Matius 5:4 Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
Kesedihan adalah suatu hal yang umum bagi semua orang. Pada kenyataannya tidak ada orang yang dapat terbebas dari yang namanya kesedihan. Semua orang bisa mengalaminya. Namun ketika kesedihan datang menghampiri, sikap dan respon kita didalam menanggapinya menjadi sesuatu yang penting. Kesedihan yang disikapi dengan salah akhirnya menjadi sesuatu yang dapat merugikan diri kita sendiri. Musuh seringkali menggunakan masa kesedihan ini sebagai kesempatan untuk menindas dan menyerang orang percaya untuk melemahkan dan menghancurkannya.
Jika kita perhatikan, kata “berdukacita” (Yun. Pentheo) dalam ayat di atas mengandung arti orang-orang yang sedang berduka dan bersedih hati secara mendalam. Ada nuansa berkabung yang sangat besar di dalamnya karena ketidakberdayaan dalam menghadapi keadaan yang terjadi. Dukacita disini tidak selalu diartikan dengan orang yang sedang mengalami kedukaaan akibat kehilangan seseorang yang dicintai atau sesuatu kerugian materi, namun bisa juga akibat yang lain seperti kegagalan dalam pekerjaan atau hidup, diperlakukan tidak adil, kesulitan hidup, problem dengan pasangan atau karena kebodohan yang dilakukan oleh diri sendiri dan lain-lain.
Daud pernah mengalami masa kesedihan yang cukup panjang akibat kesalahan yang pernah ia lakukan ketika ia berzinah dengan Batsyeba. Tuhan tidak lagi berbicara kepada Daud untuk sekian waktu lamanya sejak peristiwa itu. Dan bagi Daud masa keheningan tersebut adalah masa yang paling kering dan menyedihkan di dalam kehidupannya. Bayangkan, Tuhan tidak mau lagi menyatakan apa-apa di dalam hidup Daud.
Apabila kita perhatikan kembali kepada kalimat “berbahagialah orang yang berduka…”, bukankah seolah-olah ada kalimat yang memiliki makna yang bertolak belakang? Orang yang sedang bersedih hati dikatakan bahwa mereka selayaknya berbahagia atas apa yang sedang mereka hadapi. Namun makna yang sebenarnya dari kalimat tersebut adalah, kesedihan atau dukacita yang disikapi dengan benar yaitu dengan melibatkan Tuhan di dalam menghadapinya, maka ada kebahagiaan di balik semua yang dialami.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Tuhan menyampaikan dengan tegas bahwa ada orang-orang yang sedang mengalami kesusahan dan kesedihan di hatinya yang akan Tuhan gantikan dengan sukacita. Luar biasa bukan? Banyak hal yang memang menjadi penyebab mengapa seseorang mengalami kesedihan di hatinya, seperti yang telah diuraikan di atas. Namun, Tuhan juga tidak dengan serta merta menggantikan rasa duka dengan sukacita begitu saja, semua akan Ia lakukan dengan melibatkan kita bersama-sama terlebih dahulu di dalamnya.
Tidak semua rasa sedih atau dukacita di hati ini baik bagi kita orang percaya. Karena pada dasarnya, rasa duka itu berawal dari dosa yang dilakukan Adam dan Hawa di masa lalu. Namun ketika kita memahami makna dukacita dalam pengertian “Pentheo”, maka kita akan memahami bahwa ada dukacita yang memang perlu dimiliki oleh orang-orang percaya untuk menghadirkan sukacita yang luar biasa dari Tuhan.
Beberapa makna kesedihan yang Tuhan akan gantikan dengan sukacita yang akan menuju kepada kemenangan yang gilang gemilang adalah:
(1). Kesedihan akibat suatu sebab yang tidak terhindarkan
Mat. 5:4 Berbahagialah orang yang berdukacita (Yun. Pentheo), karena mereka akan dihibur.
Orang-orang yang mengalami kesedihan ini adalah mereka yang mengalaminya akibat suatu sebab yang mendahuluinya, baik itu akibat kesalahan yang dilakukan sebelumnya maupun akibat suatu peristiwa seperti kehilangan orang yang kita kasihi atau pemutusan hubungan kerja, dan lain-lain. Reaksi atas kesedihan yang terjadi jenis ini tentunya beragam. Ada orang-orang yang lebih memilih untuk membenamkan diri dan larut alam berbagai kedukaaan, yang akhirnya berujung kepada kehilangan tujuan hidup.
Namun juga ada orang-orang memilih untuk datang dan berharap kepada Tuhan dengan satu keyakinan bahwa Tuhan mampu menolongnya di tengah kedukaaan yang dirasakannya. Orang-orang seperti ini biasanya siap dengan berbagai nasihat dan arahan yang Tuhan sediakan melalui hamba-hamba-Nya, meskipun mungkin tidak mudah. Mereka inilah yang akhirnya cepat menyadari bahwa ada rencana Tuhan di balik semua yang dialami. Bahkan problema yang dialami justru menjadi sebuah batu loncatan bagi dirinya untuk melompat jauh ke level yang lebih tinggi.
(2). Kesedihan atau dukacita ketika melihat berbagai kejahatan dan penderitaan yang dilakukan/dialami sesama
Mat. 5:4 Berbahagialah orang yang berdukac (Yun. Pentheo), karena mereka akan dihibur.
Kesedihan atau duka jenis ini tidak sama dengan semata-mata rasa iba, melainkan lebih kepada makna compassion atau belas kasihan yang timbul dari hati yang tulus, seperti yang diperlihatkan oleh Yesus kepada orang banyak yang mengikuti Dia (Mat. 14:14). Rasa sedih seperti inilah yang menuntun seseorang kepada sebuah langkah untuk mengatasinya, baik melalui doa-doa yang dinaikkan maupun tindakan nyata.
Orang-orang yang tidak memiliki kesedihan dalam bentuk belas kasihan ini tidak akan pernah mengalami penghiburan dalam bentuk kepuasan, kelegaan atau sukacita ketika melihat suatu perubahan terjadi atas diri seseorang atau atas suatu keadaan yang diubahkan Tuhan. Yehezkiel adalah seorang nabi yang memiliki beban atas segala sesuatu yang terjadi negerinya. Ia menyerukan kepada orang-orang untuk mau “membangun tembok” untuk membela bangsanya agar tidak dimusnahkan. Bagaimana dengan kita?
Mari jemaat Tuhan, tidak semua dukacita atau kesedihan merupakan sesuatu yang buruk, bahkan kadang hal itu perlu kita alami dengan tujuan untuk menempa diri kita menjadi orang-orang yang kuat di dalam hidup ini. Melalui duka yang diresponi dengan benar, barulah kita dapat bersyukur betapa dahsyat Tuhan yang kita miliki dan betapa luar biasa rencana-Nya bagi setiap kita.
Tuhan Yesus memberkati!