KETIKA TUHAN MEMBERIKAN SESUATU KEPADA KITA
Matius 25:14-15 (14) “Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. (15) Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.
Apabila kita perhatikan, di dalam Matius pasal 25 ini terdapat tiga perumpamaan yang apabila kita perhatikan kandungannya adalah sama, yaitu tentang tanggung jawab hamba atas sesuatu yang dipercayakan oleh sang tuan hingga tuannya tersebut datang kembali.
Yang pertama mengenai “5 gadis bijak dan 5 gadis bodoh” dimana berbicara tentang sikap gadis-gadis dalam menantikan kedatangan sang pengantin. Para gadis itu dipercayakan obor dan tugas untuk menyambut, dimana obor itu harus tetap menyala apabila ada minyak yang cukup. Yang kedua adalah tentang hamba-hamba yang dipercayakan talenta oleh tuannya, dan diminta pertanggungjawaban ketika tuannya datang kembali. Yang ketiga adalah tentang sikap yang dilakukan para pemercaya ketika diperhadapkan dengan berbagai situasi pengujian dan diminta pertanggungjawaban ketika Anak Manusia atau Kristus datang menghakimi.
Dalam semua perumpamaan ini Yesus memberikan penekanan bahwa menantikan kedatangan “sang tuan” adalah penantian di dalam sebuah tanggung jawab. Mereka tidak menantikan tuan mereka di dalam keadaan tanpa melakukan apa-apa. Dan setiap bagian dari tiga perumpamaan di atas tadi menekankan relasi antara tuan dan hamba. Semuanya memiliki tugas, dan tugas yang mereka harus jalani itu adalah tugas yang sangat penting.
Firman yang diberikan sebagai dasar pesan Tuhan ini adalah kisah yang kedua, yaitu tentang hamba yang dipercayakan tuannya sebelum tuannya pergi ke luar kota dimana suatu hari sang tuan datang untuk mengadakan perhitungan. Tiga orang hamba ini dipercayakan “talenta,” yaitu sesuatu yang berharga oleh tuan mereka. Ingat, jangan mengartikan talenta hanya sekedar bakat. Talenta itu mata uang yang bernilai tinggi. Jadi bukan semata-mata bakat, melainkan sesuatu hal berharga “apa saja” yang Tuhan percayakan. Mereka atau hamba-hamba yang menerima talenta berbicara tentang orang-orang yang diberikan otoritas dari sang tuan untuk memutuskan apa yang perlu guna mengusahakan sesuatu yang berharga yang dipercayakan oleh sang tuan kepada mereka. Mereka juga bukan hamba biasa, tetapi kepercayaan dari tuan mereka, karena tidak kepada semua orang dipercayakan oleh sang tuan. Betapa besarnya tuan mereka menghargai mereka!
Mendapatkan kepercayaan besar seperti itu tentu seharusnya membuat para hamba itu gentar. Mereka seharusnya merasa tidak layak dan itulah sebabnya mereka seharusnya mengerjakan apa yang dipercayakan kepada mereka dengan tekun, takut, dan gentar. Kedua orang hamba yang pertama, yang dipercayakan lima talenta dan dua talenta bersikap penuh tanggung jawab. Mereka sadar bahwa tuan mereka mengambil risiko sangat besar dengan memercayakan mereka harta yang bernilai. Tetapi hamba yang ketiga menghina penghormatan yang diberikan oleh tuannya itu. Dia tidak gentar karena, penghormatan yang diberikan tuannya itu dianggap sepi olehnya. Apalah artinya 1 talenta yang diberikan kepadanya.
Perumpamaan ditutup dengan pemberian kepercayaan yang besar kepada hamba pertama dan kedua, ditambah dengan diambilnya talenta milik hamba yang ketiga lalu diberikan kepada hamba yang pertama. Siapa yang menunjukkan kesetiaannya terhadap perkara-perkara yang dipercayakan, maka akan diberikan kepercayaan yang lebih besar oleh sang tuan. Siapa yang gagal menjalankan kepercayaan yang telah diberikan, dia tidak akan lagi diberikan kepercayaan itu.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Apapun yang Tuhan berikan atau percayakan kepada anak-anak-Nya, baik itu materi (uang, harta, dan sejenisnya), bakat dan kemampuan, jiwa (pasangan, anak, umat Tuhan), gifts (karunia-karunia dari Tuhan), jabatan, tanggung jawab, dan sebagainya adalah sesuatu yang sangat berharga yang kita harus kita hargai, dikelola dan dikembangkan dengan baik. Segala sesuatu yang apabila kita tahu darimana itu berasal dan siapa yang menganugerahkannya akan berbeda di dalam cara kita menerima, menggunakannya, dan kepada siapa kemuliaannya ditujukan.
