita tentang siapa yang dimaksud dengan “mereka” yang melakukan pekerjaan yang sama ini. Mereka adalah rasul Paulus dan pasangan suami-isteri yang dikenal dengan panggilan Akwila dan Priskila. Mereka semua adalah orang-orang yang dipakai Tuhan sebagai pemberita Injil yang luar biasa di abad pertama. Mereka bekerja bersama-sama saling bahu membahu memberitakan Injil dan memenangkan banyak jiwa bagi Tuhan.
Apa yang membuat mereka bisa bekerja bersama-sama memenangkan jiwa bagi Tuhan? Apakah karena mereka memiliki profesi yang sama, yaitu sama-sama berusaha sebagai pembuat tenda? Atau, apakah juga karena mereka memiliki latar belakang etnis yang sama, yaitu sama-sama orang Yahudi? Jawabannya ternyata bukan karena disebabkan mereka memiliki profesi dan latar belakang etnis yg sama maka mereka bisa bersama-sama memenangkan jiwa. Karena, apabila berbicara mengenai perbedaan, ternyata ada begitu banyak perbedaan yang terdapat di antara rasul Paulus dengan Akwila-Priskila.
Meskipun sama-sama orang Yahudi, mereka datang dari suku yang berbeda, kota asal yang berbeda, pendidikan yg berbeda, keluarga dan budaya yang berbeda. Bahkan mereka sebetulnya adalah orang-orang yang belum lama mengenal satu dengan yang lain. Namun, satu hal yang mempersatukan mereka untuk bisa bekerja bersama-sama melayani Tuhan dan memenangkan jiwa adalah karena mereka menangkap visi Tuhan yang sama, yaitu mengenai Amanat Agung, pergi dan memberitakan Injil damai sejahtera.
Bagaimana dengan kita? Berbicara tentang perbedaan, tentu ada begitu banyak perbedaan di antara kita sebagai orang-orang percaya. Entahkah dari sisi latar belakang keluarga, pendidikan, budaya, kesukuan, dan lain-lain. Tetapi inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita, marilah, bukan sisi perbedaannya yang ditekankan, melainkan dari sisi persamaannya, yaitu bahwa kita semua adalah orang-orang yang beroleh kasih karunia Tuhan, diciptakan dalam Kristus untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik. Dan salah satu pekerjaan baik yang Tuhan mau kita lakukan adalah kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera kepada mereka yang belum memilikinya.
Beberapa hal yang perlu kita perhatikan berkaitan dengan pesan Tuhan di atas, di antaranya:
(1). Perbedaan merupakan bukti bahwa setiap kita adalah unik di mata Tuhan
Ef. 2: 10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
Tidak pernah ada manusia yang diciptakan sama oleh Tuhan, bahkan sepasang anak kembar identik sekalipun ditemukan memiliki banyak perbedaannya. Hal ini merupakan bukti bahwa manusia bukanlah produk sebuah “pabrik” yang diciptakan secara masal oleh Tuhan. Kata “buatan” Allah sangat jelas sekali mengandung arti bahwa setiap kita adalah hasil pekerjaan tangan Allah (Ibr. Poiema) yang diciptakan secara khusus, atau dalam arti kata lain, kita adalah hasil karya seni yang tinggi dari tangan seorang Maestro yang luar biasa. Artinya, setiap kita diciptakan secara khusus oleh Tuhan dengan keunikannya masing-masing yang tidak dapat dibandingkan oleh manusia ciptaan Tuhan lainnya. Itulah sebabnya, orang-orang yang rendah diri adalah mereka yang sesungguhnya tidak menghargai hasil buatan tangan Tuhan dalam dirinya.
Namun demikian, bukan artinya kita lantas diam berlarut-larut dalam “keunikan” diri pribadi kita, tetapi baiklah segera menyadari bahwa ada tujuan dan rencana Tuhan dibalik penciptaan-Nya yang unik tersebut. Ternyata kita diciptakan untuk sebuah tujuan ilahi. Kita di “disain” untuk melakukan firman Tuhan, bukan untuk melakukan dosa. Itulah sebabnya, hasil ciptaan Tuhan yang luar biasa ini akan menjadi “rusak” dan “sakit” ketika digunakan untuk sesuatu yang bukan bagian dari rencana Tuhan. Setiap kita di persiapkan hanya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik dari Tuhan. Tuhan mau setiap manusia ciptaan-Nya menyadari hal ini.
(2). Menemukan persamaan di tengah perbedaan adalah bukti kedewasaan
1 Kor. 1: 24 tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.
Perbedaan adalah sesuatu yang wajar, mengingat setiap kita dipilih Tuhan dari berbagai keadaan dan latar belakang yang berlainan. Namun, Tuhan menghendaki agar setiap orang-orang yang sudah diselamatkan, entahkah ia berasal dari suku dan budaya yang berbeda, hendaknya menangkap tujuan ilahi dibalik keselamatan yang telah diterima, yaitu menjadi alat Kerajaan Sorga yang efektif.
Rasul Paulus pernah menegur jemaat di Korintus yang masih bersikap kekanak-kanakan, karena mereka bukannya menangkap tujuan ilahi dalam kehidupan bersama mereka dan melaksanakannya bahu membahu, melainkan mereka memperruncing perbedaan antara jemaat yang satu dengan jemaat yang lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya. Namun ia menegaskan bahwa Kristuslah yang harus menjadi fokus pandangan mereka, karena Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. Dan nama Kristus pulalah yang seharusnya mereka beritakan.
Rasul Paulus sendiri tidak menekankan perbedaan yang ia miliki dengan Akwila dan Priskila, tetapi mereka mencari persamaan. Dan hasilnya, ada begitu banyak persamaan yang mereka dapat temukan khususnya di dalam menangkap visi Tuhan.
Demikian pula di dalam kehidupan berumah-tangga. Banyak keluhan-keluhan yang disampaikan oleh pasangan-pasangan suami-isteri karena begitu banyaknya perbedaan yang mereka miliki, sehingga mereka bertekad untuk merubah pasangannya menjadi seperti yang ingini, dan sebaliknya, pasangan yang satunyapun ingin melakukan hal yang sama. Mereka lupa kalau Tuhan memiliki tujuan ilahi dalam setiap keluarga. Alangkah baiknya apabila masing-masing melepaskan egonya dan bersedia untuk tunduk pada firman Tuhan. Karena ketika mereka melakukannya, maka mereka akan menemukan banyak persamaan di dalam kebenaran.
Akwila dan Priskila adalah suami-isteri yang datang dari dua latar belakang yang berbeda, namun mereka mau bersama-sama menangkap rencana Tuhan dalam kehidupan rumah tangga mereka, yaitu bekerja bahu membahu melayani Tuhan dan memenangkan jiwa bagi Kerajaan Sorga.
Tuhan Yesus memberkati!

01 Maret 2015 – Kesatuan Di Dalam Perbedaan

| Warta Jemaat | 0 Comments
About The Author
-

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.