Prajurit yang Berjalan dengan Kepala yang Tegak (Pesan Gembala, 21 September 2025)

PRAJURIT YANG BERJALAN DENGAN KEPALA YANG TEGAK

Mazmur 27:6 Maka sekarang tegaklah kepalaku, mengatasi musuhku sekeliling aku; dalam kemah-Nya aku mau mempersembahkan korban dengan sorak-sorai; aku mau menyanyi dan bermazmur bagi TUHAN.

Mazmur ini menceritakan kondisi ketika Daud berada dalam situasi yang sangat mengancam hidupnya. Ada penjahat-penjahat yang menyerang (ayat 2), dan ada tentara yang berkemah mengepung dirinya (ayat 3). Suatu situasi yang sangat tidak mudah dimana ia harus menghindari diri dari pengejar-pengejarnya tersebut.

Status Daud ketika itu sebetulnya sudah sebagai salah seorang prajuritnya Saul, bahkan pada waktu itu ia sudah menjabat sebagai kepala prajurit-prajurit Israel. Di dalam 1 Samuel 18:5 dijelaskan bahwa setelah kemenangan Daud atas Goliat, ia tidak diijinkan Saul untuk pulang ke rumah ayahnya, namun langsung direkrut Saul sebagai bagian dari ketentaraan Israel.

Perhatikan sikap Daud ketika berada di dalam keadaan yang sangat sulit tersebut. Daud tidak menjadi bingung dan lesu. Pula Daud tidak terlihat mengalami kelelahan atau berjalan dengan sikap tertunduk lemah. Sebaliknya, dari sejak ayat 1 Daud sudah menunjukkan sikap optimismenya. Bukan pula Daud menganggap remeh masalahnya, namun Daud sadar sekali kepada siapa dia menaruh harapannya.

Apapun yang dilakukan oleh para penyerangnya itu tidak membuat kepala Daud tertunduk, melainkan tetap tegak. Tegak yang dimaksud di sini tentu bukan dalam makna literal dimana ada tulang dan otot leher yang kuat untuk menopang dan menyangga kepala, namun ini berbicara tentang hati yang optimis, mata yang tertuju pada fokus yang benar, sikap yang bersemangat, memiliki daya juang yang tinggi, iman besar yang tertuju kepada Tuhan, pengharapan akan datangnya kemenangan dari Tuhan.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan melalui pesan-Nya ini mengatakan, bahwa sebagai orang-orang percaya kita harus selalu menyadari bahwa kita adalah prajurit-prajurit-Nya Tuhan yang selayaknya berjalan dengan tegap, pandangan mata yang tajam, dan dengan dada yang membusung, serta bangga akan status tersebut. Seperti inilah seharusnya prajurit-prajurit Tuhan yang sedang mengemban suatu tugas besar Kerajaan Sorga.

Namun sayangnya, ternyata tidak semua prajurit berjalan dengan tegap seperti yang dimaksud Tuhan. Ada sebagian dari orang-orang percaya yang berjalan dengan lemah dan “kepala” yang tertunduk lesu. Mungkin ada yang berkata bahwa beban berat telah membuat jalannya tertunduk. Ingat, setiap prajurit pun memiliki bebannya masing-masing. Dan pula, ada Kristus, sang Panglima perang, yang seharusnya menjadi tumpuan harapan. Bayangkan, seperti apa sikap musuh, seandainya melihat ada prajurit-prajurit Tuhan yang berjalan dengan sikap yang lemah tersebut.

Yang dimaksud dengan prajurit-prajurit yang berjalan dengan “kepala” yang tertunduk adalah orang-orang percaya yang sudah kehilangan semangat juang, kehilangan tujuan Tuhan, tidak menyadari bahwa ia bernilai tinggi dimana Tuhan adalah pemilik hidupnya, orang-orang yang patah semangat dan lelah dalam mengiring Tuhan.

Beberapa hal yang perlu kita pahami berkaitan dengan status kita sebagai prajurit-prajuritnya Tuhan, di antaranya adalah:

(1). Sadari bahwa seorang prajurit Tuhan itu memiliki nilai yang mahal, karena itu berjalanlah dengan bangga

Mazmur 27:1 Dari Daud. TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?

