MEMBUKA PINTU BERKAT
2 Korintus 9:6-15 (8) Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.
Menjadi saluran berkat kepada sesama ternyata bukan saja perbuatan yang menyenangkan hati Tuhan. Perbuatan tersebut ternyata memberi keuntungan yang besar bagi orang yang melakukannya. Orang percaya yang tidak menyalurkan apa yang ada pada dirinya mirip dengan keberadaan Laut Mati atau Laut Asin. Laut Mati adalah laut yang airnya tidak dapat diminum karena memiliki kandungan garam yang sangat tinggi. Laut Mati adalah salah satu lingkungan yang paling tidak ramah di dunia. Ikan-ikan dan makhluk hidupi lainnya tidak dapat bertahan hidup di sana.
Secara geografis Laut Mati dialiri oleh sungai Yordan yang bermuara ke laut ini, namun tidak seperti danau lain, Laut Mati tidak memiliki saluran ke luar; laut ini hanya terus menampung air sungai sehingga semua air segar yang mengalir ke dalamnya lambat laun menjadi mati. Berbeda dengan sungai Yordan yang terus diisi ulang. Ada aliran air segar yang mengalir ke dalamnya dan ada aliran air segar yang keluar. Air yang sehat terus mengalir, sementara air yang tidak sehat hanya menerima, mandek dan menjadi tidak bernyawa.
Bagaikan seorang petani yang menabur benih, seolah-olah ia kehilangan benih itu ketika benih itu jatuh keluar dari tangannya. Namun benih itu tidak hilang begitu saja, karena apabila ditaburkan dengan benar, maka benih itu akan memberikan hasil yang berlipat ganda dikemudian hari. Jika si petani ingin terus menggenggam benih itu maka ia tidak akan pernah memanen hasil apapun. Sementara petani yang melepaskan lebih banyak benih akan menghasilkan panen lebih banyak pula.
Ketika menjelaskan berkat yang diperoleh dalam memberi, hukum tabur tuai dipakai oleh rasul Paulus sebagai motivasi bagi orang Korintus untuk menyalurkan apa yang dimiliki dengan kerelaan hati, dengan sukacita, dan tanpa paksaan (ayat 6-17). Mereka sebelumnya sudah berjanji untuk memberikan persembahan bagi jemaat di Yerusalem. Jemaat Korintus seharusnya tidak perlu takut akan kekurangan dalam memberi, sebab Tuhan berjanji akan memberkati mereka yang bermurah hati dalam memberi. Mereka bahkan dijanjikan akan berkelimpahan dalam segala sesuatu (ayat 8, 11).
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan melihat bahwa ada cara pengelolaan keuangan yang kurang tepat pada tidak sedikit orang percaya hari-hari ini. Mereka kehilangan pengertian untuk tujuan apa mereka bekerja dan untuk tujuan apa mereka menghasilkan uang. Seringkali apa yang diperoleh hanyalah digunakan untuk membayar berbagai pengeluaran rutin rumah tangga, sekolah anak-anak, perputaran usaha, belajar berinvestasi dan berbagai kewajiban terhadap pihak lain. Intinya, semua yang dilakukan adalah demi untuk menghidupi rumah tangga dan usaha. Semuanya itu tidaklah salah. Namun melalui pesan-Nya ini, Tuhan ingin mengajarkan kembali tentang prinsip membuka pintu berkat. Bahwa Tuhan bukan hanya Tuhan atas hidup kita saja, tetapi juga Tuhan atas segalanya termasuk pendapatan atau gaji kita.
Beberapa prinsip yang perlu kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan tentang membuka pintu berkat bagi kita, di antaranya adalah:
(1). Memahami adanya hukum menabur dan menuai (Law of harvest)
2 Kor. 9:6 Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.
Tuhan sendiri berkata bahwa selama bumi masih ada, kegiatan menabur (memberi) dan menuai (menerima) juga masih akan berlangsung dalam kehidupan manusia. Hukum ini berlaku bagi semua manusia, tanpa terkecuali. Bagi orang percaya, kekuatan pemberian akan semakin berlipat ganda karena Tuhan ikut “terlibat” di dalamnya. Tuhan tidak hanya menyediakan berkat, supaya kita dapat memberi (menabur), tetapi kuasa-Nya akan bekerja melipatgandakan benih yang telah kita taburkan.
Paulus menyampaikan kepada jemaat di Korintus suatu hukum Tuhan dalam hal tabur tuai. Seberapa yang kita tabur maka itulah yang akan kita tuai. Kalau kita menabur sedikit maka kita akan menuai sedikit juga, tetapi kalau kita menabur banyak maka kita akan menuai banyak juga. Prinsip menabur adalah melepaskan benih untuk ditanam sehingga kelak benih tersebut bertumbuh dan berbuah dan buah tersebut yang akan dituai pada masanya.
Prinsip tabur tuai juga berlaku di dalam kehidupan kita, yaitu dalam hal memberi, apa yang kita beri akan kita tuai. Hal itu berlaku bukan hanya dalam penggunaan keuangan saja. Kita menabur kebaikan maka kita akan menuai kebaikan juga. Kita menabur kejahatan maka kita akan menuai kejahatan pula. Jadi hukum ini tidak semata-mata hanya berlaku pada tumbuh-tumbuhan atau pohon-pohonan saja.
(2). Memahami bahwa semua harus lahir dari hati yang benar
2 Kor. 9:7 Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.
Pemberian yang terbaik adalah pemberian yang dilandasi keterbukaan dan tanpa paksaan. Tuhan tidak melihat besar kecilnya persembahan, melainkan motivasi dan ketulusan hati dalam memberi. Jangan pernah hitung-hitungan dengan Tuhan. Kadang ada orang merasa bahwa apa yang pernah ditabur sebelumnya belum mendapatkan tuaian yang seharusnya, maka kali ini ia tidak mau melakukan apa-apa karena kuatir tidak memeroleh apa yang seharusnya ia peroleh. Bahkan menganggap bahwa Tuhan tidak menepati janji-Nya. Sikap hati yang seperti ini jelas tidak mengenal Tuhan secara pribadi.
Memberi menurut kerelaan hati itu berarti memberi dengan ikhlas dan tanpa terpaksa. Tetapi juga jangan salah paham “memberi dengan kerelaan hati” bukan berarti memberi dengan sesuka hati (suka-suka), memberi seberapa yang ingin kita beri. Memberi dengan kerelaan hati adalah rela memberi sesuai, atau sepadan, atau sepantasnya dengan berkat Tuhan yang telah kita terima. Ternyata dalam prakteknya, memberi menurut kerelaan hati, bukanlah sesuatu yang sertamerta dapat dilakukan, apalagi bagi mereka yang hatinya lekat pada uang dan harta miliknya.
Mari jemaat Tuhan, seseorang baru bisa memberi dengan benar ketika hatinya berpaut dengan hati Tuhan. Ada berbagai jenis motivasi salah yang bisa melandasi diri seseorang ketika ia memberi yang seringkali tidak disadarinya, namun ketika seseorang hatinya terkoneksi dengan Tuhan, maka sifat Bapa sorgawi yang murah hati (generous) akan turut melekat pula pada dirinya.
Tuhan Yesus memberkati!