PERCAYA DENGAN TIDAK RAGU-RAGU
Mazmur 26:1 Dari Daud. Berilah keadilan kepadaku, ya TUHAN, sebab aku telah hidup dalam ketulusan; kepada TUHAN aku percaya dengan tidak ragu-ragu.
Mazmur pembelaan ini digubah oleh Daud. Seorang yang dikatakan hidupnya berkenan kepada Tuhan. Ia percaya kepada Tuhan tanpa ragu. Kemanapun Tuhan membawa dirinya, Daud mengikutinya. Mungkin kedengarannya seperti mudah, namun ternyata tidak. Kalau kita perhatikan, perjalanan Daud bersama Tuhan bagaikan seseorang yang sedang mengendarai “roller-coaster,” sebuah ajang permainan berupa rangkaian kereta kecil yang bergerak di atas rel yang turun-naik, berbelok-belok ke kiri dan kanan dengan kecepatan tinggi. Tidak sedikit orang yang terkejut mengendarainya.
Selama bertahun-tahun, seperti itulah gambaran perjalanan Daud bersama Tuhan. Rasanya masa penantian menjadi raja sebagaimana yang dijanjikan Tuhan tidak kunjung tiba. Memang menjadi raja itu bukanlah kehendak Daud, itu kehendak Tuhan. Namun, bagi seseorang yang suatu ketika didatangi dan diurapi oleh nabi Samuel sambil membawa pesan Tuhan bahwa ia adalah orang yang telah dipilih Tuhan, minimal akan menumbuhkan sebuah pengharapan dalam dirinya bahwa suatu hari kelak ia akan menjadi raja atas bangsa Israel. Namun kenyataan seolah-olah bertolak belakang dengan janji. Yang terjadi adalah kejaran demi kejaran Saul dan tentaranya yang berusaha untuk membunuh Daud.
Apakah Daud menjadi kecewa kepada Tuhan seperti yang sering dialami kebanyakan orang? Yang luar biasa, di dalam Mazmurnya ini Daud berani datang pada Tuhan, mengajukan diri untuk minta “diadili” di hadapan Tuhan, menyatakan diri di hadapan Tuhan sebagai hakim (Ibr.: Shaphat; NKJ.: Judge me oh Lord= hakimilah aku ya Tuhan) bahwa selama ini ia telah memercayai Tuhan dengan tidak ada keraguan, tanpa pernah tergelincir. Lalu dilanjutkan dengan beberapa ayat di bawahnya, bahwa betapa Daud telah membuktikan bahwa dirinya bersih tanpa noda dan luka di hadapan Tuhan. Daud minta diselidiki hatinya.
Daud tampak sedang membela dirinya sekaligus melakukan introspeksi, dan bahkan meminta Tuhan sendiri yang mengeceknya. Orang yang mau menginstrospeksi diri di hadapan Tuhan adalah orang yang sedang membersihkan/mengkalibrasi hubungannya dengan Tuhan. Untuk tujuan apa? Agar dapat menangkap “sinyal” dengan lebih baik atau dapat menangkap maksud Tuhan yang sesungguhnya. Karena bagaimana orang bisa berjalan bersama Tuhan dan memercayai dengan sepenuh hati apabila hatinya ada keragu-raguan atau ada noda.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Sebagai Tuhan yang menyelidiki hati setiap umat-Nya, Tuhan sangat mengetahui dan memerhatikan kualitas masing-masing dari hati kita. Ingat pesan Tuhan minggu lalu, “Jangan menjadi prajurit yang terluka.” Ternodanya hati akan membuat seorang percaya sulit untuk sungguh-sungguh memercayai Tuhan dengan tanpa ragu. Sedang untuk berjalan bersama Tuhan kita butuh memercayai Tuhan sungguh-sungguh. Kita itu bagian dari team-Nya Tuhan. Butuh hati yang saling memercayai. Tuhan sedang membawa kita untuk menggenapi rencana-Nya. Ketika hati ragu, maka gagallah sebuah misi untuk tiba di tempat tujuan.
Beberapa prinsip yang harus kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan ini agar kita menjadi orang percaya dengan tanpa ragu, di antaranya:
(1). Memercayai Tuhan dimulai dari belajar mengenal-Nya (belajar berjalan bersama Tuhan)
Mazmur 26:1 Dari Daud. Berilah keadilan kepadaku, ya TUHAN, sebab aku telah hidup dalam ketulusan; kepada TUHAN aku percaya dengan tidak ragu-ragu.
