ALAT YANG BERFUNGSI BAGI TUHAN
Yesaya 49:2 Ia telah membuat mulutku sebagai pedang yang tajam dan membuat aku berlindung dalam naungan tangan-Nya. Ia telah membuat aku menjadi anak panah yang runcing dan menyembunyikan aku dalam tabung panah-Nya.
Alat atau perkakas (Ing.: tools) adalah instrumen yang sering digunakan untuk mempermudah pekerjaan kita sehari-hari. Jenis dan bentuk dari alat-alat tersebut pun beragam tergantung dari fungsi dari masing-masing alat. Beberapa contoh alat-alat tersebut adalah sendok, garpu, pisau, pen, dan lain-lain. Tanpa menggunakan alat-alat tersebut kita mungkin tetap masih dapat melakukan aktivitas kita sehari-hari, namun pekerjaan akan menjadi lebih mudah apabila kita dibantu oleh sejumlah benda dan peralatan.
Menjadi alat dalam dalam tangan Tuhan adalah istilah yang sering muncul dalam Alkitab sejak zaman dahulu. Sejak awal manusia dipakai oleh Tuhan, maka manusia disebut sebagai alat-Nya Tuhan. Ternyata bukan hanya umat Tuhan saja yang dipakai sebagai alat oleh Tuhan, melainkan juga bangsa-bangsa di luar umat Tuhan, juga termasuk berbagai benda, binatang dan tanaman. Dalam berbagai peristiwa di Alkitab Tuhan menggunakan berbagai jenis binatang sebagai alat, seperti misalnya keledai yang digunakan Tuhan untuk menegur Bileam. Tuhan menggunakan sepotong kayu untuk membuat air pahit menjadi manis dalam peristiwa di Mara atau menggunakan semak belukar sebagai sarana berbicara dengan Musa.
Semua yang digunakan sebagai alat oleh Tuhan adalah pribadi-pribadi dan benda-benda biasa yang terbuat dari bahan-bahan yang sederhana yang mudah ditemukan. Namun “mulia” atau tidaknya seseorang atau sebuah benda tergantung pada siapa yang menggunakanya. Sepotong kayu akan tetap menjadi sepotong kayu yang tidak memiliki nilai apa-apa, sampai Tuhan menggunakan sepotong kayu tersebut sebagai alat ditangan-Nya, maka barulah terlihat bahwa sepotong kayu tersebut dapat mengubahkan rasa air.
Nabi Yesaya di masa akhir pembuangan bangsa Israel, mendapat mandat menyuarakan perkataan Tuhan untuk mengembalikan bangsa Israel kepada Tuhan dan untuk menegakkan dan mengembalikan suku-suku Israel ke tanah kelahirannya. Meskipun perkataan ini adalah perkataan nubuatan bagi kedatangan Mesias kelak, Yesaya menyadari bahwa ia adalah alat yang Tuhan percayakan banyak hal kepadanya. Tuhan membuat mulutnya sebagai pedang yang tajam dan membuat ia menjadi anak panah yang runcing dan tersembunyi dalam tabung panah-Nya Tuhan. Sebagai seorang manusia biasa tentu hal ini bukanlah hal yang mudah, namun ia menyadari bahwa ia berada pada tangan Tuhan yang dahsyat.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan menyatakan bahwa sebagai manusia kita adalah pribadi-pribadi yang tidak jauh berbeda dengan kebanyakan orang pada umumnya. Namun yang membedakannya adalah status dan fungsi kita di hadapan Tuhan. Sebagai alat di tangan Tuhan, selayaknya Ia ingin setiap kita sungguh-sungguh berfungsi bagi kepentingan Kerajaan Sorga secara konsisten. Perbuatan yang selaras dengan status kita sebagai alat di tangan Tuhan. Seperti layaknya seorang tentara, dimanapun ia berada dan situasi apapun yang dihadapi, status dan fungsinya sebagai tentara tetap melekat kepada dirinya. “Pedang di mulut” dan “anak panah yang runcing” seorang prajurit Tuhan senantiasa siap sedia untuk digunakan.
