BELAJAR DI SETIAP KEADAAN
Yakobus 1:2-4 (2) Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, (3) sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.
Menjadi dewasa bukanlah soal pertumbuhan fisik semata. Kedewasaan seseorang tidak ditentukan berdasarkan usia. Meski usia bertambah, belum tentu cara berpikir juga bertambah matang. Tidak jarang, ada orang yang secara usia sudah termasuk usia dewasa, namun masih memiliki sikap dan pola pikir yang kekanak-kanakan. Sebaliknya di sisi lain, tidak sedikit dijumpai orang-orang yang berusia muda namun menunjukkan kedewasaan dalam berpikir, bertindak, dan mengambil keputusan.
Menjadi dewasa adalah sebuah proses yang harus dilakukan terus-menerus, bukan sesuatu yang bisa diperoleh secara instan. Salah satu ciri seorang yang dewasa adalah selalu ingin belajar. Kemauan belajar adalah salah satu syarat dalam bertumbuh. Tak ada kata cukup untuk belajar. Belajar menjadikan kita manusia yang lebih baik setiap hari. Namun belajar yang dimaksud tidak selalu melalui pendidikan akademis di sekolah, namun juga melalui pembelajaran dari kehidupan. Bahkan Tuhan mau kita belajar melalui kesukaran dan tantangan yang dihadapi.
Yakobus menuliskan surat ini untuk orang Yahudi kristen yang tersebar di daerah-daerah perantauan. Mereka adalah petobat-petobat baru yang terpaksa harus meninggalkan Yerusalem karena ancaman dan tekanan dari masyarakat Yahudi yang tidak setuju dengan kekristenan pada waktu itu. Itulah sebabnya penulisan kitab ini memiliki beberapa tujuan yang diharapkan mampu menjawab kebutuhan umat yang mendesak, yaitu memberikan semangat kepada orang percaya yang mengalami penderitaan karena iman kepercayaannya kepada Kristus.
Yakobus membuka surat yang ditulisnya ini dengan mengajak para pemercaya untuk menganggap sebagai suatu kebahagiaan apabila mereka harus jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan. Umumnya orang akan berbahagia apabila ia mengalami hal-hal yang baik dalam hidupnya, perjalanan hidup terasa mulus tanpa rintangan dan hambatan yang berarti. Sebaliknya, keadaan umumnya akan berubah secara drastis ketika berbagai pencobaan terjadi, sehingga sulit rasanya menemukan orang yang tetap berbahagia saat itu.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan mau agar setiap orang percaya belajar menyadari bahwa ada tujuan indah di balik pencobaan-pencobaan yang terjadi. Entahkah pencobaan yang terjadi akibat keinginan yang lahir dari diri sendiri, termakan godaan si jahat, atau suatu ujian yang Tuhan ijinkan untuk dialami. Seringkali orang lebih berfokus kepada besarnya masalah yang dihadapi daripada menangkap pembelajaran apa yang Tuhan sedang ajarkan.
Melalui pesan ini, Tuhan mau kita orang percaya bukan sekedar datang memohon kepada Tuhan agar melalukan segala pencobaan yang terjadi dari hidup kita, namun belajar menangkap maksud Tuhan di balik itu semua. Tuhan menamakan ini sebagai “sekolah di setiap keadaan.” Kedewasaan orang percaya sebagai murid-murid Tuhan diuji dari setiap peristiwa yang terjadi, entahkah perkara kecil ataupun perkara besar.
Beberapa hal yang perlu kita perhatikan berkaitan dengan pesan Tuhan ini, di antaranya adalah:
(1). Belajar menangkap suatu pelajaran penting dibalik setiap peristiwa yang terjadi.
Yak. 1:3 sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.
Saat ini tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa kalau menjadi orang percaya yang sungguh-sungguh, maka jalan senantiasa akan senantiasa mulus dan enak. Apakah benar seperti itu? Kira harus menyadari bahwa hidup yang kita jalani ini penuh dengan ujian. Mulai dari bangku sekolah dasar sampai meraih gelar sarjana, setiap semester pasti menghadapi ujian. Setiap kelulusan dari ujian akan
membawa kita naik ke tingkat yang lebih tinggi. Dalam kehidupan nyata pun kita selalu diperhadapkan dengan ujian demi ujian. Ketekunan adalah kunci di dalam menghadapi ujian. Menghindari atau tidak serius di dalam menghadapi ujian membuat hidupnya tidak pernah mengalami kenaikan.
Firman Tuhan menyatakan bahwa ketika dihadapkan pada berbagai pencobaan kita harus menganggapnya sebagai suatu kebahagiaan. Dengan kata lain kita harus tetap bisa mengucap syukur! Pencobaan yang dimaksudkan adalah masalah-masalah yang berasal dari luar atau masalah yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, yang bertujuan menguji iman kita. Oleh karena itu kita harus bisa menyikapinya dengan sikap hati yang benar, karena justru melalui pencobaan yang ada kadar iman dan kesungguhan kita dalam mengikut Tuhan sedang diuji dan ditempa menjadi orang-orang Kristen yang semakin berkualitas dan berkarakter.
(2). Belajar menghadapi setiap peristiwa dengan sikap yang benar.
Yak. 1:2 Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,
Ayat ini bukan berarti ketika kita berada dalam tekanan atau kesulitan, kita tidak boleh bersedih, kita harus tetap selalu tersenyum. Kata “anggaplah“ disini agak kurang tepat sebab sepertinya berkonotasi berpura-pura, yaitu sebenarnya kita tidak suka tapi demi supaya tidak menyinggung perasaan orang lain maka kita seolah-olah harus menampakkan ekspresi kesukaan. Padahal kata “anggaplah“ dalam bahasa aslinya hegeomai diterjemahkan “pertimbangkanlah.“ Jadi, bukan berkenaan dengan perasaan seseorang tapi berkenaan dengan bagaimana seseorang menilai suatu pencobaan yang datang atas dirinya.
Di satu pihak, kita mungkin merasa gentar dan kuatir ketika kesulitan itu datang, lalu bagaimana mempertimbangkan kesulitan itu sebagai suatu kebahagiaan? Sebenarnya setiap orang pernah mengalami bagaimana mempertimbangkan suatu kesulitan itu sebagai suatu kebahagiaan. Sebagai contoh, ketika kita akan menghadapi ujian akhir sekolah, mungkin kita merasa khawatir apakah bisa melaluinya dengan baik. Celakanya, apabila kita larut dalam kegelisahan dan kemudian memutuskan tidak mau mengikuti ujian akhir, maka kita tidak akan pernah merasakan kebahagiaan naik ke jenjang sekolah yang lebih tinggi untuk mencapai apa yang dicita-citakan.
Mari jemaat Tuhan, melalui pesan-Nya ini Tuhan sedang memersiapkan kita untuk memasuki suatu jenjang pengiringan yang lebih luas dimana Tuhan akan memercayakan kita dengan perkara-perkara yang lebih besar. Namun semua ini dimulai dari cara kita bersikap di dalam menghadapi setiap perkara terlebih dahulu, apakah kita mau belajar menjadi lebih baik di dalam setiap keadaan.
Tuhan Yesus memberkati!