Kunci Kekuatan: Jadilah Pribadi yang Otentik (Pesan Gembala, 7 Juli 2024)

KUNCI KEKUATAN: JADILAH PRIBADI YANG OTENTIK

1 Samuel 17:38-40 (38) Lalu Saul mengenakan baju perangnya kepada Daud, ditaruhnya ketopong tembaga di kepalanya dan dikenakannya baju zirah kepadanya.

Kata “otentik” di dalam kamus bahasa Indonesia diartikan dengan: dapat dipercaya, asli, dan sah. Dalam kamus bahasa Inggris kata “otentik” diartikan sebagai tetap teguh berpijak pada nilai, dan semangat yang dimiliki terlepas dari berbagai tekanan yang dialami. Setiap manusia umumnya tentu menginginkan hal-hal yang otentik, bukan yang palsu. Tidak sedikit berbagai advertensi menawarkan produk-produk yang yang ketika diterima oleh tangan konsumen ternyata tidak sesuai dengan apa yang ditawarkan. Dan itu sama sekali tidak menyenangkan hati. Tidak ada orang yang suka dibohongi.

Hal yang sama, apabila kita sambungkan realita ini dengan kehidupan kita sebagai orang percaya, jangan sampai kita sebagai orang percaya menampilkan “iklan” tentang kita yang tidak otentik kepada orang lain. Banyak dari manusia atau termasuk orang percaya yang masih bergulat dengan otentisitas diri karena takut menghadapi penolakan. Tidak sedikit yang merindukan orang-orang di sekitar menerimanya bahkan memperhitungkan dirinya. Orang umumnya tidak ingin kelemahan-kelemahannya atau sisi buruknya diketahui dan berusaha mencoba untuk menutupinya, padahal itu bukan dirinya yang otentik.

Dan Alkitab sejak zaman dahulu pun sudah mengatakan bahwa manusia pada umumnya memang memiliki penilaian, dimana tidak sedikit orang berusaha untuk mengejar standar penerimaan manusia kebanyakan. Namun jangan lupa bahwa Tuhan juga memiliki penilaian. Dan standar penilaian manusia berbeda dengan standar penilaian Tuhan. Manusia umumnya menilai berdasarkan apa yang tampak dari luar. Sesuatu yang terlihat indah dan baik berdasarkan tampilan luar.

Nabi Samuel sempat terkecoh ketika disuruh Tuhan untuk mengurapi salah seorang anak Isai, karena Tuhan telah menetapkan bahwa orang yang akan diurapi kelak akan menjadi raja atas Israel. Samuel mengira bahwa salah satu dari kakak-kakaknya Daud pasti akan terpilih mengingat postur tubuh dan tampilan luarnya cocok sebagai raja pada umumnya. Namun Tuhan memilih Daud karena keotentikannya. Seorang anak muda sederhana yang sadar akan segala keterbatasannya, namun mau bersandar pada Tuhan seperti yang biasa ia lakukan.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Bahwa melalui pesan-Nya ini Tuhan ingin kita menjadi pribadi yang otentik di dalam Tuhan. Menjadi otentik dalam Tuhan itu bukan sekedar melepas topeng kepalsuan dan menjalani hidup apa adanya, namun juga mau menjalani hidup berdasarkan pemahaman untuk siapa kita diciptakan. Kita adalah orang percaya yang telah dipanggil untuk menanggalkan manusia lama dengan pola kehidupan lama, maka selayaknya hidup sebagai manusia baru yang diciptakan menurut pola Tuhan, yaitu pribadi dengan tabiat yang baru: benar, lurus, suci, dan bersandar pada Tuhan. Kata “suci” dalam bahasa Yunani “katharos”, yang berarti murni, tulus, bebas dari setiap campuran yang palsu. Itulah yang disebut otentik dalam Tuhan.

Pribadi “otentik” yang demikianlah yang ketika mengalami dahsyatnya hembusan angin dalam kehidupan akan tetap berdiri kokoh dan tidak tergoyahkan. Seperti jenis-jenis pohon tertentu yang tetap berdiri tegak menjulang tinggi, karena kokohnya akar-akarnya masuk mencengkeram ke kedalaman tanah. Alkitab mencatat ada pohon aras, pohon sanobar, pohon korma, dan pohon-pohonan lain yang mampu bertahan untuk berdiri tegak di tengah kerasnya angin yang menerpa.

Beberapa prinsip yang harus kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan ini agar menjadi pribadi yang otentik di dalam Tuhan, di antaranya adalah:

(1). Menjadi pribadi yang berani berdiri di atas prinsip kebenaran, terlepas apa yang orang lain tawarkan

1 Samuel 17:39 Lalu Daud mengikatkan pedangnya di luar baju perangnya, kemudian ia berikhtiar berjalan, sebab belum pernah dicobanya. Maka berkatalah Daud kepada Saul: “Aku tidak dapat berjalan dengan memakai ini, sebab belum pernah aku mencobanya.” Kemudian ia menanggalkannya.

