Tegakkan Kepalamu! (Pesan Gembala, 27 April 2025)

TEGAKKAN KEPALAMU!

Mazmur 27:1-6 (6) Maka sekarang tegaklah kepalaku, mengatasi musuhku sekeliling aku; dalam kemah-Nya aku mau mempersembahkan korban dengan sorak-sorai; aku mau menyanyi dan bermazmur bagi TUHAN. 

Apabila kita mendengar ada orang yang berjalan dengan kepala yang tegak (dalam pengertian literal), maknanya lebih mengandung sebuah pengertian yang positif. Artinya, orang tersebut biasanya melangkah dengan rasa percaya diri, memiliki suatu kekuatan yang ia andalkan, atau mengalami kemenangan.

Sebaliknya, orang yang berjalan dengan kepala yang tertunduk lesu itu pengertiannya biasanya ditujukan kepada orang yang sedang mengalami tekanan dalam hidupnya (kesedihan, kegalauan, ketidak-pedean, dan sebagainya), tidak yakin ada kekuatan yang dapat menolongnya, mengalami kekalahan.

Bagaikan tim sebuah cabang olahraga bersama para supporternya ketika tim mereka berhasil memenangkan suatu pertandingan, mereka biasanya akan melakukan berbagai tindakan selebrasi untuk meluapkan kegembiraan mereka. Dan kita dapat membayangkan seperti apa cara mereka berjalan ketika mereka meninggalkan arena pertandingan? Mereka akan berjalan dengan kepala yang tegak memandang ke depan dengan dada yang sedikit dibusungkan, bukti bahwa mereka sangat bangga dengan kemenangan yang mereka raih. Tidak ada seorang pemenang yang berjalan dengan kepala tertunduk. Hanya tim yang kalahlah yang berjalan dengan kepala yang tertunduk lesu dan malu. 

Daud, sang penulis mazmur, pernah mengalami masa-masa ketakutan, dimana orang-orang yang memusuhi dirinya berusaha mengejar-ngejar hendak membinasakannya. Bagi Daud hal ini tentu bukanlah sesuatu yang mudah untuk dihadapi. Seorang diri ia berusaha untuk lari menghindar dari kejaran orang-orang yang tidak segan-segan untuk membunuhnya, bahkan dalam mazmurnya tersebut ia mengatakan para pengejarnya adalah orang-orang yang hendak memakan dagingnya (ay. 2). Padahal ia dikejar-kejar bukan karena suatu kesalahan yang ia perbuat. Ia hendak dibinasakan hanya karena seseorang cemburu terhadap dirinya. 

Bagi Daud yang sedang di dalam kondisi yang demikian terjepit dan terancam, dapatlah dimaklumi apabila ia berjalan dengan kepala yang tertunduk lesu dan takut. Namun yang terjadi adalah sebaliknya, Daud berkata: “Sekarang tegaklah kepalaku, mengatasi musuhku sekeliling aku.”

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Tuhan melihat ada orang-orang percaya yang berjalan dalam “kepala yang tertunduk.” Bukan semata-mata karena lehernya yang tidak cukup kuat untuk menopang kepalanya secara fisik, melainkan karena secara spiritual merasa ada suatu beban-yang sedang menekan dirinya, sehingga kadang merasa berat untuk berjalan maju dengan “kepala yang tegak.” 

Ini masih ada kaitannya dengan pesan Tuhan beberapa minggu terakhir tentang pentingnya orang percaya “berjaga-jaga” dan “berawas-awas” terhadap segala tipu muslihat si musuh. Orang-orang percaya yang berjalan dengan kepala tertunduk sangat mudah untuk “ditipu” oleh si singa yang berjalan keliling mencari orang yang dapat ditelannya. Iblis akan mudah sekali untuk berbisik kepada orang-orang yang “jiwanya tertunduk” ini dengan mengatakan betapa sulitnya keadaan si orang percaya tersebut untuk bisa menang atau masihkah ingin bertekun di dalam Tuhan, dan berbagai bisikan lemah lainnya.

Orang-orang yang “kepalanya tertunduk lesu” adalah orang-orang yang merasa dirinya terlalu berat untuk mengambil otoritas atas berbagai situasi yang telah menimpanya dan membiarkan keadaan menguasai dirinya. Berbeda dengan Daud, sekalipun musuh berkemah mengepung dirinya, Daud memilih untuk membiarkan kuasa Tuhan bekerja dan bertindak dengan cara-cara Tuhan dalam menghadapinya. 

