HATI YANG BERSYUKUR AKAN MENGUBAH PERILAKU KITA (Gratitude Will Change Our Attitude)
Efesus 5:20 Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita.
Ayat ini berada di dalam rangkaian perikop Efesus 5:15-21 di dalam versi NKJV memiliki sub judul “Walk In Wisdom,” dimana orang percaya harus menjadi orang percaya yang bijak, bukan orang percaya yang bebal. Orang percaya yang bijak akan mempergunakan waktunya dengan baik, tidak penuh dengan anggur dunia, melainkan penuh dengan Roh Kudus. Namun ada satu hal yang tidak boleh dilupakan, orang percaya yang bijak akan hidup dalam hati yang mengucap syukur.
Ada dua kata penekanan yang terdapat dalam ayat ini, yaitu “senantiasa” dan “segala sesuatu”. Kata “senantiasa” menunjuk kepada waktu, sedangkan kata “segala sesuatu” menunjuk kepada situasi dan kondisi. Dalam arti kata lain, orang percaya yang bijak akan mengucap syukur di segala waktu entah pagi hari, siang hari, maupun malam hari dan dalam segala keadaan. Entahkah itu dalam keadaan baik atau tidak baik, menguntungkan atau merugikan, menyenangkan ataupun menyedihkan.
Adalah mudah memang kita mengucap syukur di kala keadaan sedang dalam keadaan baik, sehat, aman dan berkecukupan di dalam banyak hal. Artinya, kita berterimakasih kepada Tuhan untuk hal-hal baik yang Ia berikan. Dalam arti kata lain, seolah-olah mengucap syukur adalah “balasan” atas apa yang diberikan Tuhan bagi kita. Namun ketika ada perintah untuk mengucap syukur di dalam segala hal, artinya ketika keadaan baik maupun tidak baik, maka tanpa mengetahui makna yang sesungguhnya itupun diucapkan pula oleh orang percaya. Sehingga tidak jarang akhirnya perkataan mengucap syukur diucapkan oleh orang percaya hanya sebagai lip service semata-mata atau sekedar ucapan basa basi yang keluar dari mulut.
Akhirnya tidak sedikit orang percaya yang mengucap syukur hanya sebagai suatu keharusan saja, padahal sikap hatinya belumlah sikap hati yang mengucap syukur. Akibatnya, cara bertindak, cara berpikir, cara bersikap orang-orang seperti itu masih dilandasi oleh sikap-sikap hati yang salah. Yang Tuhan inginkan adalah miliki sikap hati yang bersyukur terlebih dahulu.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Di tengah berbagai situasi yang dihadapi oleh orang percaya, berkecamuk berbagai reaksi dan sikap. Mungkin ada kelelahan, keputusasaan, kekecewaan, kemarahan, dan lain-lain. Tuhan ingin kita belajar untuk berterimakasih. Tuhan mau kita menjalani hidup yang penuh dengan ucapan syukur dalam pengertian yang benar. Ucapan syukur yang sungguh lahir dari sikap hati yang benar.
Beberapa prinsip yang harus kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan ini agar kita memiliki sikap hati yang bersyukur, di antaranya adalah:
(1). Miliki pemahaman akan hati Tuhan (mengenal Tuhan lebih lagi melalui relasi yang kita jalin)
Efesus 5:20-21 (20) Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita (21) dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus.
Hidup ini tidak kurang diwarnai dengan apa yang namanya penderitaan, kemalangan, kerugian, kegagalan, dan berbagai hal lain yang serupa. Apakah mungkin ucapan terima kasih muncul dari dan dalam kondisi seperti ini?
Jawabannya adalah tergantung apakah kita dapat memahami hati Tuhan kita dengan benar atau tidak. Dua orang dapat mengalami kesedihan dan kemalangan yang sama, namun seorang dapat bersyukur kepada Tuhan di dalam kesedihan dan kemalangannya, sedangkan yang lainnya mengutuk dan menyatakan sikap kekecewaannya. Di mana masalahnya?
Masalahnya terletak pada pemahaman terhadap hati Tuhan itu. Memahami hati Tuhan dengan benar akan membuat kita dapat bersyukur sebab kita tahu bahwa la menyediakan sesuatu yang lebih indah bagi kita anak-anak-Nya dibalik “hal tidak enak” yang mungkin sedang kita alami. la melakukan sesuatu demi kebaikan kita yang sering kita salah pahami. Namun sebaliknya, apabila kita tidak dapat memahami hati-Nya maka kita akan melihat Tuhan sebagai pribadi yang kejam dan tidak peduli, bahkan mungkin mengecewakan.
(2). Miliki mindset yang benar bahwa kita adalah bagian dari Kerajaan Sorga
Efesus 5:17 Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.
Jadi kalau begitu, bagaimana kita dapat memahami makna ucapan syukur yang sebenarnya? Pertama-tama kita harus mengetahui bahwa hal mengucap syukur bukanlah sekedar perkataan latah semata-mata sehingga menjadi “ucapan indah” khas orang percaya, namun perkataan penuh makna dalam yang sering diucapkan Yesus kepada Bapa sorgawi pada saat keberadaan-Nya di bumi. Dan dari perkataan-Nya tersebut dapat kita temukan makna-makna penting dibalik ucapan syukur yang diucapkan Yesus.
Misalnya, ketika hendak memberi makan kepada 5000 orang, disaat murid-murid Yesus hanya memiliki 5 roti dan 2 ikan yang didapat dari seorang anak kecil. Maka seberapa yang ada, Yesus lalu menerima roti dan ikan yang diserahkan murid-murid kepada-Nya. Kemudian Ia menaikkan semuanya itu kepada Bapa sorgawi sambil mengucap syukur.
Yesus adalah pribadi yang paham bahwa Ia adalah bagian dari Kerajaan Sorga. Ia bahkan turun dari sorga mengambil rupa manusia. Atas pemahaman inilah, maka segala tindakan Yesus selalu dipengaruhi oleh prinsip dan mindset Kerajaan Sorga.
Di Kerajaan Sorga segala kebutuhan terpenuhi, tidak ada kesusahan atau kekurangan. Maka yang Yesus lakukan adalah mengucap syukur kepada Bapa Sorgawi bahwa Ia adalah bagian dari Kerajaan Sorga yang berjalan dalam prinsip Kerajaan Sorga, dimana di Sorga semua kebutuhan tercukupi bahkan berlimpah dan tujuan dari semua yang Ia lakukan itu adalah untuk kepentingan Kerajaan Sorga. Dan lihat apa yang terjadi, perkara luar biasa bukan? Kelihatannya sederhana, namun ingat, ini bukan sekedar ucapan di mulut saja, tetapi ini soal prinsip Kerajaan Sorga yang dihidupi.
Mari jemaat Tuhan, mungkin perkataan ucapan syukur sepertinya adalah perkataan sederhana yang umum diucapkan oleh banyak orang percaya, namun apabila kita memahami dan menghidupinya dengan fondasi hati yang benar maka ada dampak dahsyat di balik perkataan yang sederhana ini. Kuncinya adalah, bangun pengenalan akan Tuhan melalui keterhubungan yang benar dan hidupi prinsip Kerajaan Sorga sebagaimana semestinya
Tuhan Yesus memberkati!