MEMBANGUN DI ATAS DASAR YANG BENAR
Lukas 6:46-49 (48) ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun.
Ketika seseorang membangun sebuah bangunan, unsur penting yang perlu dipikirkan adalah fondasi. Fondasi adalah dasar dari sebuah bangunan. Membangun di atas dasar yang kuat akan menentukan seberapa kokoh bangunan yang dapat dibangun di atasnya. Setiap pekerjaan pembangunan sebuah bangunan pasti akan membangun fondasi terlebih dahulu. Fondasi yang dibangun dengan bahan yang kuat dan digali dengan kedalaman yang memenuhi syarat, tidak hanya akan menentukan apakah sebuah bangunan bisa tegak berdiri atau mudah roboh, tetapi juga seberapa tingginya bangunan tersebut dapat didirikan.
Mengapa di Alkitab Tuhan banyak menggunakan istilah-istilah rancang bangun, seperti arsitek, fondasi, dasar, batu penjuru, pasir, batu, tiang penopang, balok, dan lain-lain? Selain istilah-istilah tersebut erat kaitannya dengan kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal atau bangunan-bangunan ibadah, hidup kita seringkali disamakan dengan bangunan itu sendiri. Tuhan tidak menginginkan sebuah bangunan yang asal jadi. “Bangunan” seperti apa yang anda rindukan terbentuk dalam kehidupan spiritual anda?” dan “bangunan” seperti apa yang anda dambakan bagi keluarga atau rumah tangga yang anda sedang bangun saat ini? Setiap orang percaya pasti merindukan sebuah bangunan megah, kuat, kokoh dan berfungsi baik serta bermanfaat.
Ayat di atas merupakan perkataan yang Yesus ajarkan kepada orang banyak ketika Ia berkhotbah di bukit. Dia mengajarkan pentingnya menjadikan firman Tuhan sebagai fondasi kehidupan. Ketika seseorang membangun suatu “bangunan kehidupan” dan mendasari hidupnya di atas fondasi yang benar atau kebenaran firman Tuhan, maka ketika “air bah” dan “banjir” melanda bangunan tersebut tidak akan merobohkan orang tersebut. Begitu pula sebaliknya, ketika seseorang membangun suatu “bangunan kehidupan” dengan tidak mendasarinya di atas fondasi yang benar atau tidak sungguh-sungguh melandasinya dengan kebenaran firman Tuhan, maka ketika “air bah” dan “banjir” melanda bangunan tersebut akan merobohkan orang atau bangunan tersebut.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan melalui pesan-Nya ini memeringatkan setiap kita orang percaya suatu dampak apabila orang percaya tidak sungguh-sungguh mendasari kehidupannya dengan fondasi yang benar. Tuhan menyatakan bahwa betapa akan ada orang orang-orang percaya yang bergelimpangan keadaannya akibat mengalami terjangan “air bah” atau “banjir” apabila tidak mendasari “bangunan” kehidupannya dengan dasar yang kokoh dan benar.
Peringatan ini tidak ada kaitannya dengan musim natural yang sedang berlangsung hari-hari ini. Tuhan hanya mencoba menggambarkan dampak kerusakan seperti apa apabila sebuah bangunan yang tidak berdasar kokoh diterjang banjir atau air bah. Dalam kehidupan nyata orang percaya, seperti apa contohnya “bangunan” yang dikategorikan tidak berdasar kokoh tersebut? Bangunan yang tidak berdasar kokoh ini berbicara tentang suatu struktur kehidupan orang percaya yang tidak berlandaskan seluruh prinsip kebenaran firman Tuhan ataupun sebagian.
Misalnya, rumah tangga yang tidak mengaplikasikan struktur Kerajaan Sorga dimana tidak ada kepemimpinan yang jelas. Alkitab katakan bahwa hal seperti itu tidak dapat bertahan, bahkan terpecah-pecah. Atau pribadi perseorangan yang menjalani kehidupan rohani yang hanya sebatas ketaatan agamawi, namun tidak taat secara relational dengan Tuhan. Taat di dalam beribadah, taat di dalam berkegiatan rohani, namun tidak menghidupi kehidupan yang taat kepada Tuhan dalam kesehariannya. Bukankah ini suatu kerusakan yang fatal?
Beberapa prinsip yang perlu kita pahami agar setiap kita orang percaya memahami bahwa ada bangunan yang indah, kokoh dan berfungsi dengan baik yang bisa kita bangun, beberapa di antaranya adalah:
(1). Pentingnya membangun kedalaman sampai mengalami Tuhan secara pribadi
Lukas 6:46-49 (48) ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun.
