MENJADI BIJAK DI TENGAH DUNIA YANG TIDAK BIJAK
Amsal 9:1-5 (1) Hikmat telah mendirikan rumahnya, menegakkan ketujuh tiangnya, (2) memotong ternak sembelihannya, mencampur anggurnya, dan menyediakan hidangannya.
Ketika Yesus mengutus murid-murid-Nya ke tengah-tengah kehidupan dunia nyata Ia tidak hanya ingin para murid untuk semata-mata memiliki hati yang tulus seperti burung merpati saja, namun Ia mau murid-murid juga memiliki sikap hati yang cerdik seperti ular. Kehidupan manusia di dunia nyata digambarkan sebagai “serigala” yang tidak akan segan-segan untuk melahap siapa saja yang bisa dilahapnya termasuk domba-domba-Nya Tuhan.
Tuhan mau agar umat-umat-Nya memiliki sikap yang cerdik dalam pengertian memiliki hikmat Tuhan, sehingga menjadi umat yang tahu bersikap tepat dan benar ketika berhadapan dengan siapa saja dan dalam kondisi apapun.
Seringkali penggambaran dunia akan jenis-jenis manusia hanya berbicara tentang “orang jahat” dan “orang baik” saja, dan pastinya orang percaya yang hidup di tengah dunia akan memilih untuk berada di posisi menjadi “orang baik.” Tidak salah dengan hal itu. Masalahnya, pemahaman “orang baik” yang dikenal dunia hanyalah sekedar tidak sombong, baik budi, siap menolong siapa saja, tidak menipu, bahkan cenderung pasrah dan rela ditindas. Seiring dengan hal itu, akhirnya orang-orang percaya turut menyesuaikan dirinya ke dalam pengertian “orang baik” versi dunia tadi dan setuju dengan pemahaman tersebut.
Padahal apabila kita pelajari Alkitab, di dalam kitab Amsal didapati minimal ada lima type manusia yang mewakili jenis-jenis manusia yang ada di dunia yang kita tinggali ini. Lima type itu adalah:
a. Orang yang tidak berpengalaman (The simple)
Amsal 9:4 “Siapa yang tak berpengalaman, singgahlah ke mari”; dan kepada yang tidak berakal budi katanya: …
“Orang tidak berpengalaman” (Ibr. pethy) memiliki arti tidak memiliki banyak pengalaman hidup, naif atau lugu, mudah tertipu oleh segala bujuk rayu. Mereka menyangka bahwa orang-orang yang ada di dunia adalah orang-orang yang “sama baik” dengan mereka. Orang-orang ini berada dalam posisi tidak memiliki hikmat, namun juga belum dapat langsung disebut bodoh, meski sering terlihat bodoh.
Orang-orang ini masih ada harapan untuk bisa menjadi bijak. Itulah sebabnya, di ayat 4 hikmat berseru mengajak orang-orang yang tidak berpengalaman ini untuk masuk ke jalannya. Meninggalkan jalan-jalan yang tidak bijak untuk kemudian berjalan di jalan pemahaman yang benar.
b. Orang Bodoh atau Bebal (The fool)
Amsal 9:6 buanglah kebodohan, maka kamu akan hidup, dan ikutilah jalan pengertian.”
“Orang bodoh” ini bukan tentang bodoh secara akademis, namun bodoh dalam mendasari prinsip hidup. Orang bodoh ini telah memilih untuk membiarkan dirinya mendengarkan kebodohan dan termakan pada tipu dayanya. Ciri umum yang membuat “orang bodoh” ini berlaku bodoh adalah ia tidak mau diajar.
Ia selalu ingin berbicara, alih-alih mendengarkan dan belajar (Amsal 10:8). Ia mengoceh dan selalu mengeluarkan kata-kata, pikiran, dan pendapat yang ia anggap bijak, sehingga hati mereka tertutup untuk menerima nasihat dari orang bijak (Amsal 18:2).
c. Pencemooh (The Scoffer)
Amsal 9:8 Janganlah mengecam seorang pencemooh, supaya engkau jangan dibencinya, …
Sementara “orang bodoh” tidak tahu apa-apa tentang hikmat, si pencemooh secara terbuka mencemooh hikmat dan segala kebenarannya. Mereka sinis, arogan, dan bahkan kurang ajar terhadap hikmat Tuhan (Amsal 21:24). Si pencemooh adalah orang yang cenderung sarkastik dan dengan arogan mengejek setiap orang yang tidak sependapat dengannya, dan orang-orang sulit untuk bisa menasehati dan menjangkau mereka (Amsal 14:6).
d. Orang Jahat/ orang fasik (The wicked)
Amsal 9:7 … dan siapa mengecam orang fasik, mendapat cela.
Ayat ini memeringatkan bahwa upaya untuk mengajar atau mengoreksi orang yang sombong dan jahat seringkali tidak berhasil dan malah akan membuat si pemberi nasihat mendapat celaan atau dibenci. Orang fasik (Ibr. Resha) adalah orang jahat yang suka berbuat kekerasan dan tidak jujur dalam menjalin hubungan satu dengan yang lain, dan mengabaikan keadilan. Orang percaya bisa menjadi orang fasik ketika memutuskan untuk tidak mendasari hidup dalam kebenaran.
e. Orang Bijak (The Wise/The Righteous)
Amsal 9:9 berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak, ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah.
Orang bijak adalah orang yang mudah diajar (teachable). Mereka tahu bahwa mereka membutuhkan pemahaman yang benar, dan karena itu mereka mengejarnya. Mereka tidak mendengarkan sembarang orang, seperti orang-orang lain yang mudah tertipu. Hati mereka selaras dengan kebijaksanaan. Takut akan Tuhan ada pada mereka. Orang bijak adalah orang yang terbuka untuk dikoreksi.
