JANGAN MEMBUAT TUHAN MENJADI LEBIH KECIL DARI RASA TAKUT KITA (Our God should be bigger than our fears)
Mazmur 56:1-2 (1) Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Merpati di pohon-pohon tarbantin yang jauh. Miktam dari Daud, ketika orang Filistin menangkap dia di Gat. (2) Kasihanilah aku, ya Allah, sebab orang-orang menginjak-injak aku, sepanjang hari orang memerangi dan mengimpit aku!
Mazmur ini adalah suatu refleksi atas pengalaman Daud ketika ia ditangkap oleh orang Filistin (1 Samuel 21:10-15). Waktu itu Daud berada dalam posisi terjepit. Karena setelah lepas dari kejaran Saul, ia ditangkap oleh pegawai-pegawai Akhis, raja kota Gat, musuh orang Israel. Situasi yang Daud alami ini sempat membuat ia berada dalam rasa takut yang cukup besar. Bayangkan sebelumnya Saul yang sangat serius sekali mengejar-ngejar Daud untuk membunuhnya hampir mendapatkannya, kini ia ditangkap oleh orang Filistin.
Entah apa yang ada di pikiran Daud, ia memutuskan untuk berlaku seperti orang yang sakit ingatan di depan mata mereka dan berbuat pura-pura gila di dekat mereka; ia menggores-gores pintu gerbang dan membiarkan ludahnya meleleh ke janggutnya. Ia berharap agar orang-orang Filistin itu tidak mengenalinya, namun salah satu pegawai raja Akhis mengenalinya.
Memang, rasa takut yang dialami seseorang dapat membuat orang tersebut melakukan tindakan-tindakan yang aneh. Seperti yang dilakukan oleh Daud, ia berpura-pura menjadi orang yang mengalami gangguan jiwa. Ini menggambarkan bahwa betapa situasi yang dihadapi Daud adalah situasi yang tidak mudah sama sekali. Rasa takut yang ia alami telah memaksa dirinya mengambil langkah tersebut.
Setiap manusia, termasuk orang percaya, jujur kata sering berurusan dengan yang namanya rasa takut. Kadang rasa takut itu bisa terjadi setiap hari, tergantung situasi apa yang sedang dihadapinya. Misalnya, rasa takut akan sesuatu yang sedang terjadi, adanya suatu ancaman tertentu, kekuatiran akan ketidakjelasan akan hari depan. Hal-hal ini akan dapat membuat seseorang mengalami rasa takut hari lepas hari. Dan rasa takut tersebut dapat melumpuhkan hidup seseorang apabila orang tersebut menyerah begitu saja.
Menurut ilmu psikologi, memang rasa takut dalam level yang wajar yang ada pada diri seorang manusia itu perlu karena memiliki fungsi untuk memeringatkan dirinya akan datangnya suatu ancaman. Namun apabila seseorang dikuasai rasa takut yang melebihi level wajar bahkan mulai melebihi iman yang ada pada orang tersebut ini yang tidak boleh. Dalam keadaan yang seperti ini maka iblislah yang akan menang. Ingat, bahwa iblis adalah pribadi penyebar ketakutan. Ketakutan adalah suatu roh yang bukan berasal dari Tuhan (2 Timotius 1:7).
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan mengatakan bahwa ada rasa takut menguasai tidak sedikit hati anak-anak Tuhan. Tentu rasa takut yang dimaksud bukan rasa takut “level wajar” yang memang ada di setiap diri manusia. Namun level takut yang melebihi di atasnya. Itulah sebabnya Tuhan menegaskan, bahwa jangan sampai Ia menjadi lebih kecil dibandingkan dengan rasa takut yang anak-anak Tuhan alami.
Rasa takut yang dialami masing-masing pribadi tentu berbeda-beda. Ada yang disebabkan oleh masalah finansial, pekerjaan, kekuatiran akan masa depan, hal pasangan hidup, hubungan keluarga, keluhan sakit penyakit dan lain sebagainya. Dengan membiarkan adanya rasa takut yang menguasai hati saja sudah merupakan bukti bahwa Tuhan dibiarkan menjadi kecil. Seolah-olah Tuhan tidak berkuasa untuk melakukan apa-apa atas apa yang sedang dirasakan itu.
Rasa takut memang dapat menyebabkan “ukuran Tuhan” menjadi mengecil. Sehingga perkataan-Nya, janji-Nya, kuasa-Nya akan dianggap seolah-olah tidak berarti apa-apa. Artinya, sementara firman Tuhan disampaikan, di saat yang sama orang yang mendengarkan firman masih tetap membiarkan kekuatiran menguasai. Rasa takut juga akan membuat “ukuran” pendapat manusia menjadi lebih besar, dibandingkan pendapat Tuhan. Rasa takut cenderung akan membuat seseorang mengambil keputusan yang mudah dan nyaman buat dirinya sendiri, daripada mengambil keputusan yang benar. Seperti contohnya Daud. Di tengah situasi yang ia hadapi, tiba-tiba ia memutuskan untuk menjadi pura-pura gila saja. Artinya, rasa takut yang dibiarkan tanpa dikendalikan akan membuat banyak keputusan-keputusan yang salah dilahirkan.
