TUHAN AKAN MENYEDIAKAN (GOD WILL PROVIDE).
Mazmur 81:17 Tetapi umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik dan dengan madu dari gunung batu Aku akan mengenyangkannya.”
Mazmur yang digubah oleh Asaf ini diawali dengan nyanyian sukacita yang berisi ajakan untuk bersorak-sorai dan bernyanyi bagi Allah (ayat 2-3), karena Asaf memang termasuk kelompok imam yang bertugas di bidang puji-pujian. Makanya di ayat-ayat awal disitu terdapat ajakan untuk menaikkan lagu sambil memainkan alat-alat musik seperti rebana, kecapi, gambus, dan sangkakala. Hal ini menunjukkan betapa besarnya sukacita ini.
Nyanyian ini dilakukan dalam sebuah hari raya (ayat 4), yaitu perayaan akan ikatan perjanjian antara Tuhan dan umat-Nya. Tuhan berjanji untuk melakukan hal-hal yang luar biasa kepada umat-Nya dan sebagai gantinya, Tuhan juga menuntut umat-Nya untuk tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri, mendengarkan dan memperhatikan perintah-Nya, yakni setia untuk tidak menyembah allah lain dan hidup menurut jalan-jalan-Nya (ayat 9, 10, 14).
Satu hal yang perlu kita pahami, cara hidup yang dibangun Tuhan dengan umat-Nya selalu berbentuk perjanjian. Mulai dari perjanjian Allah secara personal dengan para tokoh di Alkitab seperti Nuh, Abraham, Daud, Salomo, dan lain-lain hingga perjanjian secara korporat dengan Israel sebagai bangsa. Inilah cara hidup orang percaya, yaitu hidup dalam perjanjian dengan Allahnya. Bagaikan dua perusahan yang mengikat diri dalam perjanjian dengan buku kontrak sebagai isinya, demikian pula orang percaya mengikat diri dengan Tuhan dalam perjanjian dengan Alkitab sebagai isinya. Itu sebabnya, Alkitab kita berisi dari dua bagian, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, bukan janji lama atau janji baru.
Begitu banyaknya janji yang telah Tuhan genapi. Bukti bahwa Tuhan setia dengan segala janji-janji-Nya sebagai bagian dari ikatan perjanjian antara kita dengan Dia. Lalu, bagaimana dengan kita? Masih setiakah kita dengan hubungan perjanjian kita dengan Tuhan tersebut? Ataukah kita yang sering ingkar janji? Jangan lupa, bahwa kesetiaan kita merupakan bagian dari ikatan perjanjian dengan Tuhan kita. Ikatan ini seharusnya membawa kita masuk dalam relasi yang lebih intim dengan Tuhan.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Tuhan melihat tidak sedikit orang-orang percaya yang terganggu damai sejahteranya atau kehilangan damai sejahtera. Mengapa seorang percaya dapat kehilangan damai sejahtera? Ketika seorang percaya mulai bertindak dengan mengandalkan kekuatannya sendiri, ketika mencoba mencari solusi dengan menggunakan akal pikirannya sendiri, atau ketika mulai ingin menggenapi apa yang ia inginkan dengan caranya sendiri.
Ketika seorang percaya ingin menyelesaikan segala sesuatu dengan caranya sendiri, maka di situlah seseorang mulai kehilangan damai sejahteranya. Yang justru damai sejahteranya diperlukan untuk kuasa Tuhan bekerja. Tetapi sebetulnya, satu jawaban yang menjawab pertanyaan “mengapa seseorang kehilangan damai sejahteranya” yaitu ketika seorang percaya sudah tidak lagi memelihara perjanjiannya lagi dengan Tuhan.
Oleh sebab itu, prinsip apa yang harus kita pahami agar seorang percaya tidak kehilangan damai sejahtera, bahkan mengalami penggenapan atas apa yang Tuhan janjikan?
Peliharalah perjanjian dengan berfokus pada Tuhan (prinsip relasi)
Mazmur 81:12-13 (13) Sebab itu Aku membiarkan dia dalam kedegilan hatinya; biarlah mereka berjalan mengikuti rencananya sendiri! (14) Sekiranya umat-Ku mendengarkan Aku! Sekiranya Israel hidup menurut jalan yang Kutunjukkan!
Bangsa Israel adalah umat perjanjian Tuhan yang kerap kali berjalan mengikuti rencananya sendiri. Padahal Tuhan sudah mengatakan, sekiranya Israel hidup menurut jalan yang Kutunjukkan, maka Tuhan akan melakukan banyak hal luar biasa kepada umat-Nya ini. Orang yang memelihara perjanjiannya dengan Tuhan, ada rasa aman dan damai karena percaya bahwa hidupnya ada di dalam tangan pemeliharaan Tuhan. Orang yang hidup dalam perjanjiannya dengan Tuhan percaya bahwa hidupnya Tuhan pelihara.
Ketika Abraham menerima janji Tuhan bahwa Tuhan akan memberikan keturunan kepadanya, yang dirasakan Abraham adalah sukacita. Ia percaya bahwa sebagai umat perjanjian Tuhan ia percaya bahwa janji itu pasti akan digenapi dalam hidupnya. Namun ada masa ketika Abraham mulai kehilangan damai sejahtera, yaitu ketika ia mulai menyangsikan bahwa bagaimana mungkin ia akan menerima apa yang Tuhan janjikan. Abraham berpikir bahwa jangan-jangan orang yang akan mewarisi apa yang ia miliki adalah Eliezer, hambanya. Mengapa Abraham berpikir demikian? Karena ia merasa dirinya sudah tua, dan ditambah melihat Sarah isterinya pun sudah mati haid. Terlihat bahwa fokus Abraham mulai beralih kepada apa yang Tuhan janjikan, bukan kepada Tuhan yang memberikan janji.
Baik Abraham maupun Sarah, keduanya pernah mengalami “pasang surut” hubungan dengan Tuhan. Namun kondisi “pasang surut” yang dialami oleh Abraham dan Sarah dapat teratasi melalui jalinan relasi yang terus diperbaiki. Mengapa mereka sempat kehilangan damai sejahtera dan mengambil keputusan yang salah? Karena fokus mereka awalnya tertuju hanya pada kapan penggenapan janji, bukan kepada relasi dengan sang pembuat Janji, yaitu Tuhan.
Mari jemaat Tuhan, ketika Tuhan memberikan pesan-Nya kepada kita bahwa Ia akan menyediakan, percayalah bahwa pribadi yang mengatakannya adalah Tuhan sang pembuat perjanjian yang kesetiaannya tidak perlu diragukan. Yang perlu ditanyakan adalah, apakah kita sebagai partner perjanjian dengan Tuhan adalah pribadi yang setia dalam memelihara perjanjian dengan Tuhan? Mari jalinlah relasi dengan Kristus sang pemberi janji, bukan berfokus kepada apa yang Tuhan janjikan.
Tuhan Yesus memberkati!