AKU TIDAK AKAN TAKUT (I Will Not Fear)
Mazmur 118:6 TUHAN di pihakku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku? (NKJV.: The Lord is on my side; I will not fear. What can man do to me?)
Setiap manusia pasti dapat mengalami takut. Namun tidak semua jenis ketakutan boleh dialami oleh manusia. Ada takut emosional yang merupakan rasa takut yang normal sebagai manusia, karena itu merupakan naluri yang dimiliki manusia sebagai makhluk hidup. Bahkan takut jenis ini perlu dimiliki oleh manusia untuk menjaga dirinya, karena hal itu dapat menjadi tanda bagaimana seseorang harus berhati-hati dalam menghadapi sesuatu. Entahkah situasi yang berbahaya atau situasi yang tidak diharapkan. Mana yang harus dihadapi dan mana yang harus dihindari.
Namun ada jenis ketakutan yang tidak selayaknya dimiliki oleh manusia, khususnya orang percaya. Ketakutan tersebut adalah jenis ketakutan spiritual. Jenis ini dapat menjadi sesuatu yang tidak sehat dan dapat menjadi penghalang bagi orang percaya untuk melakukan sesuatu hal atau dalam mencapai tujuannya. Tidak sedikit mereka yang “dihinggapi” jenis rasa takut ini dapat melemahkan atau melumpuhkan dirinya, bahkan kehilangan kemampuan untuk hidup dan bertumbuh secara sehat di dalam Tuhan.
Bayangkan jika seseorang tidak dicengkeram oleh rasa takut seperti itu, ia tentu akan berani melakukan banyak hal yang dikehendaki Tuhan. Ia akan menjadi percaya diri, jauh dari prasangka dan kecemasan dalam hidup, hidup tanpa beban berat yang menekan. Sukacita dan optimis dalam menghadapi segala sesuatu. Tidak takut menghadapi tantangan. Bebas mengasihi dan mengampuni sesama, bahkan akan menjadi berkat.
Mazmur 118 ini merupakan doa ucapan syukur pemazmur kepada Tuhan. Di situ ia menjelaskan alasan mengapa dirinya menaikkan ucapan syukurnya. Dalam hidupnya, ia mengalami banyak pertolongan Tuhan; Ia melihat langsung bagaimana tangan Tuhan yang perkasa menopang hidupnya dari gempuran para lawannya. Meskipun didikan Tuhan itu keras, di balik semuanya itu terdapat kasih setia Tuhan yang menyelamatkan. Itu sebabnya pemazmur berniat untuk menceritakan segala perbuatan Allah Israel yang hidup kepada semua orang.
Satu hal yang menarik dari mazmur ini adalah cara pemazmur bersikap menghadapi berbagai tantangan dan intimidasi yang mencoba menekannya untuk membuat dirinya ketakutan dan tak berdaya. Ia tidak bersikap pasif dan menerima segala bentuk ancaman tanpa dapat melakukan apa-apa. Ia tidak membiarkan dirinya ditekan, sehingga menjadi putus asa dan kehilangan pengharapan. Namun dengan lantang ia berkata: “Aku tidak akan takut!”
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan menghendaki umat-Nya memiliki respon yang benar saat ketakutan dan berbagai ancaman mencoba menghinggapi. Tidak sedikit orang percaya yang membuka pintu begitu saja terhadap berbagai kabar berita, berbagai fakta ancaman yang membuat dirinya akhirnya menjadi ketakutan. Lalu kemudian bergumul, memohon kepada Tuhan untuk membebaskan dirinya dari rasa takut. Ingat ketakutan jenis spiritual ini bukan berasal dari Tuhan. Tujuannya jelas, yaitu membuat umat Tuhan tidak berjalan maju ke tujuan Tuhan. Menghalangi umat Tuhan membuat berbagai kemajuan dalam hidupnya. Tuhan mau umat-Nya belajar dari pemazmur yang terlebih dahulu membuat pagar penghalang, menutup pintu dari apapun yang dapat membuat dirinya menjadi takut dan kalah.
Beberapa hal yang perlu kita pahami untuk dapat menghadapi berbagai situasi apapun yang dapat membuat menjadi takut, di antaranya adalah:
(1). Pastikan bahwa kita berada di pihak Tuhan
Mazmur 118:6 TUHAN di pihakku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?
