APAKAH ENGKAU MENGASIHI AKU?
Yohanes 21:15-17 (15) Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”
Pertemuan antara Yesus dengan Simon Petrus di tepi danau Tiberias siang itu seharusnya menjadi pertemuan yang indah, paling tidak pelepas kerinduan antara seorang guru dengan muridnya. Bayangkan, bukankah beberapa waktu sebelumnya mereka baru saja melewati sebuah peristiwa yang begitu menggemparkan sekaligus mengharukan ketika mereka melihat Yesus ditangkap, disiksa dan mati di kayu salib. Dan perjumpaan saat itu adalah momen setelah beberapa hari Yesus bangkit dari kematian.
Perjumpaan pagi itu diawali dengan kembalinya murid-murid Yesus, mereka yang awalnya memang berprofesi sebagai nelayan, dari semalaman pergi menangkap ikan tanpa membuahkan hasil apa-apa. Yesus yang sudah berdiri di tepi pantai menantikan murid-murid kemudian memberi petunjuk agar mereka melemparkan jala mereka ke sebelah kanan perahu. Dan benarlah, siang itu mereka menangkap sejumlah besar ikan.
Kejadian ini sebenarnya mengingatkan Petrus akan peristiwa yang serupa kurang lebih tiga tahun lalu ketika pertama kali ia dipanggil oleh Yesus dari seorang penjala ikan menjadi penjala manusia. Bukankah pada waktu itu ia juga baru pulang setelah semalaman menjala ikan tanpa hasil apa-apa? Atas petunjuk Yesus, dimana ia harus melemparkan jalanya ke tempat yang dalam, maka barulah ia memeroleh tangkapan ikan yang banyak sekali. Sebetulnya, peristiwa siang itu adalah cara Yesus kembali memanggil murid-murid-Nya, khususnya Simon Petrus, untuk kembali mengikut Dia.
Memang beberapa waktu terakhir, bagi Simon Petrus merupakan hari-hari yang penuh dengan kegalauan. Bukankah kita semua tahu, bahwa ia baru saja menyangkal Yesus tiga kali pada malam waktu Yesus ditangkap? Petrus sangat terpukul dan merasa sangat tidak layak untuk menjadi seorang pengikut Yesus. Maka hari itu adalah hari dimana ia kembali ke pekerjaan lamanya sebagai penjala ikan.
Setelah selesai makan bersama, Yesus secara pribadi bertanya kepada Simon Petrus: “Apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada semua ini?” Pertanyaan yang tidak main-main. Yesus bertanya kepada Simon Petrus apakah ia masih memiliki komitmen kepada Kristus dan Kerajaan Sorga yang lebih besar dari komitmen apa pun yang pernah ia buat. Kasih kepada Tuhan yang disertai dengan komitmen untuk mengutamakan Tuhan sebagai yang dikasihi lebih daripada apa pun merupakan bagian dari perjanjian dengan Tuhan sejak zaman Perjanjian Lama. Pertanyaan Yesus ini merupakan sebuah pertanyaan lama yang kembali diulang.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Tuhan hendak memastikan apakah setiap kita sungguh-sungguh mengasihi-Nya dengan segenap hati kita. Adalah mudah memang menjawab pertanyaan Tuhan ini dengan berkata melalui mulut kita bahwa kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Demikian pula, mudah bagi Petrus untuk sekedar menjawab pertanyaan Yesus dengan mengatakan bahwa ia sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Bahkan jauh sebelum peristiwa penyangkalan, Petrus sudah menyatakan kasih dan komitmennya kepada Yesus, namun yang terjadi adalah tidak seperti yang ia ucapkan, bahkan berakhir dengan penyangkalan. Dan ini yang membuat Petrus begitu terpukul sekali dengan perbuatannya.
Melalui pesan-Nya ini sebetulnya Tuhan ingin mengajak kita untuk melakukan introspeksi ulang terlebih dahulu sebelum kita melangkah lebih jauh. Apakah kasih kita kepada Kristus lebih dari semua kecintaan kita terhadap apapun. Ada perkara-perkara yang lebih besar yang Tuhan mau lakukan bersama kita, namun semua itu akan menjadi percuma apabila umat Tuhan memiliki dasar pengiringan yang rapuh.