Daud merasa tidak nyaman ketika harus mengenakan baju perang Saul. Namun ia tidak menerimanya begitu saja, ia berani menolak untuk tidak mau mengenakannya. Sesuatu yang ia sadar tidak diperuntukkan untuk dirinya. Lagi pula, bagi Daud, Tuhan telah banyak mengajarkan berbagai strategi kepada dirinya di saat ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

Salah satu kebiasaan orang-orang yang berasal dari budaya timur adalah seringkali merasa tidak enak hati atau merasa sungkan. Tidak berani mengemukakan pendapat. Menerima begitu saja, sedangkan dalam hati sebetulnya ingin menolak, namun tidak berani mengungkapkan. Mengetahui bahwa sesuatu itu salah, tetapi tidak berani menyatakan sikap yang benar. Tetapi Daud bukanlah pribadi yang demikian, asalkan itu adalah suatu kebenaran Tuhan, maka ia tidak segan-segan berdiri di atasnya.

Melalui percakapan antara Daud dan Saul kita akan belajar sesuatu bahwa Daud adalah seorang pribadi yang otentik dalam Tuhan dalam pengertian:

a. Tidak menerima begitu saja apa yang dikatakan orang lain terhadap dirinya, karena ia sadar siapa dirinya dan apa yang akan Tuhan lakukan kepadanya.

1 Samuel 17:33 Tetapi Saul berkata kepada Daud: “Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit.”

Kalimat “tidak mungkin” yang diucapkan Saul ini bernada betul-betul merendahkan, menganggap Daud sama sekali tidak mungkin bisa melakukannya. Kalimat tersebut dalam bahasa aslinya mengandung makna: engkau tidak akan sanggup, engkau sama sekali tidak berdaya, engkau tidak akan dapat mengatasinya.

Apa yang biasa terjadi apabila ada seseorang atau seorang yang kita segani kalau sampai ia berkata bahwa tidak mungkin kita dapat melakukannya hanya berdasarkan tampilan dan usia kita, padahal belum dikasih kesempatan untuk melakukan sesuatu? Kebanyakan yang seringkali terjadi adalah merasa tersinggung, hati terluka, merasa terhina, atau menelannya bulat-bulat dan menyetujuinya.

Bagaimana dengan Daud ketika Saul berkata bahwa tidak mungkin ia dapat melawan Goliat? Apakah Daud diam? Tidak. Daud mengemukakan kualifikasinya. Ia berani mengatakan kepada Saul bahwa selama itu ia sudah terbiasa berhadapan dengan singa atau beruang yang mencoba menerkam seekor domba dari kawanannya. Maka atas kekuatan Tuhan ia mengejar dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Ia tidak membiarkan dunia memberikan label yang salah kepada dirinya, dan ia tanggapi dengan menunjukkan sejumlah prestasi.

b. Tidak mau menjadi pribadi yang serupa dengan orang lain dan melakukan seperti cara orang lain (meniru). Sadar bahwa Tuhan memilih kita untuk suatu tujuan yang spesial (1 Samuel 17:38-39).

Salah satu kelemahan manusia pada umumnya termasuk orang percaya adalah selalu meniru apa yang orang lain lakukan. Apalagi ketika melihat orang lain melakukan sesuatu dan terlihat berhasil, lalu diikuti begitu saja tanpa mencari tahu bahwa Tuhan punya special purpose dalam hidup kita. Orang yang seperti ini maka pandangannya akan selalu tertuju pada orang lain, kehebatan orang lain, bahkan ingin menjadi seperti orang lain, dan membanding-bandingkan diri dengan orang lain. 

Baru saja Daud bicara panjang lebar kepada Saul tentang apa yang Tuhan telah lakukan pada waktu ia menggembalakan kambing dombanya, Saul lalu mencoba “mengenakan dirinya” kepada Daud dengan cara mengenakan kepada Daud baju perangnya. Bagi Saul baju perang yang dia kenakan adalah perlindungan atas dirinya. Tetapi Daud menolaknya. Mengapa Daud menolak baju perang yang diberikan Saul? Sebab bagi Daud, itu baju perangnya Saul. Sedangkan bagi Daud harapannya tidak ditujukan kepada baju perang. Daud lebih berharap kepada strategi dari Tuhan sebagai Panglima perangnya.

Mari jemaat Tuhan, melalui pesan-Nya ini kita dapat belajar sesuatu tentang hidup dalam keotentikan dalam Tuhan. Betul bahwa kita adalah manusia yang serba terbatas, namun menyadari bahwa kita adalah milik Tuhan yang memiliki rencana luar biasa atas kita. Dan Tuhan mau kita bergerak dalam kekuatan-Nya. Oleh sebab itu, sebesar apapun angin yang mencoba meniup, kita akan tetap berdiri tegak dalam Kristus.

Tuhan Yesus memberkati!

Kunci Kekuatan: Jadilah Pribadi yang Otentik (Pesan Gembala, 7 Juli 2024)

| Warta Jemaat |
About The Author
-