SEDIKIT DARI SEKIAN BANYAK ORANG
Bilangan 32:12 kecuali Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, dan Yosua bin Nun, sebab keduanya mengikut TUHAN dengan sepenuh hatinya.
Peristiwa yang terjadi di Bilangan 32 ini kembali mengingatkan Musa akan peristiwa dua belas pengintai yang diutusnya untuk mengintai di tanah Kanaan. Pada waktu bangsa Israel sudah berada di dekat sungai Yordan menjelang penyeberangan ke tanah Perjanjian, suku Ruben dan Gad yang memiliki jumlah ternak yang banyak, “bahkan sangat banyak sekali,” mereka datang kepada Musa meminta ijin untuk tidak ikut menyeberang dan memutuskan untuk menetap di sana bersama keluarga dan ternak mereka. Mereka melakukan hal itu bukan dikarenakan besarnya jumlah keluarga mereka, melainkan karena banyaknya ternak mereka.
Tanah di luar Kanaan tersebut rupanya sangat subur dan mereka sangat tergiur untuk tetap tinggal di tempat itu. Dalam keseluruhan dialog yang terjadi, terlihat Musa kembali waspada dengan keinginan yang berpotensi merusak ini. Ia teringat 40 tahun sebelumnya, di saat mereka berada di ambang tanah Kanaan, peristiwa pemberontakan yang dipicu oleh sepuluh pengintai yang menyebabkan mereka harus mengembara hingga satu generasi musnah, kini terancam akan terjadi lagi. Maka tak heran Musa memberikan respons panjang-lebar terhadap permintaan yang singkat itu.
Musa menjelaskan bahwa keputusan mereka tersebut akan dapat membuat enggan hati orang Israel untuk menyeberang ke negeri yang diberikan Tuhan kepada mereka. Ia mengingatkan bahwa sebagaimana dulu leluhur mereka ketika disuruh mengintai untuk melihat-lihat negeri itu menjadi ciut hati ketika sepuluh dari mereka melaporkan betapa bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu dan sangat besar, juga keturunan kaum raksasa telah mereka lihat di sana siap memakan habis mereka.
Hal itu membuat bangkit murka Tuhan dan Ia mengatakan bahwa mereka tidak akan melihat negeri yang dijanjikan dengan bersumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub, oleh karena mereka tidak mengikut Tuhan dengan sepenuh hatinya, kecuali Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, dan Yosua bin Nun, sebab keduanya mengikut Tuhan dengan sepenuh hatinya.
Akhirnya solusi tercapai ketika suku Ruben, Gad dan setengah dari Manasye memutuskan untuk meninggalkan untuk sementara istri, anak anak dan ternak mereka di tanah bagian timur seberang sungai Yordan, sedangkan kaum laki-lakinya tetap ikut berpartisipasi dengan saudara-saudara dari suku lain sampai mereka semua menduduki tanah Kanaan. Hal yang menarik dari peristiwa ini adalah, Tuhan masih teringat akan sosok Kaleb dan Yosua yang memiliki pribadi yang berbeda dari kebanyakan umat Israel.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Keteguhan hati dan keseriusan seseorang di dalam mengiring Tuhan tetap menjadi fokus perhatian Tuhan. Bagi Tuhan bukan seberapa banyak jumlah orang yang mengikut-Nya, namun seberapa serius hati seseorang di dalam mengiring-Nya. Sosok Kaleb dan Yosua tetap menjadi sebuah contoh keteladanan akan teguhnya hati seorang pemercaya di tengah ketidakpercayaan sebuah bangsa yang hatinya telah berbalik dari Tuhan serta menyangsikan janji Tuhan dan siap melempari mereka dengan batu. Keteguhan hati mereka membuat mereka mampu menyelesaikan perjalanan panjang yang tidak seharusnya mereka jalani.
Apa yang dimaksud dengan mengikuti Tuhan dengan sepenuh hati?
(1). Bukan sekedar asal mengiring Tuhan, namun memberikan hati sepenuhnya pada Tuhan
Bil. 32:12 kecuali Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, dan Yosua bin Nun, sebab keduanya mengikut TUHAN dengan sepenuh hatinya (MSG.: None, except for Caleb son of Jephunneh the Kenizzite, and Joshua son of Nun; they followed me—their hearts were in it).
