PROSES AKAN MENGHASILKAN PROGRES
1 Samuel 16:1 Berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: “Berapa lama lagi engkau berdukacita karena Saul? Bukankah ia telah Kutolak sebagai raja atas Israel? Isilah tabung tandukmu dengan minyak dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagi-Ku.”
Dunia hari-hari ini sudah diwarnai dengan budaya instan. Berbagai produk sudah ditawarkan versi instannya, mulai dari makanan instan tanpa proses memasak yang panjang, belajar bahasa asing dalam waktu singkat, pinjaman tunai cair dalam sekejap, hingga sistem penurunan berat badan singkat tanpa perlu lelah berolahraga, dan berbagai produk lainnya. Luar biasa memang pengaruh budaya instan ini.
Budaya ini datang dari kesadaran bahwa hidup manusia dalam dunia ini memang singkat. Pemazmur mengatakan bahwa usia manusia adalah 70 tahun atau 80 tahun apabila diberikan kekuatan. Berdasarkan pengetahuan akan usia yang tidak panjang ini, manusia jadi ingin memaksimalkan hidupnya dengan mendapatkan sebanyak mungkin hal dalam waktu yang singkat. Seringkali produk instan menjadi pilihan utama.
Atas dasar hal-hal tersebut, maka tidak sedikit orang, termasuk orang percaya menginginkan segala sesuatu itu serba cepat. Dan itu juga tercermin dari sikap tingkah lakunya yang karena ingin cepat, akhirnya cenderung melupakan atau bahkan dengan sengaja melompati atau melewatkan berbagai proses yang sebenarnya diperlukan. Kalau perlu melanggar aturan maka dilanggarlah demi untuk memersingkat proses.
Proses-proses pergumulan seperti mengandalkan Tuhan dengan terlebih dahulu berdoa dan bertanya pada Tuhan sudah jarang orang lalui dalam budaya instan ini. Hal-hal seperti ini dianggap sebagian orang hanya sesuatu yang menyita waktu saja. Semua kebanyakan berorientasi pada hasil. Ingat, sesuatu yang instan tanpa melalui proses yang melibatkan Tuhan di dalamnya hasilnya pasti akan sangat berbeda. Mengeluarkan seekor kupu-kupu muda dari proses kepompong sebelum waktunya hanya akan menghasilkan seekor kupu-kupu yang lemah dan singkat umurnya.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tidak sedikit orang percaya yang fokus pandangannya hanya tertuju pada hasil akhir, namun mengabaikan proses. Tidak mau tahu cara mencapainya seperti apa, yang penting ingin cepat mengalami hasilnya saja. Dan satu hal yang perlu kita ketahui, Tuhan kita adalah Tuhan yang menyukai proses. Ia tidak terlalu terkesan dengan “hasil indah” yang dicapai oleh orang percaya, melainkan ingin melihat cara yang dilakukan orang percaya dalam mencapainya. Tuhan tidak terlalu terkesan dengan hasil ulanganmu yang mendapat nilai 100, melainkan Ia terkesan pada cara engkau mencapainya meskipun nilai akhirnya mungkin bukan 100.
Ketika Tuhan memilih kita, Ia sudah melihat hal apa yang akan Ia lakukan melalui pribadi kita, yaitu sebagai alat-alat yang akan digunakan untuk menggenapkan rencana Kerajaan-Nya di bumi. Dalam arti kata lain, Ia sudah tahu akan menjadi apa kita kelak. Yang pasti sesuatu yang luar biasa. Namun untuk mencapai menjadi sesuatu yang Tuhan inginkan, si pribadi yang dipilih ini perlu dibentuk terlebih dahulu untuk menjadi sesuatu sesuai dengan rencana-Nya. Dan cara Tuhan yang paling efektif di dalam membentuk pribadi orang percaya yaitu dengan cara membawanya masuk ke dalam yang namanya ‘proses’ yang seringkali tidak mengenakkan.
Hal yang sama, ketika Tuhan memilih Daud dengan tujuan suatu hari kelak ia akan menjadi seorang raja bagi bangsa Israel. Ingat, Tuhan selalu merancangkan hal-hal yang luar biasa bagi anak-anak-Nya. Namun untuk menjadi seorang raja bagi bangsa Israel Tuhan memiliki kriteria tertentu. Nah, kriteria itu belum melekat pada diri Daud yang pada waktu itu masih sebagai seorang penggembala muda. Itulah sebabnya, Daud harus masuk ke dalam sesuatu yang bernama proses.
