Keluaran 3:10-11 (11) Tetapi Musa berkata kepada Allah: “Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?”
Setiap orang percaya memiliki panggilan dan misi dari Tuhan. Kita ditebus melalui kematian Yesus di kayu salib bukan sekedar untuk diselamatkan semata-mata, melainkan untuk suatu tujuan, yaitu melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Tuhan sudah rancangkan bagi setiap kita. Ada panggilan umum dan ada panggilan khusus. Alkitab mencatat ada banyak tokoh-tokoh yang dipanggil Tuhan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang luar biasa, yang mereka sendiri tidak menyadari sebelumnya akan tugas dan panggilan tersebut.
Musa adalah seorang yang mendapatkan panggilan khusus dari Tuhan. Sejak dari dalam kandungan ibunya, Tuhan sudah mengenalnya dan merancangkan perkara-perkara besar yang suatu hari kelak akan dijalaninya. Ketika tiba masanya, Musa menunjukkan beberapa respons kepada Tuhan. Bagaimana cara Musa meresponinya? Musa merasa dirinya tidak sanggup menanggapi panggilan Tuhan tersebut. Ia memandang dirinya terlalu kecil. Keengganan Musa menanggapi perintah Tuhan sebetulnya muncul karena ia lebih melihat kepada keadaan dirinya sendiri (Kel. 3:11). Siapapun akan merasa tidak sanggup apabila ia hanya berfokus kepada dirinya sendiri semata-mata. Apalagi ketika Musa mengetahui bahwa Firaunlah yang harus ia datangi, maka ciutlah hatinya.
Keengganan Musa menanggapi perintah Tuhan juga semakin bertambah ketika ia membayangkan apa yang akan dikatakan orang lain tentang dirinya. Apakah orang-orang akan memercayai dirinya? Atau, apakah orang-orang akan mendengarkan perkataannya? (Kel. 4:1). Banyak ketakutan dibayang-bayangkan Musa bahkan sebelum ia melakukan apapun karena Ia takut ditolak.
Bukankah seringkali, disadari atau tidak, kita juga berbuat hal yang sama ketika berhadapan dengan panggilan atau suatu perintah Tuhan? Mungkin tugas yang Tuhan perintahkan tidak sebesar membebaskan sebuah bangsa dari perbudakan Mesir seperti Musa terima, namun sadarilah, ada begitu banyak tugas “pembebasan” yang sebetulnya harus kita lakukan di lingkungan terdekat kita sendiri. Problem keluarga, konflik pasangan suami-isteri, konflik orang tua-anak, berbagai keterikatan, kemalasan melakukan sesuatu bagi Tuhan, problem penundukkan, kepahitan hati, dan lain-lain. Banyak orang percaya yang belum apa-apa sudah merasa enggan dan merasa diri terlalu kecil untuk melakukan sesuatu atasnya. Dan akibatnya, tugas pembebasan yang seharusnya dilakukan menjadi terabaikan dan akhirnya tidak terjadi apa-apa.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Ada berbagai kesempatan emas yang Tuhan telah sediakan bagi kita. Ada fase-fase baru yang sedianya mau Tuhan percayakan untuk kita masuki. Namun kesempatan itu bisa hilang ketika banyak orang percaya terlalu enggan bergerak melakukan sesuatu dengan berbagai alasan. Bersikap sama seperti Musa pada waktu awal Tuhan memanggilnya. Akibatnya, hidup yang kita jalani adalah hidup yang selalu sama, berikut segala permasalahannya, juga selalu sama tahun demi tahun.
Sikap apa yang harus kita ambil untuk mengalami suatu perubahan bahkan kemenangan dan kemerdekaan yang luar biasa seperti yang dialami Musa? Beberapa di antaranya adalah:
(1). Mulailah berfokus pada kekuatan dan penyertaan Tuhan.
Kel. 3:12 Lalu firman-Nya: “Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau: apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir,…
Tuhan sempat marah kepada Musa, karena semua alasan Musa hanyalah pembenaran dirinya semata. Musa merasa dirinya kecil, tidak pandai bicara, akan ditolak perkataannya, lalu menyuruh Tuhan memilih orang lain saja, dan lain-lain. Musa enggan melakukannya dengan berbagai alasan yang tidak tepat. Bayangkan, di hadapan Tuhan yang menampakkan diri-Nya di hadapannya, Musa meragukan kuasa Tuhan. Ia tidak menyadari bahwa Tuhan yang memerintahkan dirinya adalah Tuhan yang tahu persis siapa diri Musa yang sesungguhnya.
Tuhan sudah mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan Musa. Apabila ia tidak pandai bicara, maka Tuhan sudah menyediakan seseorang sebagai penyambung lidahnya, kata-kata yang akan disampaikan, hingga tongkat sebagai alat manifestasi kuasa Tuhan. Semua sudah dipersiapkan, bahkan sebelum Tuhan bertemu dengan Musa. Ini yang dikatakan hidup yang berpusat pada Tuhan dan Dia sendiri yang akan menyediakan apa yang kita butuhkan untuk menyelesaikan panggilan-Nya dalam hidup kita. Hal yang dibutuhkan Musa hanyalah percaya dan taat.
(2). Mulai meng-upgrade diri kita kembali ke standar-Nya Tuhan.
Kel. 4:20 Kemudian Musa mengajak isteri dan anak-anaknya lelaki, lalu menaikkan mereka ke atas keledai dan ia kembali ke tanah Mesir; dan tongkat Allah itu dipegangnya di tangannya.
Perkataan “tongkat Allah” yang dipegang Musa di tangannya mungkin terdengar biasa di telinga kita, karena kita sudah terbiasa mendengar hal-hal milik kepunyaan Tuhan. Namun, apabila kita jeli memperhatikannya, sejak kapan Tuhan memberikan tongkat-Nya kepada Musa? Tidakkah kita terusik untuk mengetahui bagaimana mungkin ada “tongkat Allah” di tangan Musa? Ternyata, itu adalah tongkat kayu biasa yang dari sejak sebelumnya sering digunakan Musa dalam menggembalakan kambing domba mertuanya.
Tongkatnya adalah tongkat kayu tua yang sama, namun yang berubah adalah statusnya. Kalau sebelumnya tongkat tersebut disebut tongkat kayu Musa, maka sejak Tuhan meminjamnya untuk mendemonstrasikan kuasa-Nya di depan Musa, maka status tongkat tersebut berubah menjadi “tongkat Allah” atau disebut “ruling rod” (tongkat otoritas). Bukan tongkatnya yang berubah menjadi tongkat sakti, melainkan tongkat itu dipercayakan Tuhan kepada seseorang yang telah di-upgrade cara pandangnya dan di’upgrade pula kehidupannya, dari seorang biasa menjadi seorang yang siap melakukan perkara-perkara yang besar bersama Tuhan. Dari tidak terhubung, menjadi seorang yang senantiasa terhubung dengan Tuhan.
Mari jemaat Tuhan, persiapkan diri kita. Di Visi 2020 yang baru ini (Connected to God) Tuhan mengajak kita untuk meng-upgrade standar kerohanian kita kembali ke standar-Nya Tuhan. Tangkap dan hidupi itu. Selalu ada maksud Tuhan yang luar biasa bagi kita di balik semuanya ini.
Tuhan Yesus memberkati!