JANGAN BERHENTI BERLARI!
Ayub 14:7-10 (7) Karena bagi pohon masih ada harapan: apabila ditebang, ia bertunas kembali, dan tunasnya tidak berhenti tumbuh.
Kita telah sering mendengar bahwa perjalanan pengiringan kita sama Tuhan itu bagaikan seorang pelari yang sedang menjalani perlombaan. Kita juga telah sering mendengar pula, bahwa kita harus melupakan apa yang telah di belakang dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapan kita, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah. Setiap kita sudah paham tentang hal itu.
Kalau sampai pesan “Jangan berhenti berlari” ini disampaikan Tuhan kepada kita, ini merupakan sebuah teguran bahwa mungkin didapati ada umat-umat Tuhan yang mulai atau sudah menghentikan langkah kakinya dari perlombaan yang diwajibkan. Ingat, selama kita masih hidup di dunia seperti saat ini, perlombaan dalam mengiring Tuhan belum usai. Jangan pernah berhenti! Namun yang seringkali terjadi adalah, tidak sedikit orang percaya yang merasa dirinya seperti sedang berlari atau bergerak maju, tetapi pada kenyataannya sudah tidak.
Bergerak melakukan banyak aktifitas belum langsung dapat dikatakan bahwa seseorang pasti sedang berada di tengah perlombaan yang diwajibkan. Barangkali ia sedang berlari di atas sebuah “mesin treadmill.” Bergerak mengeluarkan energi, namun tidak ada progress atau kemajuan apa-apa yang menguntungkan Kerajaan Sorga. Kalau kita saat ini masih berada di dunia, artinya kita sedang dipercayakan untuk menjadi perwakilan Sorga di bumi atau yang disebut sebagai duta Kerajaan Sorga. Membawa pengaruh Sorga di wilayah yang Tuhan percayakan.
Tuhan mau setiap kita orang percaya terlibat di dalam perlombaan dimana masing-masing pribadi menangkap tujuan Tuhan dalam hidupnya. Sebagai gambaran, ternyata tidak semua orang Israel yang sedang berjalan keluar dari Mesir menuju ke Tanah Perjanjian menangkap maksud Tuhan. Tidak sedikit dari mereka yang masih diliputi dengan kebingungan untuk tujuan apa mereka harus berlelah-lelah berjalan di padang gurun sekian waktu lamanya. Tidakkah lebih nyaman apabila mereka tetap tinggal di Mesir dengan segala kecukupan makanannya. Nah, mereka yang tidak memahami maksud Tuhan ini, akhirnya berjalan di tengah-tengah rombongan dengan lesu. Inilah yang seringkali menjadi sasaran empuk bangsa Amalek. Menyergap orang-orang lemah yang ada di barisan belakang.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Bahwa Tuhan mendapati adanya orang-orang percaya saat ini yang sebenarnya hampir bahkan sudah menghentikan langkahnya di tengah perlombaan. Tujuan dari pesan ini bukanlah untuk “menunjuk-nunjuk” atau memermalukan bahwa ada orang-orang yang sedang tidak berlari lagi di dalam mengiring Tuhan, bahkan sudah menghentikan larinya, namun Tuhan sedang mengingatkan bahwa: “Hei, perjalanan kita belum selesai, jangan berhenti dulu!”.
Mungkin ada masa dimana orang-orang percaya sedang mengalami kelelahan, namun jangan hentikan larinya. Tetaplah bergerak maju. Orang yang menghentikan larinya, meskipun untuk sementara waktu sekalipun, akan sulit untuk memulainya kembali. Mendorong mobil yang masih bergerak perlahan masih lebih mudah dibandingkan mendorong mobil yang sudah lama berhenti.
Apa yang harus dilakukan agar tidak menjadi orang-orang percaya yang “berhenti” di tengah jalan, namun memiliki semangat untuk terus maju di dalam Tuhan dan menyelesaikan pertandingan dengan baik?
Tetap menaruh kepercayaan kepada Tuhan (Membangun kedalaman bersama Tuhan).
Ayub 14:7-10
(7) Karena bagi pohon masih ada harapan: apabila ditebang, ia bertunas kembali, dan tunasnya tidak berhenti tumbuh.
(8) Apabila akarnya menjadi tua di dalam tanah, dan tunggulnya mati di dalam debu,
(9) maka bersemilah ia, setelah diciumnya air, dan dikeluarkannyalah ranting seperti semai.
(10) Tetapi bila manusia mati, maka tidak berdayalah ia, bila orang binasa, di manakah ia?
Ayub, di tengah masalahnya, merasa apa yang ia alami betul-betul seperti seorang manusia mati yang sudah selesai jalan hidupnya. Ia meminta Tuhan agar sudah tidak usah memedulikan hidupnya lagi. Ia merasa benar-benar sudah tidak ada yang bisa memulihkan keadaannya lagi. Apalagi ia merasa bahwa Tuhan telah sengaja membiarkan segala sesuatu telah menimpa dirinya. Hal apalagi yang Tuhan mau lakukan terhadap dirinya? Percuma. Tidak ada yang bisa diperbaiki lagi.
Ayub merasa hidupnya sudah berhenti. Beban masalahnya berat. Ia berfokus hanya terhadap apa yang telah menimpa dirinya. Ditambah pula belum adanya pengenalan akan Tuhan pada waktu itu.
Ayub membandingkan dirinya dengan pohon yang jauh lebih beruntung dibandingkan dengan dirinya. Pohon yang sudah ditebang saja, yang akarnya sudah tua dan tunggulnya mati, masih dapat bertunas kembali apabila “mencium” air. Ayub tidak menyadari, bahwa ketika ia membandingkan dirinya dengan pohon yang masih dapat bertunas, justru di situlah sebetulnya Tuhan sedang membukakan sesuatu kepada dirinya. Bukankah Tuhan seringkali menggambarkan diri orang percaya seperti pohon?
Tuhan katakan melalui kitab Ayub bahwa pohon saja masih dapat bertunas kembali dan tunasnya tidak berhenti tumbuh ketika menerima air dari sumbernya. Oleh karena itu kita harus mampu “mencium” dimana ada air kehidupan (Yohanes 7:37b-38). Artinya, Tuhan Yesus adalah air hidup, barangsiapa yang datang dan terhubung kepada-Nya maka akan terjadi pertumbuhan dan gairah untuk berlomba kembali. Oleh sebab itu, jangan puas hanya sekedar basah di dekat sumber air, tetapi terus mengejar kedalaman hingga mencapai sumber air.
Mari jemaat Tuhan, biarlah kita tetap berlari maju walaupun mungkin rintangan, masalah dan tekanan menghadang di depan kita. Dalam kondisi apapun, tetaplah miliki mentalitas yang benar tentang siapa kita dan siapa yang telah memilih kita dan selalu menyadari bahwa Kristus yang memilih kita merindukan setiap kita untuk mencapai garis akhir dengan baik. Selamat berlari!
Tuhan Yesus memberkati!