Di dalam mengiring Tuhan, Tuhan menghendaki orang percaya terus mengalami perubahan demi perubahan yang membawa orang tersebut semakin hari semakin menyerupai Kristus. Di dalam kelas pengajaran dasar ke 12 mungkin anda masih ingat bahwa apabila kita ingin menjadi seorang pengikut Kristus yang memiliki pengaruh, maka pertama-tama yang harus dimiliki orang tersebut adalah bahwa orang itu harus telah berubah. Itulah perubahan pertama yang harus dialami. Lahir baru hidup baru. Namun ternyata seseorang tidak cukup hanya mengalami kelahiran baru, namun dirinya harus siap untuk terus berubah. Ingat tentang tahapan pertumbuhan seorang anak dari bayi menuju dewasa.
Untuk dapat terus mengalami perubahan yang konsisten maka seseorang harus memiliki fondasi yang benar, karena ternyata tidak sedikit didapati orang percaya yang perubahannya hanya sesaat. Hari ini berubah, minggu depan tidak dijamin apakah masih seperti itu atau tidak. Alkitab jelas mengatakan bahwa perubahan yang dikehendaki Tuhan adalah perubahan yang tetap.
Orang percaya bisa memiliki beberapa alasan untuk berubah. Namun satu alasan kuat yang penting dimiliki oleh setiap orang percaya adalah sudah mengalami Tuhan secara pribadi (perjumpaan pribadi dengan Kristus) dan menjadikan Kristus sebagai Raja di dalam hidupnya. Dan ini bisa terjadi dalam beberapa cara. Pertama, ketika Tuhan sendiri hadir menyatakan diri-Nya, atau kita sendiri yang dalam kerinduan mengejar hadirat Tuhan sampai mengalami perjumpaan. Orang percaya yang mengalami ini, tidak mudah goyah, ragu, atau mudah berbalik di tengah keadaan apapun yang dihadapi.
Seperti perumpamaan yang disampaikan Yesus tentang 2 macam dasar. Ada dua orang yang sedang membangun rumah masing-masing di atas suatu lahan. Orang yang satu sebelum meletakkan fondasi untuk rumahnya ia terlebih dahulu menggali dalam-dalam (dig down deep). Dia terus menggali dan menggali tanpa mengenal lelah hingga suatu ketika sekopnya menghantam lapisan yang keras dan dia tahu bahwa dia telah sampai di lapisan batu yang keras. Seperti itulah orang percaya menggali kedalam hingga mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus.
(2). Pentingnya mendengar firman untuk kemudian mengaplikasikannya dalam hidup kita.
Lukas 6:46 “Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?
Ada satu kalimat yang diucapkan rasul Paulus ketika ia menulis suratnya kepada Timotius untuk menekankan tentang betapa pentingnya orang percaya datang beribadah, di situ ia menggunakan kalimat: “Train yourself to be Godly!” Kata ‘train’ atau ‘latihlah’ menggunakan kata asli Gumnaze seperti kepada atlet gimnastik. Berapa luar biasa makna di balik kalimat ini. Beribadah adalah ajang untuk melatih diri kita untuk memeraktekkan apa yang kita dengar ke dalam kehidupan nyata kita. Jadi ketika seorang percaya datang beribadah, ia sudah harus datang dengan suatu kesiapan yaitu untuk berlatih dan dilatih memeraktekkan firman yang ia dengar. Bukan untuk sekedar menghibur telinga dengan kotbah-kotbah yang bagus.
Ketika orang percaya melakukan itu, sesungguhnya ia sedang membangun suatu fondasi yang kuat di dalam hidupnya. Fondasi firman Tuhan ditanam dengan sangat dalam di hati dan pikirannya, maka kesulitan atau pergumulan hidup seberat apapun ia tetap berjalan maju ke tujuan Tuhan. Sebaliknya, jika seseorang mendasari hidupnya di atas fondasi yang bersifat fana, seperti kepandaian, kekayaan, jabatan, dan lain sebagainya, maka meskipun dari luar hidupnya kelihatan seperti bangunan yang megah dan kokoh, tetapi ketika ada goncangan datang maka hidupnya mudah goyah bahkan roboh.
Fondasi iman dibentuk dari ketaatan orang percaya melakukan firman Tuhan.
Mari jemaat Tuhan, apa yang selama ini menjadi fondasi hidup kita? Melalui pesan-Nya ini Tuhan ingin kita bertindak bijaksana dengan meletakkan fondasi hidup kita sepenuhnya di atas batu karang yang teguh, yaitu Yesus Kristus dan firman-Nya. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari-hari ke depan, namun ketika kita meletakkan fondasi di atas dasar yang benar, apapun “banjir dan air bah” yang terjadi, itu tidak akan menggoyahkan kita.
Tuhan Yesus memberkati!