Apa yang harus dilakukan agar rasa takut tidak menguasai kita, sehingga Tuhan tidak dibuat menjadi lebih kecil dibandingkan oleh rasa takut kita? Beberapa prinsip yang harus kita pahami, di antaranya adalah:
(1). Atasi rasa takut dengan menyadari bahwa Tuhan kita lebih besar dari apapun yang kita takutkan
Mazmur 56:4 Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu;
Awalnya Daud berpikir bahwa berpura-pura gila adalah solusi yang tepat di tengah rasa takutnya agar ia tidak dikenali, namun ternyata hal itu bukanlah ide yang baik. Ia kembali diingatkan bahwa apapun yang ia hadapi, ia tetap harus mengandalkan Tuhan dan kuasa-Nya. Tinggal di dalam ketakutan bukanlah ranah kita sebagai orang percaya. Itu hanya akan membuat kita semakin terpuruk. Kita perlu keluar dari sana dengan cara belajar percaya kepada Tuhan (learn to put our trust in Him), karena hidup dalam iman kepada Tuhan Yesus adalah habibat orang percaya. Kita harus bisa mengubah “rasa takut terhadap suatu situasi” menjadi “takut akan Tuhan.” Bagaimana caranya?udah mengatakannya. Kita tidak bisa sekedar berkata kepada orang-orang: “Sudah, jangan takut lagi pada keadaanmu.”
“Rasa takut terhadap suatu situasi” adalah sebuah “rasa kagum dan hormat” yang salah yang semestinya kita berikan kepada Tuhan. Pahami prinsip ini: “Rasa kagum dan hormat” terhadap sesuatu akan membuat seseorang akan memfokuskan pandangannya dan memberikan sikap penundukannya terhadap sesuatu yang ia kagumi dan hormati tersebut. Apa jadinya apabila “rasa kagum dan hormat” itu, tanpa disadari oleh orang percaya diberikan kepada masalah yang ia hadapi? Maka hasilnya adalah ketakutan.
Sebaliknya, apabila “rasa kagum dan hormat” itu kita berikan kepada Tuhan kita, maka akan membawa kita untuk memercayai perkataan Tuhan kita, menghormati kehadiran-Nya, dan bersedia berjalan dalam tuntunan-Nya. Dan “rasa kagum dan hormat” ini pula akan membawa kita kepada penyembahan yang benar kepada Tuhan, pemujaan kepada pribadi yang tepat dan rasa syukur yang sejati kepada Tuhan. Dan semua ini yang akan membuat kita tidak akan pernah takut lagi akan sesuatu yang tadinya menghantui, karena kita percaya Tuhan kita yang dahsyat akan membela kita.
(2). Atasi rasa takut dengan memercayai Tuhan setiap waktu
Mazmur 56:4 Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu;
Tidak mudah memang menantikan janji Tuhan yang sudah sekian tahun lamanya belum juga mengalami penggenapan. Daud pernah mengalami masa-masa dimana ia sempat ragu di dalam penantian akan penggenapan janji Tuhan. Ketika pertama kali nabi Samuel mengurapinya dengan minyak sambil menyatakan bahwa dialah yang akan menjadi raja kelak bagi bangsa Israel. Waktu berjalan sekian belas tahun lamanya, yang terjadi hanyalah pengejaran demi pengejaran Saul terhadap dirinya. Bayangkan, disaat sedang menantikan janji Tuhan digenapi, nyawa dapat menjadi hilang sewaktu-waktu. Wajar sekali apabila Daud merasakan datangnya rasa takut.
Namun lewat mazmur yang ditulisnya, terlihat respon Daud yang luar biasa. Bisa saja Daud marah dan kecewa lalu memilih untuk menjadi biasa-biasa dengan Tuhan dan janji-Nya. Namun ia memilih untuk menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan. Daud tidak membiarkan sedikitpun takut dan ragu melintas di hati dan pikirannya. Ketika takut, dia langsung datang kepada Tuhan. Ketika kuatir, dia merenungkan janji-janji Tuhan.
Hal yang sama pula yang Tuhan mau kita lakukan disaat ketakutan dan keraguan akan penggenapan janji Tuhan datang menghinggapi kita. Hendaknya kita menguatkan kepercayaan kita dengan selalu dekat dan bersekutu kepada-Nya. Artinya, kita perlu berusaha dan memotivasi diri kita untuk selalu memercayai Tuhan. Jangan selalu menunggu orang lain untuk membuat kita percaya kepada Tuhan, namun diri kitalah yang perlu kita pacu sendiri setiap hari untuk tetap percaya Tuhan.
Mari jemaat Tuhan, ketika ada rasa takut akan sesuatu dirasakan, datanglah pada Tuhan. Akui dan katakan kepada Tuhan apa yang sedang dirasakan. Hormati firman-Nya. Jangan mengelak dan menepis diri dengan mengatakan bahwa “aku tidak apa-apa,” atau “aku baik-baik saja.” Daud datang kepada Tuhan dan mengakui rasa takut yang ada padanya dan mulai membangun serta menaruh kepercayaannya kepada Tuhan.
Tuhan Yesus memberkati!