FOKUS PADA JALAN YANG TUHAN ARAHKAN
Amsal 16:25 Ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut.
Penekanan pesan Tuhan bagi kita kali ini adalah pada langkah yang orang percaya harus tempuh. Apabila bicara soal langkah, ini tidak terbatas hanya tentang langkah perjalanan seseorang secara geografikal dari lokasi A ke lokasi B. Melainkan juga tentang langkah keputusan yang harus diambil dalam menjalani kehidupan.
Tidak sedikit orang-orang percaya merasa dirinya telah menempuh langkah yang dia anggap benar, padahal ternyata itu langkah yang salah. Dan seringkali, orang baru menyadari bahwa langkahnya itu salah setelah ia berada di ujung jalan atau di akhir sebuah fase. Ternyata ia tiba bukan di tujuan yang Tuhan maksud. Siapapun tidak mau mengalami hal ini.
Hari-hari ini banyak didapati kendaraan-kendaraan mengalami kecelakaan atau kendaraan yang berbelok ke jalan yang salah akibat tidak berfokus pada lintasan jalan, atau bahkan karena terlalu berfokus pada aplikasi peta penunjuk jalan yang ada pada gadget. Petunjuk pada aplikasi pun pada beberapa kondisi, tidak terlalu bisa memberikan arahan yang terlalu akurat. Manusia tetap butuh “aplikasi” penunjuk jalan yang sejati, yaitu arahan dari Tuhan.
Amsal 16 berbicara banyak tentang berbagai jalan hidup manusia. Dari sejak ayat pertama, Amsal 16 ini sudah berbicara bahwa manusia bisa saja memertimbangkan banyak hal di dalam hatinya, namun jawaban dari semua itu ada di tangan Tuhan. Bahwa setiap kita butuh tuntunan Tuhan. Hati manusia yang seharusnya menjadi “alat receiver” penerima sinyal dari Sorga pun bisa “menipu.”
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Pesannya sederhana, bahwa kita butuh arahan atau tuntunan dari Tuhan di setiap langkah kita. Ada “hal yang membahayakan” yang sudah menanti di depan bagi mereka yang mengeraskan hati untuk berjalan sendiri. Ingat, tidak ada yang bisa kita andalkan sepenuhnya di dunia ini, termasuk diri kita sendiri. Keinginan hati yang tidak terarah itu bisa membawa seseorang masuk ke dalam rencananya sendiri. Itulah sebabnya, hati itu harus selalu diselaraskan dengan hati Tuhan.
Apa yang membuat perjalanan bangsa Israel dari Mesir hingga bisa tiba di Tanah Perjanjian? Bukan karena Musa atau Yosua sudah tahu jalan, namun masing-masing pribadi, baik Musa maupun Yosua mau berjalan dalam tuntunan Tuhan. Selama empat puluh tahun bangsa Israel berjalan dipimpin oleh tiang awan atau tiang api yang adalah representasi Pribadi Tuhan. Menjelang mereka menyeberang sungai Yordan tuntunan Tuhan beralih ke arahan Tuhan melalui Yosua, dimana salah satunya Tuhan mengajarkan formasi dan arah yang harus dilalui.
Beberapa hal yang perlu kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan ini, agar sungguh-sungguh berjalan dalam jalan yang Tuhan kehendaki, bukan jalan yang disangka lurus, di antaranya adalah:
(1). Milikilah pengalaman bersama Tuhan, dan mulailah berjalan bersama Tuhan
Amsal 16:1 Manusia dapat menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah berasal dari pada TUHAN.
Disadari atau tanpa disadari tidak sedikit hari-hari ini orang percaya sepertinya sudah tidak terlalu berjuang untuk suatu tuntunan atau petunjuk dari Tuhan untuk memastikan bahwa ia tidak melangkah sendiri tanpa arahan Tuhan. Ada istilah generasi yang hanya “melapor,” namun tidak menunggu arahan dari Tuhan.
Di Kisah Para Rasul ada perubahan yang sangat ketara di masa sebelum murid-murid mengalami kepenuhan Roh Kudus dengan masa setelah murid-murid mengalami kepenuhan Roh Kudus di hari Pentakosta (KPR pasal 2). Sebelumnya, mereka banyak mengambil keputusan dengan cara membuang undi, namun setelah masa kepenuhan Roh Kudus mereka mengalami tuntunan langsung dari Tuhan.
Apa yang ada di pikiran banyak orang ketika mendengar orang percaya jatuh? Yang umum dipahami ketika mendengar kata “jatuh” biasanya ketika orang percaya kedapatan membunuh, mencuri, korupsi, berselingkuh, dan lain-lain. Namun ternyata bukan hanya itu. Kejatuhan dialami orang percaya ketika seorang percaya melakukan pengejaran yang salah, ketika sudah tidak lagi memberikan waktunya kepada Tuhan untuk mengarahkan hidupnya, ketika seseorang berjalan tanpa tahu ke arah mana ia harus melangkah seperti yang Tuhan kehendaki.
(2). Milikilah pengalaman bersama Tuhan, dan tetaplah dalam tuntunan-Nya
Amsal 16:20 Siapa memperhatikan firman akan mendapat kebaikan, dan berbahagialah orang yang percaya kepada TUHAN.
Apa yang membuat seorang percaya perjalanannya dapat berakhir buruk adalah ketika awalnya ia mendapatkan perkataan Tuhan, namun sayangnya ia tidak konsisten dan persisten didalam menjalankannya. Bukan saja seorang percaya penting mengalami pengalamanan menerima perkataan Tuhan, namun juga penting untuk tetap memegangnya apapun situasi yang terjadi dan apapun pendapat yang dikatakan oleh orang-orang.
Dalam 1 Raja-raja 13:11-28 dikisahkan seorang nabi dari Yehuda yang diperintahkan oleh Tuhan untuk pergi ke Betel dan menyuarakan firman-Nya menentang mezbah yang didirikan Yerobeam. Namun, ia mengalami distraksi oleh seorang yang juga menamakan dirinya nabi tua yang membujuknya agar tinggal makan dan minum bersama di rumahnya, padahal Tuhan sudah berpesan kepada nabi yang pertama untuk tidak makan, minum, atau kembali melalui jalan yang sama tempat ia pergi. Nabi yang pertama memilih untuk menerima ajakan sang “nabi tua,” dan perjalanannya berakhir dengan maut.
Mari jemaat Tuhan, seringkali memohon arahan Tuhan sudah bukan sesuatu yang terlalu diminati oleh banyak orang percaya, karena berbagai alasan, seperti waktu yang akan banyak terbuang, atau kesulitan dalam menangkap perkataan Tuhan, seolah-olah Tuhan adalah pribadi yang sulit untuk ditemui. Namun satu hal yang perlu kita pahami, adalah lebih baik “berlama-lama” di hadirat Tuhan daripada berlama-lama dalam memerbaikinya akibat salah berjalan.
Tuhan Yesus memberkati!