JANGAN MENJADI KENDOR
Roma 12:11 Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.
SuratRoma merupakan salah satu dari kumpulan surat-surat yang ditulis rasul Paulus yang ada di PB. Terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama, pasal 1-8, berisi tentang penjelasan manusia yang berdosa di hadapan Allah. Bahwa kita semua telah berdosa. Tidak ada yang benar. seorangpun tidak. Kasih dan kemurahan Tuhan yang telah menyediakan suatu penebusan untuk menghapus semua dosa-dosa kita. Dan bahwa kita hanya dapat hidup oleh iman kepada Yesus Kristus.
Bagian kedua, pasal 9-11, membahas tentang ketidakpercayaan orang Israel dan berkata bahwa pada hari kedatangan Kristus, orang-orang Israel akan bertobat dan diselamatkan. Bagian ketiga, yaitu pasal 12-16, menekankan bagaimana menghidupi kehidupan yang telah dilahirbarukan, diselamatkan oleh iman di dalam Kristus. Nah, ayat di pasal 12 ayat 11 ini berada di bagian ketiga dengan judul perikop “Nasihat untuk hidup dalam kasih.”
Hidup mengasihi adalah ciri khas umat Tuhan atau orang percaya dalam Kristus. Perintah Allah yang utama adalah saling mengasihi, bukan semata-mata untuk menegaskan bahwa manusia itu adalah mahkluk sosial, tetapi karena kita punya Tuhan yang adalah kasih. Supaya dapat saling mengasihi secara baik dan benar, Tuhan meminta umat-Nya untuk senantiasa mendasarkan diri pada hubungan yang erat dengan diri-Nya.
Semua orang percaya dari anak-anak sampai orang tua dapat dengan mudah berbicara tentang kasih, meskipun seringkali tidak sedikit orang percaya menafsirkan makna kasih secara sempit. Bahwa kasih seringkali hanya diartikan tentang memberi suatu materi kepada orang lain, yang apabila tidak memberi dianggap tidak punya kasih. Tidak selalu harus diartikan yang satu meminta dan yang lain harus memberinya. Meskipun salah satu bentuk mengasihi itu adalah kerelaan untuk memberi, namun bicara kasih itu bukan hanya tentang memberi materi saja.
Lewat bagian “Nasihat hidup dalam kasih,” kita akan belajar dari firman Tuhan tentang bagaimana caranya orang percaya hidup dalam kasih. Banyak hal yang diajarkan tentang makna memeraktekkan kasih itu. Beberapa di antaranya dapat kita temukan di ayat 9-21, misalnya: hidup dengan tidak berpura-pura, mendahului dalam memberi hormat, memberi tumpangan, bersukacita dengan orang yang bersukacita, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tidak menganggap diri pandai dan hidup dalam perdamaian dengan semua orang, dan tidak boleh kendor dalam mengiring dan melayani Tuhan. Hidup dalam kasih itu ternyata tidak boleh kendor.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Bukti bahwa kita mengasihi Tuhan dan sesama harus ditunjukkan dengan sikap yang bernyala-nyala di dalam Tuhan atau semangat yang tidak menjadi kendor. Nah, pesan Tuhan bagi kita di minggu ini sebetulnya merupakan sebuah teguran dimana Tuhan melihat ada orang-orang yang mulai mengendorkan semangat pengiringannya pada Tuhan.
Kata ‘kendor’ atau ‘okneros’ dalam bahasa aslinya adalah lamban, malas, atau melambatkan kecepatan sehingga tertinggal. Ibarat dalam lomba lari jarak jauh, ada dua pelari yang memiliki kecepatan lari yang sama, sepertinya dua-duanya memiliki kesempatan yang sama untuk masuk garis finish bersamaan. Namun menjelang lap terakhir pelari yang satu mulai terengah-engah dan mengendorkan kecepatan berlarinya. Alhasil, pelari yang satunya terus melaju hingga masuk ke garis finish.
