Nehemia 3:1-32 (1) Maka bersiaplah imam besar Elyasib dan para imam, saudara-saudaranya, lalu membangun kembali pintu gerbang Domba. Mereka mentahbiskannya dan memasang pintu-pintunya. Mereka mentahbiskannya sampai menara Mea, menara Hananeel.
Di tengah ancaman pihak musuh yang berusaha menghalangi dibangunnya kembali tembok Yerusalem, Nehemia bahu membahu bersama segenap orang Israel yang sama-sama merindukan dibangunnya kembali tembok yang telah roboh itu. Memang, tidak semua orang Israel memiliki kemampuan yang sama, namun Nehemia berhasil mensinergikan kemampuan yang berbeda-beda itu ke dalam sebuah kekompakan kerjasama tim yang baik.
Pada dasarnya manusia memang diciptakan bukan untuk menjadi mahluk yang tahu dan sanggup berbuat segalanya sendirian. Kita diciptakan sebagai mahluk sosial yang harus saling berinteraksi dan berintegrasi dengan orang lain. Kita adalah bagian dari masyarakat yang terintegrasi di dalamnya. Dan ini haruslah kita ingat karena tidak satupun dari kita yang cukup hebat untuk bisa berhasil sendirian.
Firman Tuhan juga mengingatkan kita agar tidak berjalan sendirian. Kita tidak dianjurkan untuk merasa sanggup melakukan segalanya sendirian. “Berdua lebih baik dari pada seorang diri, …Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.“(Pkh. 4:9-12). Firman yang dengan jelas mengingatkan kita sebagai mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian. Dalam hal rohani pun demikian. Network (jejaring) dan teamwork (kekompakan tim) yang kokoh dibutuhkan bukan saja untuk kepentingan umum, tetapi juga untuk menyatakan terang Allah dan memperluas Kerajaan-Nya di muka bumi ini.
Sebuah teamwork yang baik adalah kumpulan orang-orang yang memiliki tujuan yang sama, berjalan ke arah yang sama dan berisi orang-orang yang saling peduli satu sama lain dan tidak mementingkan diri sendiri serta diarahkan kepada tujuan-tujuan yang benar, baik dan membangun. Dan itu sangatlah dibutuhkan terutama dalam melaksanakan tujuan Tuhan. Tanpa membangun network yang baik akan sulit bagi kita untuk memperoleh teamwork yang kuat. Saling menasihati, memberi masukan, menegur jika perlu, dan saling mengulurkan tangan untuk membantu, itu akan membuat kita semua bisa bertumbuh dengan baik.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Tuhan sedang mengajarkan makna kekompakan atau kerjasama tim yang baik di antara kita orang-orang percaya. Kekompakan adalah bukan tentang memiliki kemampuan yang sama ataupun beribadah dan melayani di tempat yang sama secara bersama-sama. Kekompakan adalah tentang memadukan kemampuan atau bakat-bakat berbeda yang akan bisa menjadi sesuatu yang luar biasa jika tersambung atau terhubung dengan orang-orang lain yang memiliki kemampuan berbeda untuk mencapai tujuan yang sama.
Gagalnya orang percaya seringkali dikarenakan menghidupi tujuan yang berbeda di dalam atap yang sama. Dan atap itu bisa bermakna gereja, rumah tangga, ataupun usaha.
Bagaimana kekompakan tim dapat diwujudkan?
(1). Menyadari perbedaan untuk saling melengkapi.
Neh. 3:8 Berdekatan dengan mereka Uziel bin Harhaya, salah seorang tukang emas, mengadakan perbaikan, dan berdekatan dengan dia Hananya, seorang juru campur rempah-rempah. Mereka memperkokoh Yerusalem sampai tembok Lebar.
Untuk dapat menyelesaikan pembangunan tembok Yerusalem yang lebar dan luas dalam waktu yang singkat tentunya bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan keterlibatan banyak orang untuk ikut ambil bagian di dalamnya. Perbedaan profesi dan latar belakang seharusnya bukanlah alasan bagi mereka untuk tidak mau terlibat di dalamnya. Justru perbedaan kemampuan yang dimilikilah akan membuat pekerjaan pembangunan akan lebih efektif, karena masing-masing orang akan saling melengkapi satu dengan yang lain.
Bagaimana mungkin Uziel bin Harhaya, seorang tukang emas, dapat bekerja sama dengan Hananya, seorang juru campur rempah-rempah? Kecuali ketika mereka menyadari bahwa keahlian mereka masing-masing bisa digunakan untuk saling melengkapi satu dengan yang lain, sehingga penyelesaian pembangunan tembok dapat berjalan lebih cepat. Inti permasalahannya adalah bukan karena yang satu berbeda dengan yang lain, tetapi apakah mereka mau menggunakan perbedaan yang mereka miliki untuk tujuan yang lebih besar atau tidak.
(2). Menyadari tujuan utamalah yang menjadi sumber motivasi.
Neh. 2:18 Ketika kuberitahukan kepada mereka, betapa murahnya tangan Allahku yang melindungi aku dan juga apa yang dikatakan raja kepadaku, berkatalah mereka: “Kami siap untuk membangun!” Dan dengan sekuat tenaga mereka mulai melakukan pekerjaan yang baik itu.
Di tengah kondisi tembok Yerusalem yang telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya yang habis dimakan api, Nehemia barulah menceritakan kepada segenap orang-orang Yahudi maksud dan tujuannya datang ke Yerusalem, tidak lain karena Allah yang telah menaruhkan dihatinya tujuan untuk pemulihan tembok Yerusalem. Mendengar hal itu, serentak mereka menyatakan kesanggupan dan kesiapannya untuk bersedia ambil bagian dalam pekerjaan Tuhan yang besar tersebut.
Apa yang dapat membuat sebuah tim sepakbola yang di dalamnya terdapat pemain-pemain yang memiliki keterampilan tinggi dapat dipersatukan dan kemudian bekerja sama bahu membahu menghadapi lawan yang tangguh? Jawabannya tidak lain adalah karena mereka dipersatukan dalam tujuan yang sama, yaitu mencetak gol untuk kemenangan tim negaranya. Demikian pula kita, apa yang seharusnya memotivasi kita untuk siap bekerja bahu membahu di dalam pekerjaan Tuhan? Jawabannya adalah karena visi Kerajaan Sorga yang Tuhan telah tetapkan bagi kita untuk mencapainya.
Mari jemaat Tuhan, kekristenan tidak pernah berbicara tentang pribadi-pribadi yang tertutup, diam, dan bersembunyi di balik kenyamanan urusan masing-masing. Kekristenan adalah tentang menangkap dan menghidupi visi Tuhan, dan itu hanya dapat tercapai ketika setiap kita jemaat Tuhan bahu membahu bekerja sama, terlepas kemampuan apa pun yang kita miliki. Selamat bekerja!
Tuhan Yesus memberkati!