Melalui pesan-Nya ini, Tuhan menghendaki orang-orang percaya berjalan dengan “kepala yang tegak terangkat.” Dan beberapa hal yang membuat orang percaya dapat berjalan secara demikian adalah:

(1). Jadikan Tuhan sebagai tempat persembunyian dimana kita akan memiliki rasa aman yang sejati

Maz. 27:4-5 (4) Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya. (5) Sebab Ia melindungi aku dalam pondok-Nya pada waktu bahaya; Ia menyembunyikan aku dalam persembunyian di kemah-Nya, Ia mengangkat aku ke atas gunung batu. 

Hanya orang-orang yang sungguh-sungguh mencari Tuhan akan mendapatkan rasa aman yang sejati. Sekedar datang beribadah kepada Tuhan bukan jaminan akan serta merta mendapatkan rasa aman di dalam Tuhan, kecuali memang datang mencari Tuhan atau secara pribadi mencari Tuhan dan mendapatkan pribadi-Nya. Kalau hanya sekedar tubuh yang datang, hati-hati bahwa musuh tetap akan mencoba membisik untuk memerdaya.

Pada waktu Daud mengatakan bahwa Tuhan melindungi dan menyembunyikan dirinya dalam pondok-Nya pada waktu bahaya apakah artinya keadaan Daud sudah terbebas dari kejaran dan kepungan musuh-musuh yang hendak membinasakannya? Belum. Apakah Daud sudah terbebas dari masalah yang menimpanya? Belum! Orang-orang yang besar jumlahnya itu masih saja terus memburunya. 

Bukankah ini tidak sesuai dengan apa yang ditulis Daud dalam Mazmurnya? Tidak, Daud sedang tidak berbohong. Daud sedang mengungkapkan keadaan hatinya. Meski masalah mendera, namun ada rasa aman sejati di hatinya, yaitu rasa aman karena Tuhan menjaga hidupnya. Rasa aman di dalam Tuhan itu tidak terjadi begitu saja. Itu adalah hasil dari pencarian seseorang akan Tuhan hari lepas hari.

(2). Jadikan perjumpaan pribadi dengan Tuhan sebagai “titik balik” penting dalam hidup kita

Mazmur 27:8 Hatiku mengikuti firman-Mu: “Carilah wajah-Ku”; maka wajah-Mu kucari, ya TUHAN.

Turning point atau titik balik adalah sebuah periode yang dialami oleh seseorang ketika terjadi transformasi besar dalam menentukan perjalanan hidup selanjutnya. Dalam peristiwa pengiringan orang percaya kepada Tuhan, turning point atau titik balik adalah peristiwa penting dimana seorang percaya mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan, dimana melalui peristiwa tersebut hidup pengiringannya menjadi berbeda. Tuhan begitu nyata dalam hidupnya. Orang-orang percaya yang mengalami ini ketika dihantam dengan berbagai masalah apapun akan selalu tetap kuat di dalam Tuhan, karena sudah mengalami Tuhan secara pribadi.

Reaksi pertama yang dilakukan oleh seluruh prajurit Israel ketika melihat Goliat adalah langsung merasakan ketakutan dan menjadi tawar hati padahal belum bertarung. Namun, apa yang membuat Daud memiliki respon yang berbeda terhadap Goliat dibandingkan dengan prajurit Israel? Daud memiliki pengalaman pribadi dengan Tuhan yang ia andalkan sejak hari-hari ia dipercayakan oleh orang tuanya untuk mengembalakan kambing dombanya. Ada titik balik-titik balik penting yang ia alami bersama Tuhan.

Daud tetap seorang anak remaja biasa, namun pengalaman yang ia bangun bersama Tuhan, dimana ia benar-benar mengandalkan Tuhan disaat-saat ia takut, dan mengijinkan Tuhan untuk campur tangan disaat ia kesulitan membuat Daud tenang menghadapinya. Ia biasa mencari hingga menemukan “wajah” Tuhan. Pertanyaannya, adakah titik balik penting yang kita pernah alami bersama Tuhan yang membuat kita selalu kuat di dalam Tuhan?

Mari jemaat Tuhan, lewat pesan-Nya ini Tuhan sedang mengatakan bahwa orang-orang percaya yang berjalan dengan kepala yang tegak terangkat akan dapat mengatasi dengan baik tantangan demi tantangan yang dihadapinya, dan orang-orang ini akan menyelesaikan seluruh rangkaian pertandingan imannya dengan senyum kemenangan.

Tuhan Yesus memberkati! 

Tegakkan Kepalamu! (Pesan Gembala, 27 April 2025)

| Warta Jemaat |
About The Author
-