TUHAN SEDANG MENGAWASI DAN MENGAJARI KITA, BAGAIKAN INDUK RAJAWALI TERHADAP ANAKNYA
Ulangan 32:9-12 (11) Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, (12) demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia.
Ayat-ayat di atas merupakan bagian dari nyanyian Musa yang ditujukan kepada bangsa Israel. Ini bukan sekedar lagu karangan Musa yang dinyanyikan untuk bangsa Israel, melainkan perkataan-perkataan Tuhan yang sengaja Tuhan berikan kepada Musa untuk disampaikan kepada bangsa Israel (Ulangan 31:19).
Poin penting pada bagian ini yang Tuhan coba sampaikan kepada umat-Nya adalah tentang betapa Tuhan sangat menyayangi umat-Nya. Hal ini dinyatakan dalam perumpamaan mengenai burung Rajawali. Burung Rajawali adalah jenis burung yang istimewa, selain dikenal sebagai salah satu burung predator terbesar, juga dikenal sebagai burung yang memiliki kasih sayang yang kuat terhadap anak-anaknya.
Penunjukkan kasih sayangnya itu bukan hanya seperti binatang-binatang lain pada umumnya yang sekedar melindungi dan memberi makan kepada anak-anaknya, tetapi burung Rajawali juga mengajar, melatih, dan mendewasakan anak-anaknya dengan cara yang khas.
Burung rajawali biasa membuat sarangnya di tempat-tempat tinggi yang berbatu-batu, dimana tidak ada orang yang bisa menjangkaunya. Seperti halnya bayi manusia, demikian pula anak rajawali yang baru menetas juga tidak dapat melakukan apa-apa selain makan dan tidur. Induk rajawali dengan setia membawakan makanan untuk anak-anaknya hari lepas hari. Tetapi tidak untuk selamanya induk rajawali membiarkan anak-anaknya berada di zona nyaman tersebut.
Di usia sekian minggu, akan tiba waktunya induk rajawali akan menggoyangbangkitkan isi sarangnya, lalu mulai mendorong anak-anaknya keluar dari sarang. Inilah fase baru bagi anak-anak Rajawali untuk mulai belajar terbang. Anak-anak Rajawali seolah-olah dipaksa untuk melakukan terjun bebas dengan harapan agar mereka akan mulai menggunaan sayapnya untuk belajar terbang. Cara ini pula yang dilakukan Tuhan terhadap umat-Nya.
Demi menyatakan sayangnya Tuhan kepada umat-Nya Israel, ketika mereka terlalu lama dalam masa ketidakberdayaan sebagai budak di Mesir, bahkan sepertinya sudah merasa nyaman sebagai budak, maka Tuhan melalui tangan Musa mulai menggoyangbangkitkan “sarang” mereka untuk membawa mereka keluar dan berjalan memasuki situasi yang baru menuju negeri yang dijanjikan Tuhan.
Namun sayangnya, umat Isarel kerap merasa tidak nyaman dengan hal yang baru ini. Dianggapnya Tuhan sedang melakukan hal yang jahat kepada mereka. Makanya, tidak jarang terjadi kesalahpahaman antara mereka dengan Tuhan, padahal Tuhan sedang menuntun umat-Nya ke fase kehidupan baru yang luar biasa.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi umat-Nya. Pengiringan orang percaya kepada Tuhan itu sifatnya tidak statis, melainkan progresif yaitu terus bergerak maju. Artinya, Tuhan tidak pernah membiarkan umat-Nya berada dalam satu keadaan yang sama terlalu lama, sehingga umat-Nya merasa terlalu nyaman lalu enggan dengan yang namanya perubahan, pertumbuhan, atau pencapaian ke tujuan Tuhan. Padahal Tuhan mau umat-Nya bergerak dari satu fase ke fase selanjutnya.
Yang menjadi masalah, adalah umat Tuhan yang seringkali mengalami gagal paham dengan Tuhan dalam hal cara Tuhan membawa umat-Nya bergerak dari satu fase ke fase selanjutnya tersebut. Selalu dianggapnya, cara Tuhan membawa umat-Nya ini sebagai cara dan waktu yang tidak tepat, padahal bagi Tuhan itu adalah waktu dan cara yang tepat.
