MENJADI JEMBATAN BUKAN MEMBANGUN TEMBOK
Minggu ini pesan Tuhan diambil dari 2 kor 5: 15-20 yang mengingatkan kita untuk menjadi jembatan utk orang lain. Akhir zaman banyak org yg sibuk membangun tembok yaitu sibuk memikirkan diri sendiri (2 tim3:2). Ketika orang sibuk dengan diri sendiri, banyak orang menjadi egois. Orang egois adalah orang yang menempatkan dirinya (aku) diatas apapun dan siapapun. Hal ini yang memicu konflik. Contoh sehari hari kita temui ketika kita berada dijalan raya. kemacetan terjadi karena semua orang hanya berpikir saya harus yang paling dulu, saya yang punya urusan paling penting,dll. Banyak orang Kristen yg masih hidup untuk diri sendiri terlihat dari doa-doa yg dinaikkan. Semua yg diminta kepada Allah adalah untuk ku dan bagi ku.
Tuhan mengingatkan kita sebagai orang percaya untuk menjadi jembatan bagi org lain karena untuk itulah kita diselamatkan. Ay 15 menyatakan supaya kita hidup tidak untuk diri sendiri tapi utk Dia yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk kita. Seberapa besar kepedulian kita melihat orang yg belum diselamatkan? Oleh karena itu, minggu lalu kita diingatkan dari Filipi 2:5 agar kita semua menaruh pikiran dan perasaan Kristus. Selama kita tidak mengerti apa yang ada dalam pikiran Kristus, sekalipin kita orang Kristen kita sulit untuk melangkah menjadi jembatan untuk orang banyak.
Apa yg ada dalam pikiran dan perasaan Kristus?
Yesus selalu berpikir tentang jiwa2. Dia bahkan rela mengosongkan diriNya sendiri mengambil rupa seorang hamba dan taat sampai mati. Yesus bahkan rela memberi nyawaNya untuk mendamaikan orang berdosa dengan Allah (18). Paulus lewat suratnya mengingatkan kita menjadi ambasador/utusan Kristus/pelayan pendamaian (20) artinya orang yang sudah diselamatkan mau menjadi jembatan bagi orang yg belum terima keselamatan dalam Kristus agar berdamai dengan Allah.
Namun kita harus terlebih dahulu berdamai dengan Allah, baru bisa mendamaikan orang lain dengan Allah.
Berdamai dengan Allah (17-18) tidak hanya dibaptis dan bergereja seminggu sekali. Orang yang betul-betul sudah berdamai dengan Allah yang sebelumnya sebagai seteru Allah, tidak memiliki hubungan yg intim dan tidak terhubung dengan Allah, tidak pernah berkomunikasi dengan Allah bahkan tidak peduli dengan firmanNya, tidak taat.Tetapi ketika berdamai dengan Allah kita menjadi sahabatNya dan menjadi intim kembali dengan Allah. Terhubung kembali sehingga kita dapat berkomunikasi kembali dengan Allah. Kita rindu akan firmanNya dan ingin mentaatiNya.
Setelah kita berdamai dengan Àllah, kiia dapat menjadi pelayan pendamaian bagi orang lain. Bukan mengajak orang untuk pindah gereja, tetapi kita mengajak orang agar mereka mau memberi diri mereka didamaikan dengan Allah (20). Demikian renungan untuk kita semua.
Sudahkah anda memberi dirimu didamaikan dengan Allah?
Tuhan Yesus memberkati.