Beberapa hal yang harus kita perhatikan berkaitan dengan pesan Tuhan ini, di antaranya adalah:
(1). Miliki dasar pengiringan atau dasar pelayanan yang benar.
Yoh. 21:15 Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?”…
Banyak orang-orang yang ketika ditanya dasar apa yang membuat ia mengiring Tuhan atau melayani Tuhan, mereka menjawab dengan jawaban-jawaban yang begitu luar biasa. Tidak sedikit yang berkata bahwa mereka ingin memajukan Kerajaan Sorga di bumi. Ada pula yang menjawab bahwa mereka memiliki kerinduan untuk belajar dan mengajarkan ulang hal-hal ilmu tentang Tuhan. Bahkan ada yang berkata bahwa tujuan ia melayani adalah karena ingin membantu orang dengan masalah mereka. Semua itu adalah alasan-alasan yang luar biasa, namun belum cukup memadai untuk melayani Kristus. Karena apabila motif yang benar tidak cukup kuat ada di hati, maka akan sewaktu-waktu “terbakar” di dalam pengiringan atau pelayanan seseorang untuk Tuhan.
Melalui percakapan Yesus dengan Simon Petrus ini, Tuhan sebetulnya ingin agar Petrus kali ini memiliki dasar pengiringan yang benar. Bukan sekedar luapan emosi semata-mata yang keluar dari mulutnya bahwa ia mengasihi Tuhan. Bukankah Petrus ini dikenal sebagai murid yang kerap bertindak atau berkata-kata tanpa berpikir terlebih dahulu. Seorang yang begitu yakin akan kemampuan dirinya. Sehingga bagi Petrus mengasihi Yesus dianggap suatu hal yang ringan. Namun ketika pengujian datang, ia gagal. Kita harus ingat, dasar untuk melayani Tuhan adalah sungguh-sungguh mengasihi Kristus karena Ia telah terlebih dahulu mengasihi kita dengan rela mati bagi kita. Kasih yang sungguh-sungguh akan menuntun kita kepada tindakan yang tulus dan penuh komitmen.
(2). Miliki kesadaran bahwa Tuhan selalu memberikan kesempatan kembali kepada kita.
Yoh. 21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.
Bagi ukuran umum ataupun ukuran di dunia pelayanan, perbuatan menyangkalnya Petrus di malam penangkapan Yesus sungguh merupakan kesalahan sekaligus kegagalan yang sangat fatal. Bukan hanya sekali, bahkan tiga kali ia menyangkal sebelum fajar menyingsing bahwa ia tidak mengenal Yesus. Semua dilakukan demi untuk menyelamatkan dirinya. Ia khawatir bahwa ia pun akan diperlakukan sama apabila ia dikenal sebagai salah seorang murid Yesus. Apa yang dilakukan Petrus ini tidak lebih baik dari Yudas.
Meskipun hidup Yudas berakhir dengan bunuh diri, Petrus sempat merasa dirinya tidak berguna lagi. Seorang yang tadinya telah mengambil keputusan untuk mengikut Yesus sebagai penjala manusia, melayani dengan semangat yang luar biasa, akhirnya memutuskan untuk kembali lagi sebagai penjala ikan. Di tengah kegagalannya, Yesus mendatanginya untuk mengajaknya kembali mengikut Dia. Sangat tidak mudah bagi Petrus. Apalagi ketika Yesus bertanya apakah Petrus mengasihi Dia melebihi yang lain, kali ini berat sekali untuk mengatakan bahwa ia mengasihi seperti kasih yang dimaksud Yesus. Namun Yesus memahami kondisi Petrus. Ia rela “turun” ke posisi dimana Petrus berada untuk kembali mengangkatnya.
Mari jemaat Tuhan, pesan ini bukan untuk sekedar memerlihatkan keburukan atau kegagalan Simon Petrus di masa lalu semata-mata, namun ditujukan kepada setiap kita bahwa sangat mungkin kita bisa berada di posisi Simon Petrus. Oleh karena itu, Tuhan mau kita meluangkan waktu kita lebih banyak di hadirat-Nya, alami dan terima lebih lagi akan kasih-Nya yang tak terbatas dan tak bersyarat itu.
Tuhan Yesus memberkati!