GUNAKAN STANDAR YANG BENAR (bukan standar ganda)
Ulangan 22:11 Janganlah engkau memakai pakaian yang dua jenis bahannya, yakni bulu domba dan lenan bersama-sama.
Penulisan kitab Ulangan ini memiliki tujuan agar umat Israel generasi kedua (generasi muda) yang telah menyelesaikan perjalanan 40 tahun di padang gurun, yang kala itu tidak sempat mengucapkan ikrar atau mengikatkan janji setia kepada Tuhan dan hukum-hukum-Nya, mengingat pada waktu itu mereka masih kecil atau belum lahir, kali ini mereka melakukannya.
Saat itu bangsa Israel telah hampir memasuki Tanah Perjanjian. Tepat tidak jauh dari seberang sungai Yordan, di wilayah yang bernama Araba Yordan, Musa membacakan kembali hukum, peraturan dan berbagai nasihat bagi seluruh bangsa Israel, sekaligus bekal bagi bangsa Israel yang tidak lama lagi akan menginjakkan kaki di Tanah Perjanjian.
Sekilas apabila kita perhatikan ayat-ayat yang tertulis dari ayat 1-4 dan ayat 5-12 adalah berkisar tentang peraturan yang mengatur kehidupan umat Israel sehari-hari, sehingga timbul pertanyaan apakah kitab Ulangan yang berisi pengulangan hukum-hukum Tuhan yang luar biasa perlu sampai mencatat tentang hal yang demikian sehari-hari?
Walaupun Tuhan bicara kepada bangsa Israel sesuai budaya di zaman itu (makanya tidak heran jika ada ayat-ayat diatas yang sepertinya tidak kita pahami karena memang itu berhubungan dengan tradisi dan budaya yang berlaku di sana), namun sebenarnya ini juga ada hubungannya dengan kehidupan kita di masa kini. Tuhan bukan saja mengatur bagaimana umat-Nya beribadah kepada Dia, tetapi juga mengatur kehidupan sehari-hari, bagaimana umat-Nya diperhatikan oleh Tuhan di dalam rincian terkecil sekalipun.
Ayat-ayat yang berisi tentang peraturan-peraturan sehari-hari tersebut bisa bermakna bahwa memang kita punya Tuhan yang begitu detail. Ia mengatur hingga sampai masalah lembu atau domba yang nyasar, soal sotoh rumah yang harus dipasangkan pagar, atau soal jangan menggunakan kain dua jenis, dan sebagainya. Artinya, janganlah kita berpikir bahwa Tuhan kita tidak peduli akan hal-hal detail yang kita hadapi. Tuhan sangat peduli dengan semua itu.
Ketika ayat-ayat tersebut memiliki makna yang demikian rinci, Tuhan pun ingin kita menjadi pribadi-pribadi yang detail dan teliti pula. Bukan pribadi yang suka menganggap ringan segala sesuatu. Ketika kita mendapat ayat tentang “jangan mengenakan dua jenis bahan” jangan kita terburu-buru berkesimpulan bahwa ayat itu tidak bermakna apa-apa. Jangan berpikir bahwa itu berlaku hanya bagi umat Israel saja. Namun mari kita sama-sama belajar menangkapnya, apa makna dari firman tersebut.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan menghendaki kita sebagai umat Tuhan menjalani kehidupan yang memiliki dasar kebenaran yang benar dan satu-satunya, yaitu kebenaran firman Tuhan. Termasuk juga di dalam cara mengaplikasikannya, yaitu secara benar dan konsisten. Kadang tidak sedikit orang percaya yang memberlakukan kebenaran firman secara tidak proporsional tergantung kadar keperluannya menurut standar dirinya sendiri. Ayat yang Tuhan berikan kepada kita ini memiliki makna agar sebagai orang percaya untuk tidak menjalani hidup dengan menggunakan standar ganda.
Namun, mari pertama-tama kita pahami terlebih dahulu makna tentang penggunaan dua jenis bahan ini, yaitu:
(1). Tidak menggunakan ketentuan yang berbeda-beda sesuai dengan keperluan kita.
Ul. 22:11 Janganlah engkau memakai pakaian yang dua jenis bahannya, yakni bulu domba dan lenan bersama-sama.
Ternyata Yehezkiel 44:17-18 mencatat aturan berpakaian bagi para imam yang melayani. Ada larangan para imam untuk mengenakan pakaian dari bahan bulu domba atau wool pada saat mereka melayani. Mereka harus mengenakan baju berbahan linen (kain lenan halus). Alasannya, bahwa pakaian berbahan wool akan menimbulkan keringat bagi yang mengenakannya. Dan sesuatu yang keluar dari dalam tubuh imam pada saat mereka melayani di Bait Suci adalah sesuatu yang tidak berkenan. Itu alasan yang menjelaskan mengapa wool dan linen tidak dipakai bersamaan.
