HATI-HATI KITA MEMASUKI JALAN YANG LICIN (Pesan Awal Tahun 2024)
Mazmur 73:2 Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir.
Mazmur 73:1-28 ini ditulis oleh Asaf, seorang pemimpin musik dari bani Lewi di Bait Allah. Asaf bertugas mengatur dan memainkan musik dan pujian di bait Allah dibawah kepemimpinan Daud. Di dalam Mazmurnya ini ia mencurahkan isi hatinya dengan jujur dan apa adanya, bahwa betapa dia cemburu kepada kemakmuran orang-orang fasik. Siapa yang disebut dengan orang-orang fasik ini? Orang fasik itu bukan orang-orang yang belum mengenal Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang masuk kategori orang percaya, namun hidup seenaknya dan tidak takut akan Tuhan.
Tepat sekali mazmur Asaf ini diberi judul Pergumulan dan Pengharapan. Asaf sebagai seorang pemimpin rohani ternyata punya pergumulan. Pergumulan ini yang membuat hampir-hampir saja ia jatuh tergelincir (NKJV … my feet had almost stumbled; My steps had nearly slipped).
Sebagai orang percaya yang hidup benar dan hidup saleh ia merasa tidak seberuntung mereka yang dikatakan orang-orang fasik. Mereka orang-orang yang hidup seenaknya, namun makmur-makmur saja, sehat-sehat saja, mujur-mujur saja, sementara ia sebagai orang saleh lebih banyak menderitanya. Hidup ini sepertinya tidak adil. Yang jahat malah diberkati secara materi, sementara orang yang saleh dan takut akan Tuhan malah sepertinya menderita dan susah. Itu yang dikeluhkan oleh Asaf.
Sepertinya Asaf meragukan kedaulatan dan keadilan Tuhan. Memang kadang dalam penderitaannya, orang percaya bisa tergoda untuk meragukan pemeliharaan dan kebaikan Tuhan. Asaf sebetulnya sedang mengalami “depresi rohani” yang membuatnya jadi tawar hati dan cemburu kepada orang-orang yang sebetulnya tidak perlu ia cemburui. Tepatlah mazmur ini disebut Mazmur Pengakuan, pengakuan yang jujur dari seorang pemimpin musik dari imam Lewi yang terganggu hatinya, bahkan hampir-hampir ia jatuh tergelincir kepada Tuhan dalam pengertian ia hampir undur dari pelayanan atau semangat melayaninya sebagai imam musik di bait Allah (ayat 2, 15).
Inilah Asaf tokoh pertama yang hampir-hampir jatuh tergelincir. Jadi apabila kita orang percaya berhenti di titik ini. Merasa diperlakukan tidak adil oleh Tuhan. Apabila fokus pandangan kita sebagai orang percaya masih sering membanding-bandingkan diri dengan orang lain, hati-hatilah karena jalan yang kita lalui akan begitu licin. Sangat mudah untuk tergelincir. Tanpa disadari, datang beribadah akan menjadi begitu berat, melayani menjadi seperti kehilangan antusiasme, melihat orang-orang percaya lain seperti lebih enak, timbul keinginan hati untuk menjadi seperti orang lain, dan sebagainya.
Tokoh kedua yang berada di jalan yang licin dan jatuh tergelincir adalah orang-orang yang dicemburui oleh Asaf pada awalnya. Mereka adalah orang-orang fasik. Orang-orang percaya yang merasa dengan menjalani hidup seenaknyapun merasa aman-aman saja. Mereka membual, mereka congkak, mereka mengata-ngatai dengan jahat, hidup dalam berbagai pelanggaran namun merasa Tuhan tidak melakukan tindakan apa-apa. Biarlah kita boleh diingatkan, bahwa ada masa di mana orang-orang seperti ini ketika berjalan di atas permukaan jalan yang licin mereka akan begitu mudah jatuh tergelincir di sana.
Mazmur 73:18 Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan menyatakan bahwa “permukaan jalan” yang akan kita masuki dan lalui di tahun yang baru ini adalah permukaan jalan yang “licin.” Permukaan jalan yang licin seringkali menjadi tantangan tersendiri bagi para pengemudi kendaraan baik roda dua ataupun roda empat, atau bahkan bagi pejalan kaki sekalipun. Makanya, rambu-rambu peringatan untuk berhati-hati akan dipasang di sepanjang jalan yang memiliki permukaan jalan yang licin tersebut. Apabila tidak berhati-hati, sangat mungkin sekali kendaraan akan meliuk-liuk liar dan membentur kendaraan lain atau pembatas jalan. Ini akan menjadi sesuatu yang membahayakan. Hal yang sama juga bisa terjadi atas seorang pejalan kaki, apabila orang tersebut tidak berhati-hati maka iapun bisa tergelincir dan jatuh.