Menjadi bijak bukan berarti telah mengetahui segalanya, namun mereka selalu ingin diajar dan belajar. Mereka akan berhati-hati menggunakan perkataan baik, dan hidup dalam kejujuran serta kebenaran. Berbeda dengan orang bodoh yang menolak hikmat, melampiaskan nafsu, dan menjauhi kebenaran.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Di tengah berbagai kondisi yang terjadi di dunia dengan segala hiruk pikuknya, dimana kepada kita telah banyak dipertontonkan berbagai type manusia dengan segala tingkah laku dan perkataannya. Ada orang-orang yang menamakan dirinya “orang percaya,” namun bersikap seperti layaknya orang-orang dunia.
Tuhan ingin kita orang-orang percaya tampil sebagai orang-orang bijak dengan segala hikmat dari Tuhan. Alkitab mencatat ada orang-orang percaya yang tampil di tengah orang-orang yang tidak mengenal Tuhan, seperti Yusuf, Daniel dan kawan-kawannya, Esther, dan banyak tokoh lainnya. Seperti itulah Tuhan mau kita umat-Nya tampil di tengah dunia. Jangan kita mengumbar rasa sakit hati, kecewa, dan kebencian di tengah dunia. Itu milik dunia. Dunia sudah penuh dengan hal-hal seperti itu. “Umbarlah” kebenaran.
Beberapa hal yang Tuhan mau kita pahami agar menjadi bijak di dalam Tuhan, di antaranya adalah:
(1). Sambut dan nikmati hikmat yang Tuhan tawarkan. Sesuatu yang diperoleh cuma-cuma, namun memiliki nilai yang mahal
Amsal 9:4-5 (4) “Siapa yang tak berpengalaman, singgahlah ke mari”; dan kepada yang tidak berakal budi katanya: (5) “Marilah, makanlah rotiku, dan minumlah anggur yang telah kucampur;
Setiap orang bisa menjadi orang pintar, tetapi untuk menjadi bijak seseorang harus terlebih dahulu mengenal kebenaran. Orang dapat menjadi pintar dalam sehari, tetapi untuk menjadi orang bijak dibutuhkan suatu perjalanan bersama Tuhan. Ada hubungan yang dijalin, ada firman Tuhan yang dijadikan fondasi, ada kesetiaan, ada ketatatan di dalammya, dan berbagai nilai ilahi lainnya.
Orang yang bijak adalah orang yang tahu mengambil keputusan yang tepat di waktu dan kesempatan yang tepat. Untuk mengambil keputusan yang tepat di waktu yang tepat, tidak cukup dengan menjadi pintar saja atau ahli dalam teori tertentu, tetapi perlu tuntunan dari Tuhan yang adalah sumber kebenaran sejati.
Orang-orang pada umumnya berani membayar mahal untuk menjadi pintar, namun sayangnya, hikmat Tuhan yang ditawarkan secara cuma-cuma, seperti yang digambarkan di Amsal 9:1 -5 dimana Tuhan menyuruh para pelayan untuk berseru-seru ke atas tempat tinggi di kota menawarkan hikmat Tuhan ke segala penjuru, seringkali orang tidak terlalu tertarik untuk memerolehnya. Padahal untuk mengalami kemenangan dalam hidup, yang dibutuhkan adalah hikmat Tuhan. Gratis, namun tidak murahan.
(2). Sambutlah hikmat dari Tuhan karena kita sendiri yang menikmati benefitnya
Amsal 9:12 Jikalau engkau bijak, kebijakanmu itu bagimu sendiri, jikalau engkau mencemooh, engkau sendirilah orang yang akan menanggungnya.
Tuhan mau orang percaya menjadi bijak untk suatu tujuan, yang pertama adalah, menjadi kawan sekerja-Nya yang mudah untuk menangkap apa yang Tuhan kehendaki. Apabila kita sadar bahwa kita adalah duta Kerajaan Sorga, tentu Tuhan selalu ingin menyampaikan sesuatu kepada kita. Bagaikan “pemerintah pusat” yang mau memberikan tuntuan-Nya kepada duta-Nya.
Yang kedua adalah, agar orang percaya dapat menikmati berbagai manfaat atau benefit dari kebijakan yang ia miliki bagi keuntungan dirinya sendiri. Sebaliknya, jika seseorang memilih untuk hidup sebagai pencemooh, maka ia sendiri yang akan menanggung segala akibatnya. Seseorang akan menikmati dampak dari masing-masing pilihan hidupnya.
Mendapatkan hikmat Tuhan itu gratis, namun untuk memelihara dan memertahankannya ada harga yang harus berani dibayarkan. Misalnya saja Yusuf. Hikmat yang Tuhan berikan kepada Yusuf telah membawanya kepada tahap demi tahap dari seluruh rangkaian rencana Tuhan yang luar biasa. Demi menjaga dan memertahankannya, Yusuf rela untuk dimasukkan ke dalam penjara, hingga suatu hari Tuhan memercayakannya sebagai orang nomor dua di Mesir,
Mari jemaat Tuhan, dunia yang sudah penuh dengan segala ketidakpastian dan ketidakkonsistenan dari orang-orang yang hidup di dalamnya perlu diperlihatkan bahwa ada pribadi-pribadi yang berani membawa sesuatu yang berbeda ke dalamnya. Dan pribadi-pribadi yang berbeda ini adalah orang-orang percaya yang telah memeroleh hikmat Tuhan dan menangkap tujuan Tuhan dalam hidup mereka. Dan biarlah orang-orang ini adalah kita semua.
Tuhan Yesus memberkati!