Tidak sedikit orang percaya yang begitu “pede” bahwa Tuhan berada di pihaknya, sehingga ia begitu yakin bahwa Tuhan pasti setuju dengan apa yang dilakukan, pasti Tuhan akan membela dirinya. Apakah kita sudah merespons penyertaan Allah dengan mengikuti jalan-Nya? Apakah rencana kita sudah sesuai dengan kehendak-Nya? Apakah pikiran dan tindakan kita selaras dengan kebenaran-Nya? Jangan beranggapan bahwa Tuhan pasti akan senantiasa mendukung segala keinginan, rencana, pandangan, atau keputusan kita. Tidak mustahil rencana kita yang terbaik justru bertentangan dengan kehendak Tuhan.
Lewat pesan-Nya ini kita diingatkan untuk memastikan apakah kita sebagai orang percaya sungguh-sungguh berada di pihak-Nya Tuhan. Hal ini selaras dengan prinsip keberpihakan yang ditulis rasul Paulus dalam Roma 8: 31 (Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?). Bukan hanya sekedar suka menggunakan nama Tuhan, tetapi ini berbicara tentang keberpihakan kita kepada Tuhan. Yakobus 4:7 juga mengajarkan hal yang sama, bahwa kita tidak dapat melawan si jahat bila kita tidak memiliki penundukan kepada hukum Tuhan, bukan hanya sekedar bisa mengucapkan nama Tuhan dan firman. Jadi yang penting adalah bertindak dalam otoritas karena kita ada di pihak-Nya. Jika Allah di pihak kita siapakah musuh yang dapat lawan kita? Tidak ada!
(2). Pastikan bahwa yang menjadi tempat perlindungan kita adalah Tuhan, bukan yang lain.
Mazmur 118:8 Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada manusia.
Tidak ada satu tempat mamapun yang paling aman di dunia ini untuk kita dapat berlindung. Tidak ada siapapun manusia yang dapat menjamin kita aman dan terlindungi karena semuanya itu ada batasnya. Pemazmur sudah memiliki pengalaman bagaimana terbatasnya berlindung dan mengandalkan manusia, bahkan kepada para pembesar dan bangsawan sekalipun (ay. 9). Karena seberapa tinggi jabatan dan pangkat yang mereka sandang, mereka sendiri pun tidak dapat menyelamatkan diri mereka. Bahkan seberapa ketat kita dijaga dan dilindungi oleh manusia, tetap akan selalu ada celah yang bisa ditembus oleh si musuh.
Tempat perlindungan memiliki makna yang sangat penting bagi setiap orang ketika berada di dalam masalah dan pergumulan. Karena di tempat itu setiap pribadi rindu mendapatkan keamanan dan penghiburan dari setiap masalah yang ada.
Suatu ketika, datanglah orang-orang yang memiliki masalah, orang-orang yang sakit hati, orang-orang yang dikejar tukang piutang, orang-orang yang dikejar untuk dibunuh mencari tempat untuk berlindung. Mereka kemudian mendapatkan sebuah gua, yang bernama gua Adulam dan bersembunyilah mereka di situ. Apakah masalah mereka terselesaikan hanya dengan masuk dan berlindung ke dalam gua tersebut? Ternyata tidak. Sampai mereka di dalam gua itu berjumpa dengan Daud yang memerkenalkan bahwa ada pribadi Pelindung yang sesungguhnya, yaitu Tuhan yang disembah oleh Daud. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, orang-orang yang tadinya memiliki berbagai masalah tersebut tampil sebagai prajurit-prajurit yang luar biasa. Mereka kini dapat berkata dengan lantang: “Apa yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?”
Mari jemaat Tuhan, melalui pesan-Nya ini, Tuhan mau mengubahkan cara pandang kita selama ini. Seringkali orang percaya tanpa disadari begitu mudah memasukkan ketakutan ke dalam hidupnya, membiarkan ketakutan menguasai, lalu kemudian menghabiskan waktu sekian lama untuk meminta Tuhan membebaskan dirinya dari ketakutan. Belajar kepada pemazmur untuk berani mengatakan, “Aku tidak akan takut,” Tetapi bukan hanya sekedar ucapan di bibir, namun pastikan bahwa kita ada di pihaknya Tuhan dan pastikan bahwa kita telah menjadikan Tuhan sebagai tempat perlindungan kita satu-satunya.
Tuhan Yesus memberkati!