BAHU MEMBAHU BERGERAK KE TUJUAN TUHAN (SUPER-TEAM)
Markus 2:3-4 (3) ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. (4) Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring.
Kisah ini dimulai dengan orang-orang yang sudah memenuhi rumah dimana Yesus berada. Saat itu Yesus sudah berada di awal pelayanan publiknya. Selama beberapa hari terakhir, Yesus telah keluar berkhotbah, mengajar, dan menyembuhkan di sekitar kota Kapernaum. Dalam Injil Markus pasal 1-3, dicatat kurang lebih ada sepuluh mujizat penyembuhan berturut-turut yang terjadi. Penyembuhan orang lumpuh ini adalah peristiwa yang kesekian dari rangkaian penyembuhan yang Yesus lakukan.
Jadi setelah Yesus melakukan serangkaian pelayanan-Nya, maka berdatanganlah orang banyak dari berbagai kota yang mengetahui keberadaan Yesus dan yang telah mendengar apa yang Yesus lakukan. Dalam sekejap rumah dimana Yesus berada saat itu sudah penuh sesak oleh banyak orang tersebut. Bahkan di muka pintu pun tidak ada tempat lagi.
Tidak lama kemudian datanglah empat orang membawa seorang yang lumpuh sambil diusung menggunakan sebuah tilam. Tujuan mereka jelas bahwa keempat orang tersebut hendak membawa si lumpuh kepada Yesus untuk disembuhkan. Namun ternyata keadaan tidak seperti yang diharapkan. Tempat itu sudah begitu padat dengan orang banyak. Tanpa kehabisan akal, mereka berempat memutuskan untuk membawa si orang lumpuh itu ke atap rumah, lalu kemudian menurunkannya ke dalam ke titik dimana Yesus berada.
Apabila kita hanya membaca kisah ini secara sekilas, maka kisah ini akan berjalan dengan begitu singkat, dimana si orang lumpuh dinaikkan ke atap rumah untuk kemudian dikerek turun dari atap rumah, diturunkan tepat di hadapan Yesus, lalu Yesus menyembuhkan si orang lumpuh. Lalu setelah itu berjalanlah pulang si orang lumpuh ini sambil membawa tilamnya. Namun, apabila kita mencoba membayangkan sejenak langkah-langkah yang mereka tempuh ternyata tidaklah sesederhana yang kita kira.
Ketika melihat orang banyak memenuhi rumah dimana Yesus berada, mereka mungkin merenung sejenak, mungkinkah mereka dapat membawa si lumpuh
masuk atau memutuskan untuk pulang kembali saja.
Bersyukur kalau mereka semua adalah orang-orang yang beriman, sehingga apapun kesulitan yang mereka hadapi tidaklah membuat mereka mudah menyerah. Mereka mungkin saling berembuk membahas langkah apa yang akan mereka tempuh. Seandainya saja ada dari antara mereka dalam kondisi tidak beriman, maka kisah empat orang membawa si lumpuh akan menjadi berbeda.
Mereka memiliki tujuan atau visi yang sama, yaitu bagaimana mereka bisa membawa si lumpuh mendekat kepada Yesus. Apabila sudah sehati memiliki tekad yang sama untuk mendapatkan Yesus, maka selalu ada jalan. Ide untuk mengusung si lumpuh naik ke atap lalu menurunkannya merupakan ide yang timbul dari hati yang sepakat.
Peristiwa yang tampak sederhana ini, ternyata mengandung prinsip-prinsip yang penting di dalamnya, seperti prinsip saling percaya, prinsip kerja sama, prinsip pantang menyerah, dan prinsip kebulatan tekad. Artinya, tanpa melibatkan prinsip-prinsip ini, maka orang percaya tidak akan bisa mencapai ke tujuan Tuhan. Dalam hal kisah ini, maka si lumpuh tidak akan pernah bisa berjumpa dengan Yesus apabila tidak melibatkan unsur-unsur tersebut di atas.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Bahwa pengiringan kita kepada Tuhan bentuknya adalah suatu perjalanan. Dimana Tuhan punya tujuan yang luar biasa bagi setiap kita. Dikatakan bahwa kita adalah bagian dari Kerajaan Sorga (partaker of God’s Kingdom), dimana Tuhan mau kita paham bahwa kita diselamatkan untuk menjadi perwakilan Sorga di bumi ini. Sebagai perwakilan Sorga di bumi, maka hubungan kita dengan pemerintah pusat harus terhubung dengan lancar. Dikatakan lancar adalah ketika orang percaya tahu apa yang Sorga kehendaki.
