BERKAT DI DALAM KEBERSAMAAN
Mazmur 133:1-3 Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!
Kebersamaan adalah sesuatu hal yang indah sekali. Sebagai mahluk sosial, manusia pada dasarnya tidak dapat hidup seorang diri, ia membutuhkan keterhubungan atau interaksi antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Namun juga ternyata bukan semata-mata manusia sekedar hidup berhubungan dengan orang lain, manusia membutuhkan hidup bersama-sama dengan orang-orang yang ia cintai dan yang mencintainya. Dan orang-orang tersebut itu adalah anggota keluarga.
Keluarga adalah wadah dimana kita manusia dapat melakukan sesuatu bersama-sama dalam sebuah ikatan yang indah. Melakukan apapun dengan orang-orang yang kita cintai tentu lebih luar biasa dibandingkan melakukannya seorang diri.
Bagaimana Tuhan memandang kebersamaan? Apa yang disebut dengan kebersamaan sejati seperti yang dimaksud Tuhan? Melalui Mazmur 133 di atas kita akan belajar tentang makna kebersamaan. Mazmur ini terkenal karena keindahannya, terkenal karena bobot makna kata demi kata yang terkandung di dalam keringkasannya.
Mazmur ini ditulis oleh Daud sebagai nyanyian ziarah atau nyanyian pendakian. Maksudnya, mazmur ini seringkali digunakan bangsa Israel dari berbagai tempat untuk ibadah ke Yerusalem. Mereka berjalan bersama-sama naik ke pegunungan Yudea, tempat dimana bait Allah berada. Pada saat bersama-sama naik di tengah-tengah sulitnya perjalanan, isu kebersamaan merupakan hal yang sangat penting sekali. Semua orang diingatkan bahwa mereka adalah bersaudara, satu tujuan, sebangsa dan seiman.
Kata “saudara-saudara” (Ibr. Ach) digunakan bukan hanya dalam pengertian saudara secara umum, namun juga dalam hubungan keluarga. Jadi apa yang dituliskan dalam mazmur ini juga merujuk ke dalam konteks keluarga. Baik keluarga inti, maupun keluarga besar. Artinya, Tuhan juga sedang menekankan makna kebersamaan yang sejati di dalam hubungan sebuah keluarga orang percaya. Siapa yang tidak menginginkan kebersamaan dalam sebuah keluarga?
Tuhan memandang kebersamaan sebagai sesuatu yang bukan hanya baik, namun juga indah. Pemunculan kata “baik” dan “indah” sangat menarik untuk diperhatikan. Kata “indah” sebetulnya lebih tepat diterjemahkan dengan kata “menyenangkan” (Ibr. Na’iym), jadi bukan hanya sekedar indah untuk dilihat, namun juga menyenangkan untuk dirasakan dan dinikmati. Bukankah itu sebuah berkat tersendiri?
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Tuhan menekankan pesan-Nya kali ini untuk keluarga orang percaya dan anggota-anggotanya. Tuhan menekankan makna yang sesungguhnya dari sebuah kebersamaan berikut dengan berkat-berkat yang akan diperolehnya bagi siapa yang melakukannya. Seringkali yang menjadi pergumulan banyak orang percaya hari-hari ini adalah tentang bagaimana mengalami terobosan dan keberkatan, namun justru seringkali kunci keberkatan yang sudah ada di depan mata tidak disadarinya.
Beberapa prinsip kebersamaan yang perlu kita perhatikan, di antaranya adalah:
(1). Kebersamaan bukanlah kebersamaan tanpa kepemimpinan.
Maz. 133:2 Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya.
Tuhan lewat pemazmur Daud menggambarkan keindahan dari sebuah kebersamaan merujuk pada pengurapan imam Harun. Dalam Perjanjian Lama, Tuhan menggunakan tindakan pengurapan dengan minyak untuk menandai pemisahan orang-orang tertentu untuk tugas pelayanan ilahi. Minyak itu melambangkan Roh Kudus yang turun ke atas seseorang, dan mengkhususkan seseorang dari keturunan Lewi untuk tujuan Tuhan. Tuhan dalam hal ini menunjuk Harun sebagai imam besar atas bangsa Israel, dan mengurapi Harun dengan minyak (Im. 8:30). Sejak itu, Harun adalah pemimpin rohani bagi bangsa Israel.
Pria seringkali disebut sebagai kepala keluarga atau kepala rumah tangga. Tetapi pria adalah juga imam di dalam keluarga. Sebagaimana tugas imam pada zaman dahulu adalah perantara antara manusia dengan Tuhan sambil membawa persembahan kepada Tuhan, demikian pula tugas seorang pria di dalam keluarga. Ia harus menjadi seorang yang memimpin keluarga sambil membawa arah dan tuntunan yang ia dapatkan dari Tuhan. Ingat, kebersamaan bukan sekedar kumpul bersama-sama, namun juga mengarahkan seluruh anggota keluarga ke sasaran-Nya Tuhan.
(2). Kebersamaan bukanlah kebersamaan apabila tidak berani berbagi kehidupan
Maz. 133:3 Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan sampai selama-lamanya.
Keindahan sebuah kebersamaan juga digambarkan pemazmur seperti dinginnya embun gunung Hermon. Gunung Hermon adalah gunung tertinggi di Israel. Keberadaannya bisa terlihat dari berbagai tempat di wilayah Israel. Menerima curah hujan enam puluh inci setiap tahun. Sepanjang dua pertiga tahun salju menyelimuti gunung ini. Pada musim semi menjelang musim panas cairan saljunya mengalir ke danau Galilea, menjadi pasokan utama sungai Yordan lalu mengairi seluruh dataran Israel.
Artinya, keberadaan gunung Hermon tidak hanya dapat dilihat dari jauh saja, namun aliran saljunya dapat dirasakan dan dicicipi oleh semua orang Israel. Keberadaan setiap anggota keluarga tidak cukup hanya terlihat dari jauh saja, namun keberadaan dan manfaatnya dapat dirasakan oleh setiap anggota keluarga. Setiap anggota keluarga memiliki tugas dan fungsinya masing-masing, namun belum bisa disebut sebuah kebersamaan apabila keberadaannya tidak dapat “dicicipi” oleh anggota yang lain.
Mari jemaat Tuhan, melalui Mazmur yang singkat ini, Tuhan menggambarkan prinsip sebuah kebersamaan yang sejati. Tuhan meyakinkan kita bahwa ketika di dalam kehidupan kita terbangun kebersamaan seperti yang dimaksud ini, maka janganlah kuatir akan ketiadaan berkat. Tuhan sendiri yang akan memerintahkannya. Selamat membangun kebersamaan!
Tuhan Yesus memberkati!