Beberapa prinsip yang harus kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan ini, agar senantiasa menjadi alat yang berfungsi bagi Tuhan, di antaranya adalah:
(1). Memahami bahwa nilai sebuah alat ditentukan dari pribadi yang menggunakanya
Yesaya 49:3 Ia berfirman kepadaku: “Engkau adalah hamba-Ku, Israel, dan olehmu Aku akan menyatakan keagungan-Ku.”
Menyandang pengakuan Tuhan sebagai alat-Nya saja sudah merupakan nilai tersendiri bagi Yesaya. Jelas sekali dikatakan bahwa melalui keberadaan Yesaya Tuhan sendiri yang akan menyatakan keagungan-Nya. Namun menyandang sebuah pengakuan saja belumlah dapat dikatakan bahwa sebuah alat memiliki nilai yang maksimal sampai alat tersebut terbukti melakukan fungsinya. Sebilah pisau hanya akan memiliki nilai sebuah pisau biasa sampai pisau itu melakukan fungsinya di tangan seorang juru masak (chef) ternama. Berbeda nilainya apabila pisau yang sama jatuh ke tangan seorang pembunuh.
Bisa dibayangkan nilai seorang nabi Yesaya apabila melalui mulutnya ia menyatakan berita keselamatan serta menyampaikan perkataan Tuhan secara khusus kepada bangsa Israel. Bagi penilaian manusia pada umumnya, Yesaya dianggap sebagai nabi yang tidak berhasil memenangkan bangsa Israel kepada pertobatan, namun di mata Tuhan Yesaya telah berhasil melakukan kehendak-Nya. Ia melakukan tepat seperti yang Tuhan kehendaki. Ia memfungsikan mulutnya bagaikan sebuah pedang firman yang tajam. Demikian pula nilai kita sebagai alat-Nya Tuhan, bukan sekedar status sebagai umat tebusan-Nya saja, terlebih apabila kita melakukan fungsi kita sebagaimana seharusnya secara konsisten di mana pun kita berada.
(2). Memahami bahwa alat digunakan berdasarkan sasaran penggunanya
Yesaya 49: b …Ia telah membuat aku menjadi anak panah yang runcing dan menyembunyikan aku dalam tabung panah-Nya.
Setelah kita, sebagai anak panah-Nya Tuhan, diraut dan diruncingkan oleh Tuhan, jangan sampai kita sendiri yang ingin menunjukkan kemampuan, kharisma, keindahan kita kepada dunia. Kita ingin agar dunia tahu betapa Tuhan telah memberkati kita. Kedengarannya hal itu seperti ide yang baik, namun jangan-jangan kita berakhir menjadi memuliakan diri sendiri ketimbang Tuhan. Kita semua hanyalah alat di tangan Tuhan. Karena itu, kita perlu menyadari bahwa Tuhan telah membuat kita menjadi “anak panah yang runcing” untuk digunakan berdasarkan tujuan dan kehendak-Nya sendiri.
Sebagai anak panah, tujuan kita adalah untuk mengenai sasaran. Apakah kita yang menentukan sasarannya? Bukan, Tuhanlah yang menentukan sasarannya. Anak panah hanya dilepaskan berdasarkan sasaran si pemanahnya. Pengertian inilah yang perlu kita pahami. Apabila kita menyadari bahwa kita hanyalah sebuah alat di tangan Tuhan, maka seperti apa alat itu digunakan, semua mengikuti keinginan Tuhan. Yesaya menyadari bahwa dirinya adalah sekedar alat di tangan Tuhan, maka apapun yang Tuhan perintahkan untuk dilakukan, ia tidak berkuasa untuk membantahnya sekalipun bukan sesuatu yang ia inginkan. Ketidaktaatan terjadi ketika seseorang merasa mampu untuk melakukannya sendiri.
Mari jemaat Tuhan, seringkali kita lebih menyadari diri kita sebagai pengguna alat ketimbang alat itu sendiri. Di hadapan Tuhan, kita tidak lebih dari sebuah alat yang biasa, namun apabila tiba waktunya untuk digunakan, maka barulah kita menyadari bahwa di tangan Tuhan yang terampil kita begitu indah digunakan oleh-Nya. Jauh lebih indah dibandingkan kita melakukannya sendiri.
Tuhan Yesus memberkati!