Namun relasi yang seharusnya berjalan lancar kadang bisa menjadi tidak lancar. Dan penyebabnya sudah pasti bukan dari pihak Tuhan, namun dari pihak manusianya. Dan kerusakan yang terjadi harus segera diperbaiki. Hati-hati, kerusakan yang dibiarkan begitu saja tanpa adanya perbaikan akan menyebabkan terjadinya kelumpuhan.
Melalui pesan-Nya ini Tuhan menyampaikan bahwa hari-hari ini ada “kelumpuhan-kelumpuhan” yang dialami oleh tidak sedikit orang percaya. Kelumpuhan menyebabkan orang percaya menjadi tidak efektif sebagai perwakilan Sorga di bumi ini.
Kelumpuhan yang dimaksud bukan kelumpuhan fisik. Secara fisik mungkin tidaklah lumpuh, namun ada sektor-sektor lain yang dikatakan telah mengalami kelumpuhan, beberapa di antaranya adalah:
Pertama, kelumpuhan rohani. Yaitu ketika orang percaya sudah tidak membuat kemajuan-kemajuan spiritual yang signifikan lagi. Mengiring Tuhan namun tidak memahami kehendak Tuhan. Aktif secara kegiatan, namun lemah secara relasi dengan Tuhan.
Yang kedua, adalah kelumpuhan dalam hubungan. Kalau yang pertama tadi lebih kepada kelumpuhan relasi dengan Tuhan, maka bagian ini adalah kelumpuhan di dalam menjalin hubungan dengan sesama. Yang dimaksud sesama bisa dengan pasangan (hubungan yang dingin, kaku, sendiri-sendiri, atau berbenturan), bisa juga dengan orang tua, anak, atau dengan sesama saudara seiman.
Yang ketiga adalah kelumpuhan emosional. Yaitu hilangnya rasa empati terhadap keselamatan mereka yang belum percaya, kehilangan ekspresi Kerajaan Sorga. Yang keempat adalah kelumpuhan akibat rasa takut dan kuatir yang berlebih, sehingga menjadikan dirinya enggan bergerak, trauma, bahkan tidak berani mengambil tanggung jawab.
Yang kelima adalah kelumpuhan yang diakibatkan oleh kebiasaan-kebiasaan yang buruk. Keterikatan dengan berbagai hal yang tidak berkenan (termasuk menyukai sesama jenis) membuat seseorang enggan terbuka dalam banyak hal. Itulah kelumpuhan-kelumpuhan yang terjadi pada tidak sedikit orang-orang percaya.
Kelumpuhan akan membuat seorang percaya menjadi tidak efektif bagi Kerajaan Sorga. Kelumpuhan akan menghambat kita mencapai apa yang Tuhan inginkan bagi setiap masing-masing kita. Ingat pesan Tuhan bulan lalu, bahwa dalam kitab-Nya telah Tuhan tulis hari-hari yang akan dibentuk sebelum ada satupun dari padanya. Artinya, Tuhan sudah merancang perkara-perkara luar biasa yang akan kita alami ketika kita melekat pada Tuhan sang Pembuat rencana atas kita.
Apa yang harus kita lakukan agar menjadi pribadi-pribadi yang bebas dari kelumpuhan, dan menjadi alat yang berfungsi bagi Tuhan?
