PRAJURIT-PRAJURIT YANG MEMANDANG JAUH KE DEPAN (VISI 2022)
2 Samuel 23:8-39 (12) maka berdirilah ia di tengah-tengah ladang itu, ia dapat mempertahankannya dan memukul kalah orang Filistin. Demikianlah diberikan TUHAN kemenangan yang besar.
Ayat di atas merupakan salah satu tindakan heroik yang dilakukan oleh Shama, salah seorang prajurit unggulannya Daud. Seorang yang mampu menghadapi begitu banyak lawan seorang diri demi memertahankan sebuah lahan kepunyaan warga Israel. Hasil dari apa yang dilakukannya adalah sebuah kemenangan yang besar. Luar biasa bukan? Apabila kita baca ayat-ayat selanjutnya, di situ kita akan menemukan kisah-kisah daripada pahlawan-pahlawan Daud lainnya. Ada banyak nama-nama prajurit yang disebutkan berikut dengan kemampuan-kemampuan luar biasa yang mereka miliki.
Sepanjang perikop ini kita akan menemukan minimal 37 nama prajurit-prajurit tangguhnya Daud. Dalam bahasa Inggrisnya disebut “David’s mighty men” atau “David’s warriors,” yaitu orang-orang perkasanya Daud. Siapakah orang-orang ini sesungguhnya, dan dari mana mereka berasal? Apabila mau melihat ke belakang, di antara selang waktu sejak Daud muda diurapi nabi Samuel sampai suatu hari ia dimahkotai sebagai raja bagi bangsa Israel, hidup Daud berada dalam pelarian. Ia terpaksa harus keluar masuk dari hutan ke hutan, dari gunung ke gunung, dan dari gua ke goa untuk menghindari kejaran Saul dan pasukannya. Saul sangat marah karena Daud telah menjadi pribadi yang disanjung banyak orang di Israel setelah kemenangannya atas Goliat.
Selama masa pelarian Daud, banyak orang telah bergabung dengan Daud. Salah satu tempat yang Daud datangi untuk bersembunyi adalah gua Adulam. Tanpa disangka, pada saat yang hampir bersamaan datang pula berhimpun kepadanya orang-orang yang dalam kesukaran, orang-orang yang dikejar-kejar tukang piutang, dan orang-orang yang sakit hati. Mereka membutuhkan pengayoman dan perlindungan. Maka terpanggillah Daud untuk menjadi gembala sekaligus pemimpin atas mereka. Dalam waktu singkat, orang-orang yang dalam masalah tersebut telah berubah menjadi prajurit-prajurit setianya Daud. Jumlah mereka ada sekitar 400 orang. Dari jumlah tersebut muncullah nama-nama yang termasuk pahlawan-pahlawannya Daud.
Para pahlawan tersebut bukan hanya mahir memainkan pedang, tombak dan lembing, namun mereka juga adalah orang-orang yang kuat, pemberani, setia, komit terhadap tugas, dan sekaligus takut akan Tuhan. Apabila kita pernah mendengar nama Uria, ia termasuk satu di antara ‘pasukan tiga puluh’-nya Daud. Kualitas kepahlawanan Uria sudah tidak diragukan lagi. Ia membela bangsanya sampai ke titik darah yang penghabisan, meski kematiannya merupakan hasil rekayasa atasannya.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita, sekaligus menjadi visi bagi kita di tahun 2022, yaitu “Prajurit-prajurit yang memandang jauh ke depan.” Seperti yang telah kita ketahui, visi adalah sesuatu yang Tuhan inginkan kita menjadi seperti apa (what God wants us to be). Tuhan memberikan arah dan tujuan, bahwa sikap, mentalitas dan gaya hidup “prajurit-prajurit yang memandang jauh ke depan” inilah yang harus kita tangkap dan hidupi. Meskipun kondisi bangsa kita terlihat sedang membaik saat ini, namun melihat dari visi yang Tuhan berikan ini, Tuhan tetap perlu membangkitkan prajurit-prajurit-Nya yang bermentalitaskan Kerajaan Sorga yang tangguh untuk menghadapi berbagai situasi yang mungkin terjadi. Ketika sebuah negara memersiapkan prajurit-prajuritnya, maka kita tahu bahwa tantangan ke depan tidak menjadi lebih mudah.
Berdasarkan pesan demi pesan yang diberikan sebelumnya, Tuhan sebetulnya mau memercayakan banyak hal kepada kita. Tuhan tidak mau kita seperti Yunus yang menghindar, Tuhan juga tidak mau kita seperti Gideon yang mengalami inferiority complex, merasa diri kecil dan tidak mampu. Tuhan mau kita menjadi pahlawan yang gagah berani. Sudah bukan saatnya lagi kita menjadi pribadi-pribadi yang “lembek,” yaitu pribadi yang mudah menyerah, mudah berputus asa, mudah terluka, mudah tergesek, ingin jalan sendiri dan tidak menentu arah, yang berujung mudahnya mengalami kekalahan.
