MENJADI PRIBADI YANG WASPADA
Lukas 12:1 Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: “Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi.
Tuhan melalui pesan-Nya ini sedang mengajarkan kita untuk jeli terhadap banyak hal, khususnya tanda-tanda peringatan yang diberikan. Seperti layaknya mengendarai kendaraan di jalan umum, dimana semua pengendara harus memerhatikan rambu-rambu lalu lintas, termasuk di dalamnya berbagai tanda peringatan. Ada rambu-rambu yang diberikan untuk tujuan mengatur ketertiban dan kelancaran arus lalu lintas, namun ada rambu-rambu yang berbentuk tanda peringatan yang disediakan agar para pengendara mewaspadai adanya hal-hal yang berbahaya.
Tanda-tanda peringatan itu biasanya diawali dengan sebuah kata:”Hati-hati!” Misalnya, “Hati-hati sedang ada perbaikan jalan!” “Hati-hati tanah longsor!”, “Hati-hati jalanan licin!” Di luar negeri, tanda-tanda peringatan itu menggunakan kata “Beware!” “Beware of landslide!” “Beware of gas leak!” Di Alkitab juga Tuhan di dalam memeringatkan para pemercaya, Ia menggunakan kata “Berhati-hatilah!” atau “Waspadalah!”
Kata ‘waspada’ sendiri diambil dari bahasa aslinya prosecho, yang artinya agar kita orang percaya memberi perhatian penuh atas apa yang diperingatkan oleh Tuhan. Apabila itu sesuatu yang berbahaya, jangan iseng-iseng untuk mendekati apalagi mencoba-coba untuk mencicipinya. Selain itu, makna prosecho adalah tidak membiarkan diri kita terbawa oleh sesuatu yang tidak baik, dan jangan pula membiarkan sesuatu yang tidak baik datang mendekati kita.
Kewaspadaan yang tinggi dan kemampuan untuk melindungi diri dari segala yang membahayakan ini patut dimiliki oleh orang percaya. Bagaimana caranya? Orang percaya harus memiliki ketajaman. Dan ketajaman itu tidak datang secara tiba-tiba. Ketajaman itu harus dibangun dan dilatih. Salah satu hal mendasar yang perlu dimiliki orang percaya adalah tinggal di dalam firman Tuhan. Dengan tinggal dalam firman-Nya kita beroleh filter untuk menyaring, dan untuk menggunakan ini kita butuh hikmat Tuhan, bangun kedekatan sehingga dapat mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, mana yang patut dilakukan dan mana yang tidak patut dilakukan, mana yang berkenan kepada Tuhan dan mana yang tidak berkenan kepada Tuhan, mana yang berdampak positif dan mana yang berdampak negatif.
Di zaman sekarang ini tidak sedikit orang percaya yang tidak memiliki kewaspadaan yang demikian, sehingga tidak mampu melindungi diri dari hal-hal yang jahat, jatuh dalam dosa, jatuh dalam pergaulan yang buruk, jatuh dalam berbagai pencobaan, mudah terbawa arus dunia, dan lain-lain. Penyebabnya adalah karena mereka tidak memiliki tuntunan kebenaran firman Tuhan. Hikmat dari Tuhan pun tak dimilikinya karena mereka tidak memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan melalui pesan-Nya ini memeringatkan kita umat-Nya untuk menjadi pribadi-pribadi yang tahu apa yang disukai Tuhan dan apa yang tidak disukai-Nya. Sama seperti halnya di zaman sekarang, di era digital ini, apabila pria atau wanita menyukai seseorang ia pasti akan berusaha untuk mencari tahu seperti apa pribadinya, apa kegemarannya, komunitas apa yang dimasukinya. Kini, ketika kita rindu untuk mencari perkenanan Tuhan, kita pun sama akan mencari tahu apa yang Tuhan sukai dan apa yang tidak Ia sukai.
Darimana kita dapat mengetahuinya? Melalui firman dan persekutuan pribadi bersama-Nya. Di Alkitab kita sering menemukan apa yang Yesus sering kecam dan sering peringatkan kepada murid-murid-Nya. Jelas hal-hal itulah yang tidak Ia sukai. Bahkan bukan hanya sekedar tidak suka, melalui apa yang dikatakan-Nya, Ia sebenarnya sedang memeringatkan para murid untuk berhati-hati dan waspada.