Contoh ini cukup untuk menjelaskan makna ‘okneros’ atau kendor ini. Orang yang membiarkan okneros atau kekendoran ini akan terus berada di dalam posisi sulit untuk menyelesaikan perlombaan dengan baik, memikul tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya, dan juga sulit mengatasi berbagai tantangan kehidupan yang dihadapi. Sedangkan kita tahu bahwa setiap orang percaya otomatis berada di tengah-tengah perlombaan yang diwajibkan disamping menghadapi berbagai tantangan dalam hidup.
Satu dari beberapa hal yang perlu kita miliki berkaitan dengan pesan Tuhan ini, adalah:
Lakukan segala sesuatu dengan kasih karena sadar bahwa kita ada karena Tuhan telah mengasihi kita
Roma 12:9 Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.
Apabila kita menyadari saat ini, bahwa kita ada sebagai orang-orang percaya di dalam Kristus adalah karena kasih Tuhan yang luar biasa atas kita, sehingga Ia rela mati di kayu salib demi untuk menyelamatkan kita dari belenggu dosa. Kita adalah hasil perbuatan kasih Tuhan yang luar biasa kepada kita. Hal yang sama, Tuhan mau kita saat ini sebagai orang-orang percaya, melakukan segala sesuatu atas dasar kasih kita kepada-Nya. Karena segala sesuatu yang dilakukan atas dasar kasih akan membuahkan hasil yang berbeda.
Dengan kasih kita kepada Tuhan maka kita bisa melayani dengan passionate. Roh yang menyala-nyala di Alkitab dijelaskan sebagai suatu keinginan yang membara, keinginan yang sangat kuat, keinginan yang sungguh-sungguh, semangat yang berkobar-kobar atau antusiasme untuk menyenangkan Tuhan, untuk melakukan kehendak Tuhan, dan untuk memuliakan Tuhan dengan cara apapun juga.
Istilah dalam bahasa Inggris yang sering dipakai untuk menyebutkan perbuatan seseorang yang disertai gairah dan rasa kasih kepada pribadi yang dicintai adalah passion. Dalam perjalanan mengejar kehendak dan rencana-Nya, Tuhan tidak mau passion atau antusiasme kita menjadi kendor, karena hasil seperti apa yang akan dicapai apabila dilakukan dengan nyala api yang redup.
Apabila kita sendiri tidak menghendaki memiliki pasangan yang melakukan segala sesuatu terhadap diri kita tanpa disertai rasa cinta, demikian halnya juga dengan Tuhan. Bayangkan, sekiranya kita berkata saat ini kepada Tuhan, “Tuhan, aku tidak lagi mengasihimu seperti dulu. Tetapi aku masih akan tetap datang ke gereja. Aku masih akan tetap melayani-Mu. Aku masih akan tetap bersaksi untuk-Mu. Aku hanya tidak terlalu mengasihi-Mu lagi.” Apa kira-kira yang akan Tuhan rasakan dengan sikap kita yang demikian?
Ternyata Tuhan pernah menyatakan reaksi-Nya terhadap jemaat Efesus yang terlihat seperti giat melayani Tuhan, namun sudah tidak lagi disertai dengan kasih yang mula-mula. Ia dikatakan mencela jemaat Efesus atas kasih semula yang telah mereka tinggalkan. Tuhan mengatakan bahwa betapa dalamnya mereka telah jatuh. Dibutuhkan pertobatan yang sungguh-sungguh dan tekad untuk melakukan lagi apa yang semula mereka lakukan (Wah. 2:4-5).
Mari jemaat Tuhan, kita tidak bisa membohongi Tuhan dengan berpura-pura semangat melayani-Nya seolah-olah tidak ada yang berbeda dengan kadar kasih kita kepada-Nya. Mungkin kita tidak menyadarinya, namun Tuhan lebih dahulu merasakan betapa getaran gairah cinta mula-mula kita yang dahulu pernah Ia alami saat ini sudah kurang dirasakan-Nya lagi. Namun bersyukur, kita memiliki Tuhan yang tidak segan-segan mengingatkan “kekasih-kekasih-Nya” bahwa ada getaran cinta yang telah mengendor. Tuhan tidak mau kita menjadi jatuh. Mari, kobarkan kembali api semangat kita dengan kembali menangkap tujuan semula Tuhan memilih kita dan rencana besar-Nya atas kita.Tuhan Yesus memberkati!