KERINDUAN SEORANG MEMPELAI
Kidung Agung 3:1-4 (1) Di atas ranjangku pada malam hari kucari jantung hatiku. Kucari, tetapi tak kutemui dia.
Pernahkah Anda merindukan seseorang yang sangat Anda kasihi? Entah itu suami atau isteri, anak, sahabat, ataupun kekasih. Apa yang orang biasa lakukan ketika rasa rindu itu terasa begitu kuat? Tentu ingin segera bertemu atau minimal mendengar suaranya, bukan? Beruntung kita berada di zaman yang memberikan banyak kemudahan untuk berkomunikasi. Kita dapat dengan mudah menghubungi orang yang dikasihi, baik menggunakan telpon, pesan singkat atau bahkan video call untuk mengobati rasa rindu.
Hasrat seperti inilah yang dialami oleh gadis Sulam terhadap kekasihnya. Tekanan batin dan rindu yang dialami oleh gadis Sulam ini digambarkan seperti rasa haus, gundah gulana, dan gelisah ketika menyadari keberadaan kekasihnya yang jauh dari dirinya yang entah sedang berada di mana saat itu. Kerinduan yang begitu dalam ini tidak bisa terobati hanya dengan mengingat kembali kenangan, atau sekedar melihat kembali barang-barang kenangan bersama. Hal yang dibutuhkan adalah ingin bertemu langsung dengan sang kekasih.
Perikop ini dimulai dengan gadis Sulam seorang diri dalam kamarnya. Wanita ini sangat ingin berjumpa dengan orang yang dia cintai. Maka dia meninggalkan kenyamanan rumahnya dan keluar berkeliling menyusuri jalan di kota di malam hari untuk menemukan kekasihnya. Namun jalan-jalan kota di malam hari bukanlah tempat yang aman, terutama bagi seorang wanita. Dia bersedia mempertaruhkan keselamatannya demi untuk menemukan cintanya, dan dia tidak akan berhenti sampai dia mendapatkannya. Ketika menemukan kekasihnya, dia memeluk dengan segala kerinduan dan kemudian membawanya ke rumah ibunya. Kerinduanya adalah agar kekasihnya bersatu dengannya.
Kidung Agung melambangkan kasih antara Kristus dan Gereja-Nya. Yesus mengungkapkan diri-Nya sebagai mempelai laki-laki (Mat. 9:15), juga Yohanes Pembaptis menyebut Yesus sebagai mempelai laki-laki (Yoh. 3:29).
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Melalui pesan-Nya ini Tuhan kembali mengingatkan kita sebagai orang percaya, bahwa status kita saat ini adalah seharusnya calon mempelai yang sedang menantikan kedatangan sang mempelai pria. Kondisi wajar pihak yang sedang menantikan mempelai yang akan segera datang adalah menanti dengan kerinduan dan menjalin kedekatan hubungan. Kerinduan, karena sang mempelai pasti akan menepati janji kedatangan-Nya. Kedekatan hubungan, karena seharusnya inilah saat dimana jalinan cinta kasih dan kedewasaan sedang dibangun dengan baik antar kedua calon mempelai.
Beberapa prinsip tentang kerinduan yang perlu kita pahamir berkaitan dengan pesan Tuhan ini, di antaranya adalah:
(1). Kerinduan adalah berbicara tentang jalinan kedekatan hubungan dengan pribadi yang kita cintai
Kid. 3:1 Di atas ranjangku pada malam hari kucari jantung hatiku. Kucari, tetapi tak kutemui dia.
Jalinan cinta adalah tema utama kitab Kidung Agung ini. Wujud cinta itu diekspresikan dengan hubungan yang akrab di antara sesama calon mempelai. Dimana masing-masing pihak saling mengutarakan kekaguman dan kerinduan satu sama lain. Nyanyian ini dengan jelas menunjukkan bahwa perkawinan antar kedua mempelai kelak adalah bagian dari rencana Tuhan. Sebagaimana Tuhan menciptakan seorang pria dan seorang wanita untuk saling mengasihi dengan seluruh keberadaannya. Pelajaran tentang keterhubungan kedua belah pihak di dalam kitab ini sangat jelas. Kita perlu sungguh menaruh perhatian kepada sang calon mempelai dan mengambil waktu untuk makin mengenal sifat-Nya, kehendak, dan rencana-Nya.
Tahukah kita bahwa tujuan hidup orang percaya adalah mengejar dan hidup dalam hubungan yang intim dengan Tuhan? Keselamatan adalah tentang penyelamatan kita dari hukuman mati karena dosa, tetapi keintiman adalah hal tentang menentukan hidup kita selanjutnya bersama-Nya. Menjalin keintiman dengan Tuhan tidak terjadi begitu saja, tanpa melakukan suatu upaya. Ada waktu dan kesungguhan hati yang harus terlibat di dalamnya. Namun sayangnya, tidak banyak orang percaya yang mau mengambil waktu yang dibutuhkan untuk membangun hal tersebut. Seringkali orang percaya terlalu egois. Mereka hanya ingin mendapat hal-hal yang baik dari Tuhan, namun membatasi diri untuk mengenal pribadi Tuhan dengan lebih dekat. Bagaimana dengan kita?
(2). Kerinduan adalah berbicara tentang langkah/tindakan yang tidak bisa dibatasi dan dihalangi apapun
Kid. 3:2 Aku hendak bangun dan berkeliling di kota; di jalan-jalan dan di lapangan-lapangan kucari dia, jantung hatiku. Kucari, tetapi tak kutemui dia.
Kerinduan memang berkaitan dengan pribadi, yaitu berbicara tentang siapa pribadi yang terutama dan yang kita cintai dalam hidup kita. Semakin kita mencintai pribadi tersebut, semakin kita merindukannya. Jikalau Tuhan yang terutama dalam hidup kita, maka sepatutnya kita pun merindukan Dia. Dan apabila kita sebagai kekasih sungguh merindukan-Nya, maka kita pun pasti akan bertindak, yaitu mendekat untuk mendapatkannya guna melepas kerinduan kita. Gadis Sulam tidak dapat berdiam diri dengan hanya duduk diam sambil mengungkapkan kerinduannya melalui kata-katanya saja, melainkan ia berangkat pergi untuk mendapatkan sang kekasih.
Apa yang tersimpan di dalam hati (cinta yang membara) harus termanifestasi. Sang gadis memutuskan mencari kekasihnya dengan keluar dari kenyamanan dan berkeliling kota, bertanya-tanya kepada orang-orang untuk mencari dia yang ia kasihi. Kerinduannya dibuktikan dengan suatu tindakan nyata seberat dan sesulit apapun keadaan yang terjadi malam itu. Dan apa yang terjadi selanjutnya, ia akhirnya mendapatkan kekasihnya tersebut.
Mari jemaat Tuhan, ada perbedaan nyata antara orang yang sekedar rindu dengan orang yang sungguh-sungguh rindu. Melalui pesan-Nya ini, Tuhan hendak mengatakan bahwa apabila kita dikatakan mempelai wanita, maka hubungan yang kita jalin dengan sang calon Mempelai pria tentu berbeda dibandingkan dengan mereka yang hanya sekedar tahu. Selamat menjalin keintiman lebih lagi.
Tuhan Yesus memberkati!