MENJADI YANG TERBESAR
Markus 9:35 “Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.”
KetiKa Yesus dan murid-murid tiba di sebuah rumah di Kapernaum, Ia bertanya kepada para murid apa yang mereka perbincangkan di tengah jalan. Yesus tahu bahwa di tengah perjalanan tadi murid-murid-Nya sempat bertengkar satu sama lain. Hal apa yang dipertengkarkan? Mereka memertengkarkan tentang siapa yang terbesar di antara mereka. Aneh bukan?Yang menjadi pertanyaan di sini, mengapa murid-murid saling memertengkarkan tentang siapa yang terbesar?
Mereka berpikir tentang Kerajaan Sorga sama seperti layaknya pemerintahan dunia. Pada waktu itu pemerintah yang sedang berkuasa adalah pemerintahan Romawi yang sedang menguasai tanah Palestina. Dan kehormatan yang dimiliki para pejabat-pejabat di pemerintahan Romawi mungkin telah memesona mereka. Mereka membayangkan bahwa kerajaan Allah yang akan datang tersebut adalah kerajaan dimana Yesus akan menjadi raja dunia seperti halnya Daud dan Salomo, dan mereka para murid berpikir paling tidak mereka akan menjadi bagian dari pejabat-pejabatnya.
Kebanggaan menjadi pejabat dan dihormati oleh banyak orang memang merupakan kebanggaan manusia pada umumnya. Dan kebanggaan seperti inilah yang mungkin diingini oleh murid-murid Yesus. Mereka membayangkan betapa gagah dan dihormatinya mereka ketika suatu hari kelak menjadi bagian dari Kerajaan Allah seperti yang ada di pikiran mereka. Mereka bisa memerintahkan ini dan itu pada siapa saja. Paling tidak, itu yang ada di pemikiran mereka.
Namun keinginan seperti itu bukan hanya keinginan murid-murid di masa itu saja. Keinginan untuk memiliki posisi tinggi yang dihormati banyak orang adalah sesuatu yang juga menjadi kerinduan orang-orang di masa sekarang. Bahkan di dunia saat ini ternyata tidak sedikit orang-orang percaya yang juga memiliki keinginan seperti itu. Banyak orang percaya saat ini pun yang masih terbelenggu dengan keinginan dan filosofi hidup yang seperti itu. Padahal kebanggaan orang percaya sudah seharusnya tidak diletakkan pada hal-hal yang demikian.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Sebagaimana Yesus sedang mengajarkan kepada murid-murid-Nya tentang prinsip menjadi yang terbesar, demikian pula Ia mengajarkannya kepada kita. Tuhan mau kita memahami prinsip ini dengan benar. Menjadi terbesar menurut ukuran dunia bertolak belakang dengan menjadi terbesar menurut ukuran Kerajaan Sorga. Gagalnya orang percaya memahami hal ini akan membuat dirinya melakukan pengejaran yang salah dalam hidupnya. Rasa bangga dan harga diri seorang percaya tidak sepatutnya diletakkan pada apa yang dunia pahami. Terbesar dan terkecil menurut prinsip dunia hanya akan menempatkan manusia kepada kompetisi dan keangkuhan. Namun jangan disalahpahami, prinsip yang diajarkan Tuhan ini juga bukan untuk menyurutkan daya juang seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Beberapa prinsip yang perlu kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan menjadi yang terbesar ini, di antaranya adalah:
(1). Memahami bahwa ukuran untuk menjadi yang terbesar berbeda dengan ukuran yang digunakan dunia
Markus 9:35 Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.”
Dunia menggunakan ukuran-ukuran berapa luas, berapa banyak, berapa kaya, berapa tinggi peringkat, dan lain-lain di dalam menentukan seberapa besar diri seseorang di mata orang lain. Dan ini yang sedang dibahas oleh para murid di tengah perjalanan mereka menuju Kapernaum. Kira-kira posisi apa yang akan mereka peroleh apabila Yesus suatu hari ditinggikan sebagai raja. Mereka membayangkan Yesus bagaikan raja-raja yang dimiliki dunia pada umumnya, dan sekaligus membayangkan diri mereka sebagai pejabat-pejabat di lingkungan terdekat dari Yesus. Barangkali percakapan mereka seputar jabatan apa yang cocok untuk mereka sandang.