Kelihatannya jalan yang akan kita lalui ini seperti menyeramkan bukan? Ya, betul sekali. Apabila orang percaya tidak berhati-hati, hidup dalam kecerobohan rohani atau tidak mengalami pertumbuhan rohani yang signifikan tentu berjalan dalam permukaan jalan yang seperti ini akan menjadi sesuatu yang mengerikan. Bayangkan yang “jatuh tergelincir” itu bukan badan jasmani manusianya, melainkan manusia rohaninya. Namun apabila kita memersiapkan diri dengan baik (ingat, pesan Tuhan minggu lalu tentang perintah Tuhan untuk memersiapkan diri), yaitu pada waktu kita berjalan dalam suatu kedewasaan rohani yang baik, maka berjalan di atas “permukaan jalan yang licin” itu bukan sesuatu yang menjadi masalah.
Beberapa hal yang perlu kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan ini agar sekalipun jalan yang akan kita tempuh itu licin, kita tetap dapat berjalan maju dan tegak berdiri tanpa mesti tergelincir, di antaranya adalah:
(1). Jangan hanya memiliki Tuhan, namun juga harus terhubung.
Mazmur 73:16-17 (16) Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan di mataku, (17) sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka.
Asaf itu pada dasarnya bukan orang yang sembarangan. Seorang Lewi yang dipercayakan untuk bertugas mengatur dan memainkan musik dan pujian di Bait Allah. Hidupnya saleh dan kudus. Tidak salah dengan semua itu. Akan tetapi apabila seorang percaya secara pribadi tidak menjalin kedekatan dengan Tuhan, maka jangan sampai apa yang sempat dialami oleh Asaf juga dialami oleh kita sebagai orang percaya. Bayangkan, seorang Asaf pernah hampir tergelincir. Namun yang luar biasanya, Asaf tidak berlama-lama dengan keadaannya itu. Ia memutuskan untuk mendekat dan masuk ke hadirat Tuhan. Bukan sekedar datang berdoa, namun berinteraksi dengan Tuhan, mencari tahu maksud Tuhan.
Apa yang Asaf alami di hadirat Tuhan?Kakinya kembali berjejak kokoh (he regained his footing). Ia disadarkan bahwa apa yang selama ini ia lihat yang dimiliki oleh orang-orang fasik itu hanyalah hal-hal permukaan luar saja. Tidak perlu ia cemburu kepada hal-hal yang berada di permukaan yang memang dicari oleh orang-orang di dunia selama ini. Selama ini ia hanya melihat bagian-bagian luarnya saja, namun tidak mengetahui apa yang sesungguhnya ada di dalam hati dan hidup orang-orang tersebut. Mereka bahkan tidak mengetahui kemana arah langkah diri mereka sendiri. Bahkan di hadirat Tuhan Asaf dibukakan kemana kesudahan hidup orang-orang fasik tersebut. Di tempat yang licin mereka jatuh dan tergelincir.
Bersyukur apabila di hadirat Tuhan kita bisa menangkap visi Tuhan, menerima tuntunan-Nya, pesan-pesan-Nya. Bukankah ini adalah hal-hal penting melebihi tampilan luar yang seringkali diburu oleh semua orang secara umum?
(2). Jangan hanya tentang kita, tetapi tentang Tuhan dan pekerjaan-Nya
Mazmur 73:28 Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah; aku menaruh tempat perlindunganku pada Tuhan ALLAH, supaya dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya.
Ini merupakan ayat terakhir dari Mazmur 73, dimana Asaf menutupnya dengan begitu indah. Sangat kontras sekali dengan sikap Asaf di bagian awal dimana dia ingin seperti orang-orang fasik yang kelihatannya enak kehidupannya. Di ayat penutup ini Asaf berkata: “… supaya aku dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya. Fokus hidupnya sudah bukan tentang dirinya lagi, tetapi tentang Tuhan dan pekerjaan-Nya.
Kita tentu tahu salah satu selengkap senjata Allah yang paling bawah? Kasut kerelaan memberitakan Injil damai sejahtera! Seluruh selengkap senjata Allah digambarkan dengan seorang prajurit Romawi dengan seragam prajurit yang lengkap. Kasut dari seorang prajurit Romawi di landasan sol bagian bawahnya memiliki paku-paku. Tujuannya adalah supaya si prajurit tersebut tidak terpeleset karena memiliki cengkeraman pijakan yang kokoh di tempat yang licin sekalipun. Hal yang sama, alas kaki kita akan memiliki “paku-paku” yang kokoh di bawahnya, sehingga selicin apapun permukaan jalan yang kita tempuh di tahun 2024 tidak akan membuat kita tergelincir dan jatuh, asalkan kita mengenakan kasut kerelaan memberitakan Injil damai sejahtera, bukan kasut-kasut yang lain.
Mari jemaat Tuhan, kita tidak tahu persis apa yang akan terjadi di 2024 ini. Kita juga tidak tahu siapa yang akan memenangkan pemilihan umum. Berbagai prediksi sudah dilontarkan oleh para pengamat. Kita juga tidak tahu persis situasi ekonomi di negeri ini. Tetapi bersyukur bahwa kita memiliki Kristus yang telah memberitahukan seperti apa permukaan jalan yang kita masuki itu. Ia tidak mau anak-anak-Nya sampai tergelincir dan jatuh. Selamat memasuki 2024 bersama Kristus dan firman-Nya sebagai pelita!
Tuhan Yesus memberkati!