Beberapa prinsip yang harus kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan ini agar terjadi progres yang luar biasa dalam diri kita, di antaranya adalah:
(1). Proses seharusnya akan membawa kita kepada peningkatan
1 Samuel 16:13 Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya. Sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh TUHAN atas Daud. Lalu berangkatlah Samuel menuju Rama.
Setelah Daud diurapi oleh nabi Samuel apakah ia langsung menjadi raja? Tidak. Tidak ada yang berubah dalam hidup Daud. Daud kembali menjalani kehidupan sehari-harinya sebagai seorang penggembala kambing domba seperti biasanya. Jadi untuk apa pengurapan yang diterima oleh Daud? Pertama sebagai pengingat bahwa Tuhan telah memilih dirinya untuk masuk ke dalam skenario-Nya Tuhan. Kedua, untuk memampukan Daud menjalani hari-harinya yang sedikit demi sedikit mulai mengalami perubahan. Sejak saat itu tanpa di sadari Daud mulai masuk ke dalam proses-Nya Tuhan. Ada sesuatu yang berbeda terjadi dalam hidupnya. Firman Tuhan Tuhan tadi mengatakan “bahwa sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh Tuhan atas Daud.”
Awalnya mungkin tidak ada yang berubah dalam keseharian Daud, tetapi lihat, mulai terlihat adanya perubahan dalam hidup Daud. Proses yang dijalani Daud mulai membawa progres dalam hidupnya. Sayang sekali banyak orang menghindari proses, padahal hal itu yang akan membawa progres dalam hidup seseorang. Tidak ada progres tanpa proses.
Daud mulai suka dipanggil raja Saul untuk bermain kecapi di istana, kemudian mulai dipercaya menjadi pengangkat senjata Saul. Memasuki 1 Samuel 17 Daud mulai diperkenalkan Tuhan kepada rakyat Israel sejak ia mengalahkan Goliat. Namun memasuki 1 Samuel 18 disitu dikatakan bahwa Saul mulai membenci Daud. Dan tidak lama setelah itu dimulailah proses pengejaran Saul yang dengan serius hendak membunuh Daud. Bersyukur bahwa Daud menjalani seluruh rangkaian proses Tuhan dengan baik, ia mengalami banyak peningkatan dan pengenalan akan Tuhan selama masa proses berlangsung. Tuhan senang pada pribadi Daud.
(2). Proses seharusnya membawa kita menjadi pribadi yang lebih baik, bukan menjadi pahit (menjadi better, bukan bitter).
1 Samuel 18:14 Daud berhasil di segala perjalanannya, sebab TUHAN menyertai dia.
Siapapun akan terkejut ketika melihat orang dekat yang selama ini menjadi ayah mertuanya berbalik mengejar ingin membunuhnya. Itulah yang dialami Daud ketika melihat Saul bersungguh hati ingin membunuhnya. Daud bisa saja menjadi kecewa dan pahit melihat kenyataan ini. Ia bisa kepahitan pada Saul dan ia juga bisa kepahitan pada Tuhan yang dianggap telah memberikan pengharapan palsu kepada dirinya. Namun luar biasanya Daud tidak menjadi pahit. Mengapa? Karena Daud tahu bahwa Tuhan sedang menggunakan proses untuk membawa dirinya kepada penggenapan janji Tuhan.
Reaksi kecewa dan pahit seorang percaya pada apapun dan siapapun adalah bukti bahwa ia tidak siap dengan rencana Tuhan yang luar biasa. Sekaligus bukti bahwa ia tidak memercayai janji Tuhan. Tidak sedikit orang percaya kehilangan iman percayanya ketika menjalani proses, padahal iman sangat dibutuhkan untuk membuat kita tetap bergerak maju sampai kita melihat Tuhan menggenapi apa yang telah Ia janjikan. Beriman membuat seorang percaya berkata: “Meskipun aku belum melihat apa-apa, namun karena Tuhan yang berjanji, maka aku akan terus melangkah maju dan bertanggung jawab atas apapun yang Tuhan percayakan.” Proses yang diresponi dengan baik akan membuat kita menjadi a better person, not a bitter person.
Mari jemaat Tuhan, kita tidak bisa sekedar mengharapkan sesuatu hasil akhir yang luar biasa dari Tuhan terjadi atas diri kita tanpa mau menjalani suatu rangkaian pembentukan dari Tuhan yang bernama proses. Kita tidak akan mengalami progres yang berarti tanpa mau menjalani proses. Ingat, Tuhan tidak terpukau dengan hasil akhir yang dicapai oleh seseorang. Tuhan terpukau pada cara orang tersebut mencapainya. Selamat menjalani proses dengan benar!
Tuhan Yesus memberkati!