Setibanya di rumah, Yesus memanggil para murid untuk meluruskan apa yang mereka perbincangkan sebelumnya. Bagi Yesus, hal ini merupakan sesuatu yang penting agar pengejaran para murid tidak beralih kepada apa yang menurut mereka benar. Tanpa disangka, Yesus mengatakan bahwa untuk menjadi yang terbesar atau yang terutama maka ia harus menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya (NKJV.: if anyone desires to be the first, he shall be the last of all and servant of all). Mereka tidak menyangka bahwa apa yang diajarkan Yesus tentang menjadi yang terbesar berbeda dengan dunia pada umumnya.
Namun Yesus mengajarkan prinsip keberhasilan atau prinsip yang terbesar dengan cara yang berbeda. Dan ini yang berkenan bagi Kerajaan Sorga. Ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya. Sesungguhnya Yesus sedang memberikan sebuah contoh langsung, yaitu diri-Nya sendiri. Sebagai Tuhan, Ia rela turun ke dunia dengan mengambil rupa manusia yang rendah (serendah-rendahnya) menjadi hamba yang tidak dipandang mata. Namun yang luar biasa, ketika sang hamba yang rendah ini merendahkan diri-Nya sedemikian rupa dalam misi-Nya menyelesaikan kehendak Bapa Sorgawi dengan mati di kayu salib, lihat apa yang terjadi pada Yesus. Bapa sangat meninggikan-Nya begitu rupa dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama.
(2). Memahami bahwa harga diri kita tidak diukur dari seberapa banyak yang kita miliki
Markus 9:37 “Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku.”
Ketika Yesus meluruskan tentang apa yang sedang diperbincangkan para murid tentang hal siapa yang terbesar, Ia merasa perlu untuk mengganti metode. Ketika dilihatnya ada seorang anak kecil, maka Yesus sambil menempatkan anak tersebut di tengah-tengah mereka, Yesus memeluknya dan mengatakan:
“Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku.”
Apa yang dimaksud dengan Yesus mengambil seorang anak kecil dan menggunakannya sebagai contoh di tengah-tengah para murid? Pada waktu itu, perempuan dan anak kecil tidak masuk hitungan. Gender yang sangat dilihat sebelah mata. Jadi Yesus sedang mengajari murid-murid-Nya, bahwa untuk menjadi yang terbesar harus bersedia melayani hal-hal yang kecil, yang tidak diperhitungkan. Hal-hal yang tidak favorit buat dunia. Hal-hal yang tidak terlihat. Sedangkan dunia inginnya menjadi yang terlihat, muncul, tampil dan orang-orang memuji dan mengelu-elukannya. Seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin yang matang dan berkualitas apabila tidak pernah memulainya dari hal-hal yang kecil dan remeh.
Tetapi biarlah kita memilih untuk melakukan hal-hal yang mungkin tidak favorit bagi orang-orang di luar sana, tetapi favorit di mata Tuhan. Kemegahan seorang kepala keluarga bukan untuk sekedar memerlihatkan kuasa bahwa ia hebat (itu kata dunia), namun kehebatan seorang pemimpin atau kepala keluarga adalah ketika bersedia memberikan contoh dan teladan bagi segenap anggota keluarganya (isteri dan anak-anaknya). Bagaimana memersiapkan generasi penerus sedemikian rupa. Itu sesuatu yang favorit di mata Tuhan, meskipun kita tidak terlihat.
Mari jemaat Tuhan, kadang kita mengukur diri kita secara salah. Kita merasa diri kita baru berharga apabila kita memiliki banyak hal. Merasa orang-orang baru menghormati apabila diri menjadi kaya. Bukan itu dasar yang benar. Namun semuanya itu tergantung dari siapa kita ingin kita mendapatkan penghormatan. Apabila ingin dihormati dunia, maka jadilah terbesar dengan cara yang salah. Sebaliknya, apabila ingin dihormati Tuhan, jadi terbesar menurut cara Tuhan.
Tuhan Yesus memberkati!