Amsal 7:21-23 (21) Ia merayu orang muda itu dengan berbagai-bagai bujukan, dengan kelicinan bibir ia menggodanya.
Penulis Amsal dengan sederhana menjelaskan proses dosa menjerat orang percaya, yang diibaratkan seperti seorang perempuan jalang melakukan aksinya untuk menjerat anak muda agar jatuh di pelukannya, yaitu dengan merayu, membujuk dan menggoda dengan bibir yang licin. Ia bermaksud menerangkan bahwa dosa yang mencoba menjerat orang percaya itu tidak dalam bentuk yang mencurigakan, menakutkan tetapi dengan cara yang manis, halus dan mempesona dan tanpa disadari temyata godaan itu telah membawa seseorang pada area perangkap dosa.
Memang menyedihkan sekali, orang yang kena perangkap baru menyadari ketika ia sudah berada di dalam perangkap, entah perangkap persoalan, penderitaan, kesusahan atau hal-hal yang memalukan dalam hidup. Saat terperangkap ia seperti binatang yang tidak berdaya, terkurung dalam perangkap. Orang tersebut seperti orang bodoh yang tidak berharga karena dosa telah menguasai dan memerintah hidupnya.
Amsal mengingatkan agar terhindar dari perangkap dosa yang menggiurkan kita harus mendengarkan, memerhatikan perkataan mulutnya, yang mana itu berbicara tentang hikmat dan pengertian yang tentunya mengacu pada firman Tuhan. Firman Tuhan sebenarnya selalu berkumandang melalui renungan pribadi, mendengar kotbah, ibadah bersama orang-orang percaya. Namun seringkali banyak orang justru mengabaikan begitu saja atau tidak memerhatikannya. Seseorang baru sadar ketika sudah terperangkap dalam jerat.
Tergiur adalah sebuah istilah yang menjelaskan tentang bangkitnya gairah, tertarik perhatiannya atau tergodanya hasrat seseorang terhadap sesuatu yang kelihatan menarik, menawan atau nikmat. Pada umumnya seseorang akan mudah tergiur terhadap sesuatu karena penampilan yang dilihat, kemudian tergoda untuk segera menikmatlnya. Misal, ketika seseorang sedang lapar, kemudian di hadapannya tampak sepiring nasi lengkap dengan lauk-pauknya, maka orang yang sedang lapar itu dengan mudah tergiur untuk segera menikmati makanan tersebut, tanpa memikirkan kondisi makanannya, entah sudah kadaluarsa atau basi.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Tuhan memeringatkan kita agar mewaspadai adanya roh penggoda yang sedang bekerja hari-hari ini. Meskipun ayat yang disampaikan berbicara tentang seorang wanita jalang yang sedang merayu seorang anak muda, namun target yang diincarnya bukan semata-mata kalangan anak muda saja, melainkan semua tingkatan usia, termasuk pria dan wanita. Dan roh “wanita jalang” tersebut tidak hanya terkait secara seksual (ketidaksetiaan dan penyimpangan), melainkan juga secara spiritual, dan berbagai jerat dosa lainnya yang tampil secara halus dan memikat.
Langkah apa yang harus kita ambil berkaitan dengan pesan Tuhan tersebut di atas?
(1). Bertindak menjauh
Amsal 4:15 Jauhilah jalan itu, janganlah melaluinya, menyimpanglah dari padanya dan jalanlah terus.
Dalam kehidupan ini ada begitu banyak “lubang” yang siap menelan kita. Kalau kita memerhatikan betul setiap langkah, seharusnya kita bisa menghindarinya. Tapi saat lengah atau tidak hati-hati, kita bisa masuk ke dalam lubang dan kemudian diperangkap dosa. Sayangnya, seringkali, banyak orang percaya begitu lemah menghadapi perangkap-perangkap dosa yang terpasang di depannya. Sedikit saja terlihat nikmat, maka akan terjebak, atau malah dengan “sukarela” masuk ke dalam perangkap. Hanya karena kesenangan sesaat orang rela mengorbankan keselamatan kekal yang sudah dianugerahkan kepadanya.
Seringkali begitu rentannya orang percaya terhadap berbagai godaan. Keinginan daging begitu mudah menguasai diri. Berbagai peringatan lewat hati nurani, lewat roh dan sebagainya diabaikan demi kenikmatan yang sesaat saja. Satu dua kali mungkin tidak merasa apa-apa, tetapi pada suatu ketika seseorang harus menanggung konsekuensi kerugian akibat bermain-main dengan lubang godaan itu.
Bukan suatu kebetulan apabila sejak dua minggu terakhir ini kita terus mendengar penjelasan tentang kisah Yusuf. Apa yang dilakukan oleh Yusuf ketika isteri Potifar menggodanya? Diamkah ia menikmati bujuk rayunya? Sama sekali tidak, Yusuf memutuskan untuk lari menjauhinya.
(2). Bertindak melepaskan diri
Amsal 6:5 lepaskanlah dirimu seperti kijang dari pada tangkapan, seperti burung dari pada tangan pemikat.
Godaan, digambarkan penulis Amsal, tampil bukan sebagai sosok yang menyeramkan. Sebaliknya godaan tampil sebagai sosok yang manis, bersahabat dan memikat hati. Jerat penangkap burung adalah jerat yang digunakan orang untuk menangkap burung dengan menggunakan umpan berupa makanan kesukaan si burung. Jenis umpan inilah yang sering membuat banyak orang terjerat, karena si penggoda menggunakan umpan berupa sesuatu yang disukai mangsanya. Dan biasanya seseorang baru menyadari dirinya terperangkap ketika dirinya sudah berada di dalam jerat si musuh.
Apa yang harus dilakukan ketika kita menyadari bahwa diri kita sudah berada di dalam jeratan si musuh? Seperti yang dikatakan penulis Amsal, “segera lepaskanlah dirimu dari pada tangkapan”, maka segeralah gunakan setiap ons dari segenap energi yang dimiliki untuk mengeluarkan diri kita dari perangkap tersebut. Bayangkan tentang usaha yang dilakukan seseorang yang jatuh dan tenggelam ke dalam air, tentunya ia tidak akan diam begitu saja. Biasanya orang itu akan melakukan tindakan apapun supaya dirinya tetap ada di permukaan air dan berusaha menggapai benda apapun yang ada di dekatnya. Bertindaklah secara agresif dan lakukan apa yang dapat dilakukan untuk melepaskan diri. Artinya, jangan membiarkan diri kita diam tanpa berbuat apa-apa. Ada orang-orang di sekeliling kita yang mengasihi kita dan siap untuk menolong kita. Lupakan kata “malu ketahuan” demi menyelamatkan diri kita.
Mari umat Tuhan, perhatikan peringatan ini dan bersyukurlah kepada Tuhan yang selalu memeringati kita anak-anak-Nya jauh sebelum sesuatu yang buruk atau lebih buruk terjadi dalam kehidupan kita. Berjaga-jaga dan berawas-awaslah, karena si musuh akan menggunakan saat yang tepat untuk menjerat orang-orang percaya.
Tuhan Yesus memberkati!