MAMPU BERSIKAP TEGAS TERHADAP DIRI SENDIRI
1 Korintus 9:26-27 (26) Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. (27) Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.
Surat kepada jemaat di Korintus ini merupakan tanggapan rasul Paulus terhadap serangkaian pertanyaan dan permasalahan yang dihadapi umat Tuhan di Korintus (sebuah kota di wilayah Yunani). Rasul Paulus yang memulai gereja di Korintus merasa prihatin ketika mendengar pergumulan umat Tuhan di sana. Korintus adalah kota yang penuh dengan imoralitas dan berbagai bentuk penyembahan berhala, termasuk beberapa penyembahan yang mempraktekkan prostitusi ritual.
Tidak sedikit orang percaya di Korintus didapati bingung bagaimana harus menanggapi godaan budaya di sekitar mereka. Belum lagi konflik-konflik di seputar gereja Korintus, mulai dari perbedaan pandangan mengenai hal moralitas, hal-hal tentang hukum, hingga hal-hal mengenai sikap dalam penyembahan. Melalui suratnya ini rasul Paulus membahas setiap permasalahan dengan pengajaran yang tegas.
Perkara semacam ini juga perlu kita pahami, karena merupakan wilayah di mana kita sebagai umat Tuhan juga harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk mampu mengatasi dan menerapkan perubahan demi perubahan yang terjadi dalam kehidupan kita. Alkitab dengan sangat jelas menyatakan bahwa semua orang percaya atau anak-anak Tuhan harus belajar mendisiplinkan diri dalam hidup mereka. Gagalnya orang percaya mengatasi hal-hal ini akan mengakibatkan banyaknya pula kegagalan orang percaya mencapai tujuan atau pencapaian yang dikehendaki Tuhan.
Rasul Paulus di dalam mengajarkan jemaat Korintus dalam bertindak mengatasi berbagai problema yang dihadapi memberikan penggambaran berupa atlet yang mengikuti pertandingan olah raga lari. Hal ini penting agar mereka menjadi umat Tuhan yang tidak mudah menyerah dan terombang ambing oleh berbagai situasi yang terjadi. Korintus merupakan bagian dari wilayah Yunani. Kebiasaan masyarakat Yunani pada waktu itu kental sekali dengan yang namanya pertandingan olahraga, karena pertandingan olahraga merupakan salah satu elemen penting dalam budaya mereka.
Rasul Paulus menjelaskan bahwa bukan hanya jemaat Korintus saja yang harus berjuang bagaikan seorang atlet yang terjun ke dalam berbagai pertandingan, namun ia sendiri menjadikan dirinya juga sebagai contoh hidup bagaikan seorang atlet yang juga berjuang dalam memenangkan setiap tantangan demi tantangan yang dihadapi dalam mengiring Tuhan. Dan itu sangat tidak mudah. Dibutuhkan suatu tekad dan determinasi yang kuat.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Melalui pesan-Nya ini Tuhan ingin kita sebagai orang percaya memiliki mentalitas yang tangguh, yang tidak mudah menyerah lalu memberikan berbagai alasan ketika diperhadapkan dengan berbagai tantangan. Mungkin seseorang berkata bahwa ia tidak pernah menyerah, namun melihat sikapnya yang tidak terlalu mau berjuang lebih lagi menandakan bahwa sebetulnya ia mulai menyerah. Judul pesan “Mampu bersikap tegas terhadap diri sendiri” ini dalam makna sehari-hari memiliki arti agar kita jangan menjadi “lembek” terhadap diri sendiri. Mungkin kita bisa berteori banyak kepada orang lain, namun ketika diri sendiri diperhadapkan dengan berbagai keadaan dan problema, sebagai orang percaya jangan sampai kita malah bersikap “lembek,” tidak mampu bertindak tegas. Sangat permisif sekali. Sangat mudah memberikan berbagai alasan dan selalu meminta agar orang memakluminya.
Beberapa hal yang perlu kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan ini agar kita menjadi orang-orang yang tangguh, sehingga mampu mengatasi apapun yang kita hadapi dan menang. Beberapa di antaranya:
(1). Menyadari apa yang sedang kita kerjakan dan siapa yang sedang kita iring
1 Korintus 9:24 Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!
Kalimat di ayat 24 ini dimulai dengan kalimat “Tidak tahukah kamu?” Kalimat “tidak tahukah kamu” (Yun. Ouk oidate/eido) ini mengandung arti: “masakan kamu tidak tahu?,” “masakah kamu tidak dapat melihatnya?”, atau secara keseluruhan maknanya adalah: “Tidakkah kamu tahu bahwa hidup yang kamu jalani ini adalah sebuah pertandingan yang harus kamu ikuti dengan serius apabila mau finish dengan baik!”
Bahwa kehidupan yang kita jalani dalam mengiring Tuhan ini bukan seperti orang yang sedang jalan-jalan, bukan sedang berekreasi, juga bukan pula sedang aktivitas santai dimana kita bisa melakukannya di satu waktu, lalu bisa berhenti kapan saja kita mau. Ini merupakan hal yang serius. Kita diibaratkan atlet-atlet yang diterjunkan ke sebuah pertandingan. Ada tujuan Tuhan yang harus dicapai. Ada keseriusan yang dibutuhkan seorang atlet yang ingin bertanding. Memiliki gaya hidup dan daya juang yang berbeda dengan orang-orang biasa yang bukan atlet.
(2). Menyadari bahwa kemenangan akan diraih asalkan berani membayar harganya
1 Korintus 9:25 Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.
Versi AMP: Now every athlete who [goes into training and] competes in the games is disciplined and exercises self-control in all things. Setiap atlet yang terjun ke dalam pertandingan adalah orang-orang yang berdisiplin dan menguasai diri dan menjalankan penguasaan diri dalam segala hal.
Seorang atlet engikuti jadwal latihan atau rutinitas tertentu, ketahanan berlatih di cuaca dingin atau panas, dan sebagainya. Penguasaan diri sangatlah diperlukan, karena akan ada beragam godaan, seperti makanan enak, gaya hidup hedonis, maupun kemalasan. Melihat orang-orang lain hidup secara santai juga dapat menjadi tantangan tersendiri. Tidak jarang, seorang atlet akhirnya lebih memilih untuk mengurangi atau bahkan mengakhiri latihan-latihan yang berat.
Beberapa catatan kuno menunjukkan bahwa atlet dan pelatihnya kadangkala mengikrarkan sebuah sumpah untuk menjalani latihan secara ketat dan berat serta mengadopsi gaya hidup tertentu. Pertandingan memang berlangsung hanya beberapa saat, tetapi persiapannya memakan waktu yang tidak singkat. Dibutuhkan pengendalian diri untuk menjalani prosesnya serta berani membayar harganya.
Mari jemaat Tuhan, kiranya pesan Tuhan ini akan membuat kita semakin menyadari bahwa hidup yang kita jalani ini bukanlah hidup yang tanpa tantangan. Itulah sebabnya, seperti layaknya para atlet yang memliliki tekad dan determinasi yang kuat, demikianlah kita sepatutnya bersikap. Ada tujuan yang telah Tuhan berikan kepada kita, capailah itu seperti seorang atlet yang berlari sedemikian rupa demi untuk mendapatkan sebuah mahkota. Bagi kita orang percaya, ada mahkota yang disediakan oleh Tuhan yang jauh lebih mulia dan bertahan lama. Bukan dari barang yang dapat musnah. Bukan hanya bertahan seumur hidup. Mahkota ini akan ada untuk selama-lamanya. Selamat berlari!
Tuhan Yesus memberkati!