Dan apa saja yang Yesus peringatkan? Di Alkitab tercatat banyak hal, namun kata peringatan yang menggunakan kata ‘Waspadalah’ ini ternyata tidak terlalu banyak. Terlihat banyak karena cenderung di sebutkan berulang-ulang, di antaranya adalah tentang kewaspadaan akan kemunafikan, ketamakan, pengajaran sesat, nabi-nabi palsu, dan orang-orang yang bertentangan dengan pengajaran yang telah diterima oleh para murid. Mengapa hal-hal tersebut perlu diwaspadai? Bukan sekedar tidak selaras dengan pengajaran Tuhan, namun apabila hal-hal tersebut diabaikan itu akan mengubahkan tujuan kekal seorang pemercaya.
Beberapa hal yang perlu kita waspadai berdasarkan pesan Tuhan ini, salah satu di antaranya adalah:
Waspada terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi
Lukas 12:1 Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: “Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi.
Kata munafik dalam bahasa aslinya adalah hupokritos, yang artinya mengenakan topeng. Pemain drama zaman dahulu biasanya satu orang akan memerankan dua peran atau lebih. Entahkah peran jagoan atau peran penjahat, peran-peran tersebut dimainkan oleh seorang aktor secara bersama-sama dalam sebuah drama. Biasanya sang aktor akan mengenakan topeng, dimana karakter yang diperankan terlihat dari topeng yang ia kenalan. Bisa ganti berganti.
Jadi makna ‘munafik’ itu secara sederhana dapat didefinisikan sebagai orang yang mengenakan topeng. Ia menampilkan bukan diri aslinya. Kalau di dalam drama, tentu perlu penghayatan peran yang luar biasa, dan itu bagus. Tetapi kalau di dalam kehidupan nyata, ini yang tidak bagus. Dan ini yang Yesus kecam terhadap orang-orang Farisi, sekaligus peringatan kepada murid-murid-Nya dan juga kita orang-orang percaya.
Yesus mengkhususkan pengajaran-Nya kepada para murid-Nya. Ia mengingatkan murid-murid agar waspada terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi. Yesus di situ memeringatkan para murid agar mereka lebih takut akan Tuhan. Sebab, Tuhanlah yang berkuasa atas kehidupan di dunia dan bahkan kehidupan setelah kematian. Tuhan berdaulat atas segala sesuatu yang terjadi. Manusia bisa melakukan banyak hal, tetapi tidak berkuasa atas sesuatu yang ditetapkan Tuhan. Bahkan, Tuhan tahu jumlah rambut di kepala manusia. Jadi, kehidupan orang percaya seharusnya jangan digerakkan oleh rasa takut atau sungkan kepada manusia, karena ini yang seringkali menjadi penyebab manusia mencari perkenanan pada sesama, dan inilah awal mula kepura-puraan terjadi. Tuhan mau kita digerakkan hanya oleh rasa takut akan Dia.
Kekurangpengenalan akan Tuhanlah seringkali membuat manusia cenderung mencari perkenanan lagi kepada sesama manusia. Ingat pesan Tuhan minggu lalu, “Mengenal Tuhan lebih lagi.” Sebagai orang percaya, pengenalan kita akan Tuhan yang berdaulat akan memunculkan rasa hormat kepada-Nya. Kita mengasihi-Nya karena kemurahan-Nya dan perbuatan-Nya yang dahsyat. Rasa takut dan kasih ini senantiasa membuat orang percaya seharusnya mencari perkenanan akan Dia, bukan perkenanan yang disertai kepura-puraan terhadap manusia.
Mari jemaat Tuhan, terus ikuti pesan Tuhan ini, masih ada peringatan-peringatan lain yang harus kita waspadai. Bangun terus pengenalan akan Tuhan. Dari situlah akan muncul rasa hormat dan kagum akan Tuhan.
Tuhan Yesus memberkati!