Oleh sebab itu, beberapa hal yang perlu kita pahami agar kita menjadi umat Tuhan yang selalu siap berjalan dari fase ke fase mengikuti ritme-Nya Tuhan. Di antaranya adalah:
(1). Belajar berjalan mengikuti tuntunan Tuhan. Ingat bahwa Tuhan seringkali sudah mengatakanya lebih dahulu.
UL. 32:12 demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia.
Satu hal yang seringkali membuat seorang percaya merasa tidak nyaman berjalan dalam mengiring Tuhan adalah ketika ia tiba-tiba harus masuk ke dalam suatu situasi yang tidak ia kehendaki, padahal Tuhan ingin membawanya masuk ke dalam situasi tersebut untuk kebaikan dari si orang percaya. Seandainya ia sudah mengetahuinya lebih awal, tentu situasinya akan berbeda.
Dalam perjalanan bangsa Israel menuju ke Tanah Perjanjian, didapati bahwa umat Israel seringkali bersungut-sungut kepada Tuhan. Mengapa demikian? Karena mereka tidak tahu persis kemana dan berapa lama perjalanan yang harus ditempuh hingga tiba ke tempat tujuan. Apalagi ketika perjalanan kadang harus berganti arah. Berbeda dengan Musa yang tenang menjalaninya karena ia tahu lebih awal tujuan Tuhan membawa seluruh rombongan berjalan.
Ketidaktahuanlah yang seringkali membuat seseorang merasa tidak siap dalam menghadapi suatu situasi. Padahal apabila mau cermat, sebetulnya, Tuhan selalu sudah memersiapkan umat-Nya terlebih dahulu atau memberitahukannya, hanya saja umat-Nya seringkali tidak terlalu memerhatikannya (Ayub 33:14).
(2). Belajar memercayai bahwa di tengah keadaan apapun yang dihadapi, ada Tuhan yang selalu menjagai
Ulangan 32:10 Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya.
Apabila ayat ini dipahami dengan baik, seharusnya tidak ada umat Tuhan yang masih berkata bahwa Tuhan tidak memedulikan dirinya. Terhadap umat Israel yang suka bersungut-sungut saja Tuhan mengatakan bahwa betapa Ia mengelilingi, mengawasinya, bahkan menjagainya bagaikan biji mata-Nya.
Seperti itulah Tuhan juga menjagai umat-Nya di masa sekarang. Begitu sayangnya, Tuhan ingin sekali umat-Nya tumbuh dalam kedewasaan. Seperti induk Rajawali, ia tidak ingin anak-anaknya hanya besar fisiknya, tetapi berperilaku seperti anak kecil. Anak Rajawali harus bertumbuh dewasa, agar dapat terbang melindungi dirinya dari badai dan bisa mencari makanannya sendiri.
Itulah sebabnya, demi untuk kebaikan sang anak maka induk Rajawali harus tega mendorong anaknya masuk ke fase yang “menegangkan,” yaitu fase belajar terbang. Di fase inilah seorang percaya dibawa masuk ke wilayah yang tidak mudah, bahkan kadang merasa tidak mampu. Seolah-olah Tuhan entah dimana. Padahal Tuhan sendiri yang telah mengatakan bahwa dikelilingi-Nya, diawasi-Nya, dan dijaga-Nya umat-Nya sebagai biji mata-Nya.
Mari umat Tuhan, janganlah menjadi salah paham dengan Tuhan. Mungkin saja Tuhan sedang membawa umat kepunyaan-Nya ke suatu fase baru dengan cara “didorong” untuk menukik seolah-olah sedang diperlakukan tidak baik, padahal Tuhan sedang mengajarkan suatu pelajaran baru yang penting. Yang diperlukan adalah cepatlah menangkap pelajaran yang sedang diajarkan tersebut. Tuhan mendidik umat-Nya agar tidak menjadi seorang loser, melainkan mendidik umat-Nya untuk menjadi seorang winner! Salah satu cara untuk umat Tuhan dapat menjalani kehidupan di dunia yang penuh ketidakpastian dengan kuasa dari Tuhan.
Tuhan Yesus memberkati!