Beberapa nilai yang harus kita miliki sebagai prajurit-prajurit-Nya Tuhan, beberapa diantaranya adalah:
(1). Miliki kemampuan menangkap dan memahami maksud Tuhan sebagai Raja kita (Pengenalan lahir dari sebuah relasi)
2 Sam. 23:15 Lalu timbullah keinginan pada Daud, dan ia berkata: “Sekiranya ada orang yang memberi aku minum air dari perigi Betlehem yang ada dekat pintu gerbang!”
Ketika itu Daud sedang berada di kubu gunung dekat Adulam dan pasukan pendudukan orang Filistin pada waktu itu ada di Betlehem. Daud di tengah panas terik cuaca pada waktu itu merasa ingin minum air yang sejuk yang berada di perigi Betlehem. Air dimana mungkin ia pernah mencicipinya di waktu-waktu sebelumnya. Daud sebetulnya tidak sedang memerintahkan siapapun untuk mengambil air tersebut. Ia hanya bergumam sendiri dan membayangkan sekiranya ada orang yang memberi ia minum dari air perigi Betlehem. Itu saja. Namun luar biasanya keinginannya langsung ditangkap oleh tiga prajurit utamanya Daud.
Ketiga perwira itu pergi mengendap-endap turun menuju ke Bethlehem tempat pendudukan Filistin dan menyelusup melalui penjagaan ketat orang Filistin. Mereka diam-diam menimba air, lalu menempatkannya ke dalam sebuah wadah. Lalu berjalan pulang sambil mengendap-endap lagi. Kemudian kembali ke tempat di mana Daud berada dan memberikan air itu kepada raja Daud. Mereka bukanlah orang-orang nekad yang tidak suka berpikir panjang, namun mereka adalah orang-orang yang tahu apa yang dikehendaki raja, mereka menangkap maksudnya dan tanpa berlama-lama mereka melaksanakannya. Inilah gambaran kita para prajurit-prajurit-Nya terhadap sang Raja. Melalui keterhubungan yang dijalin hari lepas hari, maka barulah kita dapat mengetahui kehendak Tuhan kita.
(2). Miliki kemampuan memandang jauh ke depan (bukan tentang sekedar menjalani hidup hari ini atau penyesalan masa lalu).
2 Sam. 23:11-12 Sesudah dia, Sama, anak Age, orang Harari. Ketika orang Filistin berkumpul di Lehi — di sana ada sebidang tanah ladang penuh kacang merah — dan tentara telah melarikan diri dari hadapan orang Filistin,
Shama, anak Age, pahlawan dari triwira Daud, memilih untuk bertempur seorang diri memertaruhkan nyawanya demi memertahankan sebidang tanah ladang yang penuh dengan kacang merah yang telah ditinggalkan oleh tentara Israel yang seharusnya menjaganya. Ladang tersebut bukanlah milik Shama. Ia bisa saja meninggalkan ladang tersebut. Namun ia memandang jauh ke depan, ia membayangkan seandainya tanah tersebut ia biarkan diduduki oleh orang Filistin, bukankah hal itu akan memperluas wilayah pendudukan lawan. Oleh sebab itu, Shama memutuskan untuk bertempur dengan segenap kekuatannya hingga akhirnya ia dapat memukul kalah pasukan Filistin. Semua itu ia lakukan demi untuk kepentingan kerajaan.
Mungkin peristiwa ini seperti biasa kedengarannya. Namun kenyataannya, Israel terselamatkan, ada kemenangan besar terjadi. Semua itu berawal dari seseorang prajurit yang mampu memandang jauh ke depan. Shama berpikir apa yang akan terjadi di hari-hari ke depan jika ia tidak melakukan tindakan apa-apa. Kemampuan memandang seperti inilah yang perlu kita miliki sebagai prajurit-prajurit-Nya Tuhan.
Dalam lingkup yang lebih kecil, ambillah keputusan, cara hidup seperti apa yang mau kita jalani hari ini. Apakah mau menjalani cara hidup seperti dunia umum lakukan, atau hidup membangun persekutuan intim dengan Tuhan hari lepas hari. Setelah itu pandanglah jauh ke depan, hasil apa yang akan kita tuai melalui cara hidup hasil pilihan kita tersebut.
Mari jemaat Tuhan, jangan menjadi orang percaya yang hanya mampu melihat sebatas hari ini dan memuaskan diri hanya untuk sekedar mengisi hari ini. Dan jangan pula menjadi orang percaya yang terus melihat ke masa lalu. Kekecewaan, kepahitan, dan rasa penyesalan diri yang tidak ada putus-putusnya. Mari minta kemampuan untuk bisa melihat jauh ke depan. Apabila di tahun ini kita menangkap dan menghidupi visi Tuhan ini, lihatlah akan menjadi seperti apa kita kelak, dan lihatlah pula perkara-perkara besar yang akan Tuhan lakukan bersama kita. Amin.
Tuhan Yesus memberkati