Sebetulnya, ayat 1 ini sudah menjelaskan banyak hal tentang Daud, bahwa mengapa ia dapat tetap menegakkan kepalanya di tengah problema yang tidak mudah yang ia hadapi ini. Ayat tersebut merupakan deklarasi Daud tentang siapa Tuhan, siapa diri Daud, dan hubungan yang dijalin antara dirinya dengan Tuhan. Daud menyatakan bahwa Tuhan adalah pemilik hidupnya dan pemberi keselamatan bagi dirinya, dan terang Tuhan menyinari hidupnya. Dahsyat bukan? Itulah sebabnya, Daud berani menyatakan imannya: “Kepada siapakah aku harus takut?”

Orang percaya yang berjalan dengan kepala yang tertunduk lesu adalah orang percaya yang tidak menyadari bahwa dirinya begitu berharga. Nilai suatu benda sangat dipengaruhi oleh siapa yang memilikinya dan berapa yang telah sang pemilik bayar bagi benda itu. Sekarang, bayangkan, berapa mahal nilai diri kita sebagai seorang prajurit Tuhan? Semahal darah Yesus di kayu salib (1 Petrus 1:19).

Tuhan tidak mau kita seperti “sepuluh pengintai” atau seperti Gideon yang mengalami inferiority complex, merasa diri kecil dan tidak mampu. Tuhan mau kita menjadi pahlawan yang gagah berani. Sudah bukan saatnya lagi kita menjadi pribadi-pribadi yang kehilangan semangat, gampang menyerah, gampang berputus asa, gampang kecewa, dan lain-lain. Jadlah prajurit Tuhan yang bertanggung jawab atas “wilayah-wilayah” yang Tuhan percayakan agar musuh tidak dapat mengambil kesempatan untuk menguasainya.

(2). Sadari bahwa hadirat  Tuhan adalah tempat perlindungan sejati, karena itu luangkan waktu untuk berada di dekat-Nya

Mazmur 27:4-5 (4) Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya. (5) Sebab Ia melindungi aku dalam pondok-Nya pada waktu bahaya; Ia menyembunyikan aku dalam persembunyian di kemah-Nya, Ia mengangkat aku ke atas gunung batu.

Ayat di atas sedang menjelaskan bagaimana Daud menyembunyikan dirinya ketika bahaya datang mengancam. Tempat persembunyian Daud tidak lain adalah duduk diam di hadirat Tuhan. Tidak ada tempat yang paling aman selain berada di dekat-Nya. Hal-hal itulah yang dapat membuat Daud menjadi optimis dan kepalanya berdiri tegak. Musuh boleh datang, tetapi Tuhanlah yang berperang baginya.

Di dalam dunia milter, ada istilah yang sering digunakan oleh prajurit-prajurit yang mengalami kelelahan dalam bertempur tanpa hasil yang berarti, namanya “battle fatigue.” Banyak prajurit yang mengalami kelelahan tempur akibat tekanan fisik, emosional, dan psikologis yang terus-menerus. Mengapa kelelahan? Karena bertempur terus menerus dengan mengandalkan kekuatan fisik diri sendiri tanpa strategi, tidak menyerang kepada sasaran yang seharusnya. Bukan musuh yang diperanginya.

Dalam Perjanjian Baru, Yesus secara pribadi mengundang setiap orang yang letih lesu dan berbeban berat. Ia rindu untuk memberikan kelegaan. Syaratnya adalah dengan datang mendekat kepada Tuhan, maka Tuhan akan mengenakan “kuk” kepada umat-Nya. Kuk yang dari Tuhan itu ringan, sedangkan kuk yang bukan dari Tuhan membuat orang percaya berjalan tertunduk lesu.

Mari jemaat Tuhan, jangan kita berpikir, menjadi prajurit yang tertunduk dengan prajurit yang berjalan dengan kepala tegak tidak ada perbedaan apa-apa. Perbedaannya adalah seberapa luas wilayah yang dapat kita kuasai. Apabila kita mau tegak berdiri sebagai prajurit Tuhan dan menghadapi lawan, maka akan banyak wilayah demi wilayah yang bisa kita rebut bagi Kerajan Sorga, demikian juga sebaliknya.

Tuhan Yesus memberkati!

Prajurit yang Berjalan dengan Kepala yang Tegak (Pesan Gembala, 21 September 2025)

| Warta Jemaat |
About The Author
-