Apa yang membuat seseorang bisa melakukan sesuatu dengan hasil maksimal dan sekaligus bisa memuliakan Tuhan di dalamnya? Ketika seseorang melakukannya atas dasar mencintai apa yang dikerjakannya dan bagi siapa hasil itu dipersembahkan. Namun sebaliknya, tidak sedikit dijumpai orang-orang yang tidak mengalami hasil yang maksimal dalam pengertian tidak mengalami kepuasan dan pencapaian yang dapat dinikmati oleh banyak pihak. Orang-orang yang demikian adalah mereka yang melakukannya bukan karena kecintaannya pada apa yang dilakukannya, melainkan karena berbagai motivasi dan berbagai alasan yang berkaitan dengan kepentingan diri sendiri atau bahkan keterpaksaan.
Apa yang membuat pengiringan Kaleb dan Yosua begitu berbeda di mata Tuhan? Karena Tuhan melihat ada rasa cinta dan ketulusan lahir di dalam pengiringannya kepada Tuhan. Di saat para pemimpin lain melakukan segala sesuatu karena semata-mata tugas, Kaleb dan Yosua yang melakukannya dengan hati yang mengasihi. Jika seseorang tidak melandasi apa yang dilakukannya dengan hati yang benar, maka lihat respon apa yang dimunculkan ketika sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi. Ada keluh kesah, ada rasa mengasihani diri, kemarahan dan bahkan kekecewaan kepada Tuhan dan sesama yang jelas semua itu tidak akan membawa manfaat apa-apa. Sepuluh pengintai menunjukkan respon yang sangat buruk ketika melihat kenyataan kondisi penduduk asli Kanaan tidak seperti yang mereka harapkan. Hal itu menjadikan semua yang telah dijanjikan Tuhan menjadi hilang di mata mereka.
(2). Bukan sekedar coba-coba mengiring Tuhan, namun sebuah kebulatan tekad.
Bil. 32:12 kecuali Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, dan Yosua bin Nun, sebab keduanya mengikut TUHAN dengan sepenuh hatinya (GW.: Only Caleb (son of Jephunneh the Kenizzite) and Joshua (son of Nun) will get to see the land. This is because they wholeheartedly followed the Lord).
Mengikut Tuhan dengan bulat hati adalah sebuah tekad dan keputusan yang tegas tanpa berpikir suatu hari akan menyesalinya ketika mengalami sesuatu keadaan yang tidak mengenakkan. Bahkan tidak sedikit ada orang-orang percaya yang sering mengenang kepercayaan lamanya yang terasa seperti lebih menyenangkan dibandingkan sekarang, ketika keadaan sulit menerpa. Orang-orang yang demikian jelas tidak memiliki fondasi yang jelas di dalam mengiring Tuhan. Semua tergantung pada keadaan yang terjadi. Kalau begitu, bagaimana dengan rasul Paulus yang perjalanan hidupnya setelah mengiring Tuhan penuh dengan berbagai tantangan? Apakah hal-hal itu membuat pengiringannya pada Tuhan menjadi surut?
Komitmen yang kuat atau kebulatan tekad sangat dibutuhkan di dalam mengerjakan sesuatu. Itu adalah hal yang penting dan dibutuhkan di dalam segala bidang kehidupan. Di dalam dunia pekerjaan, orang yang melakukannya atas dasar komitmen akan melakukan hal yang terbaik untuk menyelesaikan tugas yang diembannya. Begitu pula dengan kehidupan pernikahan. Pernikahan bukanlah sebuah perjalanan “coba-coba” dimana kalau keadaan enak diteruskan, jika tidak menyenangkan maka dibubarkan. Hal yang sama pula di dalam mengiring Tuhan atau melayani Tuhan. Bukan sekedar menjalankan tugas semata-mata, melainkan dengan sepenuh hati. Tanpa sebuah kebulatan tekad yang kuat sulit bagi seseorang dapat menyelesaikan pertandingannya dengan baik.
Mari jemaat Tuhan, ketika Tuhan berulang kali mengatakan bahwa Kaleb dan Yosua mengiring Dia dengan sepenuh hati, kita seharusnya sudah dapat menangkap maksudnya. Tuhan memiliki kriteria tertentu. Mungkin tidak terlalu banyak orang yang demikian, namun biarlah kita termasuk yang sedikit di antara banyak orang.
Tuhan Yesus memberkati!