Siapa orang yang akan Anda biarkan mengemudikan kendaraan yang akan membawa anda ke sebuah tempat dan anda bisa tidur nyenyak tanpa rasa kuatir dan tiba di tujuan? Tentu orang yang telah kita kenal. Mengapa kita percaya kepada mereka? Karena kita tahu siapa mereka, atau mungkin pula karena kita memiliki relasi pribadi dengan mereka. Dua hal inilah yang memberikan kita keyakinan bahwa mereka peduli terhadap kita dan tidak akan membiarkan kita celaka. Relasi inilah yang menjadi dasar kepercayaan kita kepada mereka.
Apakah yang biasanya menghalangi seorang percaya untuk percaya sepenuhnya kepada Tuhan? Satu kebenaran yang sulit untuk kita pahami adalah karena Tuhan mengizinkan hal-hal baik dan buruk turut terjadi dalam kehidupan kita. Tetapi, jika kita mengenal-Nya lebih jauh, maka kita mampu melihat bahwa seperti inilah sesungguhnya cara Tuhan bekerja, dan Dia tetap akan menyertai kita meski di saat-saat terburuk sekalipun.
Ingat, bahwa perjalanan pengiringan kita adalah bukan tentang penggenapan rencana kita, melainkan tentang penggenapan rencana Tuhan melalui kita. Itulah sebabnya, mengapa tidak sedikit orang percaya yang kecewa, termasuk kecewa pada Tuhan. Penyebabnya adalah, karena ingin kehendaknya dimasukkan sebagai kehendak Tuhan. Akibat dari kekecewaan, timbullah yang namanya keragu-raguan. Mati kita cek, apa yang sedang kita gumulkan hari-hari ini? Apa yang sedang kita perjuangkan? Tentang perkara kitakah atau tentang perkara Tuhan?
(2). Memercayai Tuhan dimulai dari hati yang bersih tanpa luka dan noda
Mazmur 26:2 Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku.
Yang luar biasa dari pribadi seorang Daud adalah kerendahan hatinya. Bayangkan, ia mungkin merasa dirinya baik-baik saja, namun ia tetap datang dan merendahkan dirinya minta diperiksa oleh Tuhan sekiranya ada keadaan hati ternoda atau terluka yang tidak ia sadari. Ia datang dan memeriksakan kondisi batin dan hatinya kepada Tuhan, sang “dokter spesialis.” Daud tahu pribadi yang terluka sulit untuk mengeksekusi tugas Kerajaan Sorga. Kita seringkali terburu-buru mengatakan bahwa “Aku bebas dari luka”, puji Tuhan kalau betul-betul tidak memiliki luka. Mari belajar pada Daud dan pahami ciri orang yang hatinya masih menyimpan luka, indikatornya seperti apa.
Minimal dua istilah yang dipakai di sini adalah ujilah dan selidikilah. Ujilah (Yun.: pirazo = determine the nature of something). Yang kedua, selidikilah (Yun.: dokimazo = test the genuineness of something). “Pirazo” dan”dokimazo” berbicara soal kenalilah inti dan kenalilah kemurnian. Carilah inti, carilah kemurnian. Evaluasi diri kita. Hidup kita ini intinya apa, pelayanan kita intinya apa, pernikahan kita intinya apa. Yang kedua adalah test the genuineness of something, kenalilah kemurnian. Apakah ada kemurnian tidak? Dalam pernikahan apakah ada kemurnian tidak? Dalam pelayanan, apakah ada kemurnian tidak? Dalam pekerjaan apakah ada kemurnian tidak? Dan seterusnya.
Mari jemaat Tuhan, seringkali tanpa disadari fokus kita lebih tertuju kepada apa yang Tuhan lakukan untuk kita, apa sikap orang lain terhadap kita. Namun, melalui pesan-Nya ini, kita diingatkan untuk bagaimana sikap hati kita sendiri terhadap Tuhan. Sudahkah kita sungguh-sungguh memercayai Tuhan dengan tanpa ragu? Inilah saat kita datang untuk memeriksakannya.
Tuhan Yesus memberkati!