SUMBER MENENTUKAN KUALITAS HASIL
Amsal 25: 26 Seperti mata air yang keruh dan sumber yang kotor, demikianlah orang benar yang kuatir di hadapan orang fasik.
Ayat di atas merupakan satu dari serangkaian amsal yang dikumpulkan oleh pegawai-pegawai Hizkia, raja Yehuda. Amsal tersebut adalah kumpulan nasihat bijak yang digubah oleh raja Salomo, dalam hal ini mengisahkan tentang raja yang sedang memberikan arahan dan nasihat bagi orang-orang kepercayaannya. Adalah wajar seorang raja menata dengan baik kerajaan yang dipimpinnya. Untuk itu, ia tidak dapat berjuang seorang diri. Selain kepercayaan dari rakyat, ia memerlukan dukungan serta kerja keras dan kualitas orang-orang yang bekerja baginya.
Ia memerlukan orang-orang yang dapat dipercayainya. Itulah sebabnya, raja tidak sungkan “menyaring” orang-orang di sekitarnya (ayat 4-5). Ia tidak membutuhkan orang yang sombong (ayat 6). Raja hanya memerlukan orang yang rendah hati yang tidak bermuka dua serta yang menangkap maksud dan isi hati raja. Karena keputusan akan diambil raja berdasarkan apa yang ada di dalam hatinya. Kepada orang-orang seperti inilah raja akan memberikan kehormatan.
Kualitas orang yang memiliki keterhubungan yang benar dengan sang raja diharapkan akan menghasilkan dampak hasil yang sama kualitasnya. Sebaliknya, mereka yang menerima masukan (input) dari sumber yang salah atau kotor akan menghasilkan hasil akhir (output) yang sama buruknya. Hal itu telah digambarkan dengan gamblang pada ayat 26.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan menginginkan kehidupan setiap orang percaya seperti mata air yang terhubung dengan sumber yang jernih, dalam hal ini adalah pribadi sang Raja. Apa yang dikeluarkan dari sang sumber, terpancar juga melalui orang-orang percaya-Nya. Ada “air murni” yang terus menerus keluar dari dalam diri pribadinya untuk menyalurkan banyak hal yang luar biasa yang dapat dinikmati langsung oleh orang-orang di sekelilingnya, hingga menjadi berkat bagi mereka yang dari jauh melalui aliran-alirannya.
Penulis Amsal mengingatkan bahwa orang benar bisa kehilangan fungsinya sebagai orang benar, dan ia menyamakan kondisi orang benar tersebut sama seperti kondisi mata air yang keruh, dalam terjemahan aslinya digambarkan seperti manusia dan binatang liar yang mengaduk-aduk dan menginjak-injak sumber mata air sehingga air yang jernih bercampur baur dengan dasar lumpur yang di bawahnya, sehingga kondisi air menjadi sangat kotor dan bahkan lebih kotor dari air-air lain.
Beberapa prinsip yang perlu kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan ini, di antaranya adalah:
(1). Menjalin sebuah keterkoneksian dengan Sumber yang benar mungkin tidak terlalu terasa, namun hasil yang luar biasa sudah menanti.
Ams. 25:25 Seperti air sejuk bagi jiwa yang dahaga, demikianlah kabar baik dari negeri yang jauh.
Penulis Amsal mencoba menggambarkan seperti apa rasanya kerongkongan dari seseorang yang sedang mengalami rasa dahaga yang luar biasa ketika menerima tetesan air sejuk dari sumber mata air yang bersih (Ibr.: Mahyim). Dari rasa kering yang menyiksa, namun tiba-tiba menerima suatu kesegaran yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, walaupun mungkin belum dalam jumlah yang melimpah. Berbeda keadaannya apabila kondisi tubuh orang tersebut sedang tidak terlalu membutuhkannya.
Hal ini sebetulnya menggambarkan bahwa sedikit berita yang baik (Ibr. Shemuah towb) atau kabar/perkataan kebenaran yang berharga apabila diterima oleh hati yang dahaga akan perkataan dari sumber yang benar maka akan mengalami suatu kepuasan yang tidak terbayangkan bahkan akan dapat mengubah hidup kita hari lepas hari.
Tanpa disadari, manusia telah sangat bergantung dengan sebuah keterhubungan dengan peralatan canggih yang ada di genggaman tanganya. Ponsel dan perangkat komputer butuh diisi dengan energi listrik. Sedangkan penggunanya memerlukan menara jaringan, data, jaringan internet dan lain-lain. Pernahkah kita berpikir bahwa begitu besar kepercayaan dan ketergantungan kita terhadap perangkat ini? Tidakkah kita akan mengalami hidup yang menakjubkan kalau kita memulai hari-hari kita dengan mengisinya bersama Tuhan?
(2). Menjalin sebuah keterkoneksian dengan Sumber yang benar akan membuat seseorang hidup dalam kemurnian dan kejelasan.
Amsal 25: 26 Seperti mata air yang keruh dan sumber yang kotor, demikianlah orang benar yang kuatir di hadapan orang fasik (versi Amp.: Seperti mata air berlumpur dan sumur yang tercemar, demikianlah orang yang benar yang menyerah, menjadi lemah dan mengkompromikan integritasnya di hadapan orang fasik)
Orang benar semula memiliki pemikiran yang lurus dan jujur. Dan akan demikian selalu keadaannya selama ia berpegang teguh pada hikmat sejati dan kebenaran. Tetapi itu dapat segera berubah apabila ia mulai mengkompromikan kebenaran dengan kejahatan. Berkompromi dengan hal-hal yang salah karena terdesak oleh keadaan yang sulit, sehingga berani melakukan sesuatu yang menyimpang dan tidak benar untuk dilakukan, berpikir bahwa itu bisa diterima dan dimaklumi, lalu kemudian mengatakan hal tersebut sebagai sesuatu yang baik dan benar.
Orang-orang yang memilih berlaku demikian akan mulai kabur pandangannya. Bukan pada mata jasmaninya, melainkan pada pandangan mata rohaninya. Kepekaannya terhadap mana yang benar dan mana yang salah mulai berkurang. Pikirannya menjadi tumpul, tak lagi tajam membedakan mana yang yang lurus dan mana yang bengkok. Ia mulai tidak jujur kepada dirinya sendiri dan dalam melihat segala sesuatu. Kejernihan berpikir dan menilai mulai berangsur lenyap.
Mari jemaat Tuhan, pesan ini Tuhan berikan agar kita tetap senantiasa terhubung dengan sumber yang benar, yaitu pribadi Kristus. Ada begitu banyak hal yang luar biasa dinyatakan ketika kita menjadikan Ia sebagai satu-satunya sumber yang dapat diandalkan.
Tuhan Yesus memberkati!