(1). Sadari dan lakukan spiritual check up bagi diri kita sendiri (jujur pada Tuhan dan pada diri sendiri)
Markus 2:2 Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintu pun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka,
Kita harus memiliki cara pandang yang benar, seperti yang Sorga inginkan, yaitu Kingdom Paradigm. Bahwa pengiringan kita kepada Tuhan boleh dikatakan sudah bukan berada pada tahap pemula lagi, oleh sebab itu kita harus bisa memosisikan diri kita bukan lagi sebagai “pasien” (obyek penderita), melainkan sebagai “dokter” yang memiliki kemampuan untuk mendiagnosa keadaan rohani seseorang, termasuk diri sendiri. Entahkah orang lain atau diri sendiri yang mengalami “kelumpuhan” atau tidak. Kita harus dapat segera mendapatkan hasil diagnosa sekiranya ada ciri-ciri yang tadi kita dengar di atas terjadi pada diri kita. Memang, ini sesuatu yang tidak mudah untuk diakui, namun juga tidak boleh diabaikan. Yang dibutuhkan adalah kejujuran.
Apa yang membuat Tuhan senang pada Daud? Daud adalah pribadi yang cepat sadar diri sekiranya ada sesuatu yang tidak beres terjadi pada dirinya. Kita sering dengar bahwa Daud adalah seorang yang kerap datang pada Tuhan untuk mendiagnosa keadaan rohaninya di hadapan Tuhan.
Sekiranya ada, maka langkah pertama adalah akui dan ambil keputusan bahwa kita harus merdeka dari berbagai kelumpuhan-kelumpuhan tersebut. Katakan kepada Tuhan, bahwa aku mau pulih. Aku ingin merdeka dari segala kelumpuhan-kelumpuhan yang bisa terjadi. Aku ingin menjadi representasi yang baik dari Kerajaan Sorga.
(2). Sadari bahwa kita juga butuh orang lain untuk menolong kita (keputusan untuk membangun Super-team)
Markus 2:3 ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang.
Pentingnya kita berada di dalam komunitas orang percaya (maksudnya orang-orang percaya yang juga sungguh-sungguh beriman), karena orang percaya yang sungguh-sungguh beriman akan memberikan solusi yang benar untuk membawa orang kepada Yesus.
a. Ketika orang percaya beriman memberikan ide, idenya akan memunculkan solusi yang kreatif.
Tidak disebutkan secara eksplisit apakah keempat orang yang mengusung orang yang lumpuh itu mengadakan sesi brainstorming formal atau tidak. Tapi entah bagaimana mereka memutuskan untuk berpikir sesuatu yang berbeda dari pemikiran umum (pemikiran yang out of the box). Kelihatannya percakapan mereka satu sama lain memberikan ide-ide segar sampai mereka menemukan solusi yang bisa diterapkan. Mungkin bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan, namun berisi suatu tekad bahwa biar bagaimanapun orang ini harus diselamatkan tidak peduli bahwa mereka harus mengusung si lumpuh naik ke atap rumah.
b. Orang percaya yang beriman akan saling mengingatkan dan memeringatkan.
Sebuah keluarga orang percaya diilustrasikan bagaikan sebuah kendaraan roda empat yang memiliki kemampuan untuk bergerak dalam kesatuan dimana keempat rodanya berputar bersama-sama menuju ke sasaran yang dikehendaki Tuhan. Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi sekiranya salah satu rodanya mengalami kerusakan atau “kelumpuhan”? Pastinya, kendaraan tersebut berikut seluruh roda-roda yang masih berfungsi baik akan menjadi ikut terhambat arah dan tujuannya. Dibutuhkan kerjasama seluruh anggota keluarga untuk saling mengingatkan satu dengan yang lainnya. Turut “mengusung si roda yang lumpuh” untuk kembali bergerak bersama-sama sehingga mereka semua bersama-sama tiba di tujuan.
Mari jemaat Tuhan, melalui pesan-Nya ini Tuhan rindu kita bertindak bahu membahu seperti empat orang yang mengusung orang yang lumpuh, sehingga, meskipun tidak mudah namun akhirnya si lumpuh dapat mengalami perjumpaan dengan Tuhan dan mengalami pemulihan. Itulah yang seharusnya kita lakukan. Keluarga orang percaya harus menjadi sebuah “super-team” yang isinya terdiri dari orang-orang yang menangkap tujuan Tuhan. Atau dalam lingkup keluarga yang lebih besar, gereja akan menjadi kekuatan yang tak terhentikan. Bagaikan kendaraan yang melaju dengan pesat dengan kekuatan yang luar biasa ke tujuan Tuhan.
Tuhan Yesus memberkati!