Misalnya, karunia (gift) yang Tuhan berikan, minimal ada 3 respon yang dapat kita lakukan. Yang pertama, apabila gift itu dianggap sebagai hal yang biasa, maka gift itu akan menjadi biasa-biasa saja bahkan tidak akan pernah berfungsi, dan pastinya akan semakin redup, bahkan dicampakkan begitu saja. Respon yang kedua, apabila gift itu kita terima dan diresponi sebagai sesuatu bawaan dari dalam diri kita, lalu kita kembangkan dan karena merasa itu berkembang karena kemampuan dari diri kita, dan ditambah tidak menyadari untuk kepentingan siapa, maka kemuliaannya biasanya akan ditujukan bagi diri kita sendiri (betapa jagonya dan hebatnya diriku). Respon yang ketiga, apabila kita menerimanya dan sadar bahwa itu pemberian yang berharga dari Tuhan, maka kita akan menerimanya sebagai harta yang mahal, kita juga akan mengembangkannya untuk kepentingan Kerajaan Sorga, dan ujungnya adalah kemuliaan bagi Tuhan. Dan kita bisa menerapkan prinsip yang sama bagi “harta-harta” lainnya yang kita terima dari Tuhan.
Jadi beberapa prinsip yang harus kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan ini, yaitu sesuatu yang berharga yang Tuhan percayakan kepada kita, agar Tuhanlah yang dimuliakan, di antaranya adalah:
(1). Pahami bahwa sesuatu yang kita terima sadari berasal dari Sorga dan harus ditanggapi dengan cara yang layak pula.
Matius 25:15-16 (15) Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. (16) Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta.
Satu hal yang menarik dari prinsip pemberian sang tuan kepada tiga orang hamba-hambanya ini adalah kata “diberikannya” (Yun. Didomi). Didomi ini bukan sekedar pemberian biasa seperti kita memberikan sesuatu kepada seorang teman. Cara memberikan yang dimaksud dengan Didomi ini adalah seperti seorang kepala negara yang sedang berhalangan (entahkah sedang sakit atau hendak bepergian jauh) memberikan surat wewenang penuh kepada wakilnya atau kepada salah satu menterinya dimana tanggung jawab yang diberikan itu adalah tanggung jawab besar yang akan memengaruhi kondisi bangsa apabila tidak dilaksanakan dengan baik.
Jadi kata “didomi” ini adalah pemberian yang harus dipahami maksudnya dengan baik oleh pihak pemberi maupun yang menerima untuk kepentingan si pemberi tanggung jawab. Pemberian yang diterima dengan sangat baik, penuh kepercayaan dan disertai komitmen. Prinsip ini menjadi penggambaran yang sangat penting bagi kita. Jika Tuhan memercayakan apa pun kepada kita, apakah kita mampu untuk melihatnya dengan benar, yaitu seperti hamba 1 dan 2, sebagai suatu bentuk penghormatan yang begitu besar yang Tuhan berikan, di mana sebetulnya kita sama sekali tidak layak untuk menerimanya, maka kita akan dengan sangat hati-hati menerima dan mengelolanya. Ataukah, seperti hamba yang ke 3 yang malas dan jahat, yang menganggap Tuhan sedang menyusahkan diri kita dengan menambahkan beban baru dalam hidup kita demi untuk kepentingan diri-Nya sendiri.
(2). Pahami bahwa pada waktu kita membagikan apa yang kita terima dari Tuhan, kita juga membagikan kemuliaan-Nya
Matius 25:20 Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta.
Tidak ada kebanggaan yang dapat kita alami selain memersembahkan hasil yang terbaik dari apa yang telah dipercayakan oleh orang yang telah memberikan kepercayaan kepada kita. Hamba yang menerima 5 talenta dan 2 talenta ketika tuannya datang rasanya ingin cepat-cepat melaporkan hasil dari apa yang telah dipercayakan kepada diri mereka. Katanya: “Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta.” Betapa bangga diri mereka ketika bisa mengelola dan mengembangkan apa yang telah dipercayakan kepada mereka.
Adalah sangat mudah memahami prinsip pengelolaan dan pengembangan yang baik apabila contohnya bersifat materi. Misalnya, hamba yang dipercayakan 5 talenta oleh tuannya itu setelah ia mengelolanya dengan baik maka jumlahnya berlipat menjadi 5 talenta lagi, sehingga totalnya menjadi 10. Bagaimana kalau Contoh yang dipercayakan itu bukan berupa materi yang bisa dihitung? Seperti apa yang namanya dikelola dan dikembangkan itu? Apabila contohnya adalah gift atau karunia dari Tuhan, dan salah satu tanda bahwa gift itu sudah dikelola dan dikembangkan adalah yang menikmati bukan hanya diri kita sendiri, pasangan kitapun turut menikmatinya, anak-anakpun menikmatinya, bahkan orang lainpun turut menikmatinya. Dan berujung dengan Tuhan dimuliakan.
Pada waktu kita membagikan “presents” (hadiah yang berharga dari Tuhan) kepada sesama, pastikan bahwa kita juga turut membagikan “His presence” (kehadiran Tuhan) di dalamnya.
Mari jemaat Tuhan, apabila prinsip ini kita tangkap dengan baik, maka bersiap-siaplah untuk menerima sesuatu yang baru dan berharga selanjutnya dari Tuhan, seperti yang Ia pesankan melalui pesan ini. Selamat mengelola dan mengembangkannya dengan baik.
Tuhan Yesus memberkati!