Selain dua jenis bahan berkaitan dengan tata cara berpakaian imam pada saat melayani, ternyata hal penggunaan dua macam bahan dapat dijelaskan pula pada penggunaan bahan pada Kemah Suci pada saat bangsa Israel melakukan perjalanan di padang gurun. Bagian interior dalam tempat dimana Allah bersemayam bahan yang digunakan adalah linen. Sedangkan bagian luar kemah yang berhubungan dengan keadaan luar kemah menggunakan bahan dari bulu domba.
Jadi perkara untuk hal-hal yang kudus bahan yang digunakan adalah bahan linen, sedangkan untuk hal-hal yang umum (atau di luar hal-hal yang kudus), maka bahan yang digunakan adalah bahan dari bulu domba atau wool. Bukankah melalui penjelasan ini kita menjadi paham akan kandungan makna rohaninya? Bahwa sebagai orang percaya kita tidak bisa menghidupi kekudusan kebenaran Tuhan bersama-sama dengan hal-hal yang tidak kudus atau hal-hal yang bertentangan dengan kebenaran firman Tuhan.
Lewat pesan-Nya ini Tuhan sedang memeringatkan kita untuk tidak berjalan dengan dua standar yang berbeda, tergantung kebutuhan. Kita harus paham definisi “standar ganda” atau “double standard” terlebih dahulu. Definisi dari standar ganda adalah: ketika kita memberikan penilaian, reaksi, sikap atau penerapan yang berbeda untuk perkara yang sama. Misalnya, menerapkan suatu kebenaran firman dengan kadar yang berbeda antara diri sendiri dengan orang lain; mengecualikan diri untuk melakukan kebenaran atas suatu keadaan yang sedang dialami; menjadi pelanggar pertama atas pengajaran yang diri sendiri ajarkan kepada orang lain dan keluarga; meminta pengecualian untuk diri sendiri atas peraturan yang sudah disepakati bersama; dan lain sebagainya.
(2). Tidak menggunakan hukum kepercayaan lama yang seharusnya sudah kita tinggalkan.
Ul. 22:11 Janganlah engkau memakai pakaian yang dua jenis bahannya, yakni bulu domba dan lenan bersama-sama.
Sebuah study atau commentary tentang Kitab Ulangan mengatakan bahwa ternyata pemakaian 2 jenis bahan (mixed cloth) adalah sebuah kebiasaan umum bangsa Mesir zaman dulu. Pencampuran dua bahan kain yang berbeda dan kemudian mereka mengenakannya dalam ritual penyembahan pelacur, yaitu ritual sex sebagai sarana penyembahan kepada dewa yang mereka sembah. Memang budaya seperti ini tidak dikenal oleh bangsa Israel. Hanya bangsa yang tidak mengenal Tuhan saja yang melakukannya. Namun tinggal ratusan tahun di Mesir jangan sampai bayangan akan sesuatu yang najis di mata umat Tuhan akhirnya menjadi sesuatu yang biasa.
Salah satu tujuan Tuhan kembali memeringatkan bangsa Israel sebelum mereka masuk ke Tanah Perjanjian, Tuhan ingatkan sekali lagi agar mereka benar-benar sudah membuang ingatan atau hal-hal yang tidak berkenan dari berbagai kebiasaan para penyembah berhala, sehingga bisa melakukan kebenaran tanpa campur baur. Ingat, ada ayat yang mengatakan: “Lupakan Amalek dari ingatan.”
Hal ini ada kaitannya dengan posisi kita sebagai orang percaya di dalam Tuhan. Ingat apa yang dikatakan di surat Roma tentang prinsip keberpihakan, yaitu di Roma 8:31 Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Menang atau tidaknya kita sebagai orang percaya di dalam berbagai peperangan dan keadaan sangat tergantung sekali dengan keberpihakan kita sebagai orang percaya kepada Tuhannya. Tidak sedikit orang percaya begitu mudah berkata bahwa ia berada di pihaknya Tuhan, namun belum sungguh-sungguh meninggalkan hukum-hukum dan berbagai aturan dari kepercayaan lamanya.
Betapa pentingnya kita berada di dalam naungan penggembalaan yang benar dimana di sana kita dapat bertumbuh di atas fondasi yang benar, digembalakan dengan benar, dididik dengan ajaran yang sehat, dibapai, dan dilengkapi dengan dasar kebenaran firman Tuhan sejati. Apabila tidak, maka kita hanya akan menjadi orang percaya yang lemah dan tidak jelas. Berpijak pada banyak hukum yang berbeda tanpa merasa bersalah ataupun jijik.
Mari jemaat Tuhan, apabila kita mau menjadi pribadi orang percaya yang kokoh dan berkemenangan, maka kita harus memiliki standar pijakan yang teguh, berdiri di atas dasar yang tidak dapat tergoyahkan, yaitu satu-satunya dasar kebenaran, yaitu Yesus Kristus. Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus (1 Korintus 3:11). Apabila rindu pembelaan Tuhan, pastikan kita hanya berada di pihak-Nya Kristus.
Tuhan Yesus memberkati!