Ul. 30:19 Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu,
Menjelang berakhirnya kepemimpinan Musa yang telah memimpin bangsa Israel selama empat puluh tahun yang dimulai sejak masih berada di tanah perbudakan Mesir hingga hampir menginjakkan kaki di Tanah Perjanjian, Musa memberikan nasihat-nasihat terakhirnya kepada seluruh bangsa Israel di tepian sungai Yordan. Sebetulnya nasihat-nasihat yang disampaikan Musa adalah pengulangan dari apa yang telah Tuhan sampaikan sebelumnya kepada bangsa Israel di sepanjang perjalanan. Pada waktu itu Musa mengingatkan kembali seluruh bangsa Israel, antara lain bahwa betapa banyaknya keputusan-keputusan salah yang telah mereka ambil sehingga perjalanan yang seharusnya dapat ditempuh dalam waktu singkat, pada kenyataannya harus mereka jalani selama empat puluh tahun. Musa mengingatkan pula bahwa betapa banyaknya kematian sia-sia selama di padang gurun yang harus dialami oleh angkatan-angkatan terdahulu yang diakibatkan oleh karena mereka telah mengambil keputusan yang salah dengan tidak memerdulikan hukum-hukum Tuhan, bahkan memilih untuk menyembah kepada allah-allah lain dan membuat patung dewa tuangan.
Artinya, ada begitu banyak peristiwa menyedihkan yang akhirnya harus dialami bangsa Israel akibat keputusan-keputusan salah yang telah mereka lakukan. Itulah sebabnya menjelang kepemimpinan Musa beralih kepada Yosua yang akan membawa mereka menyeberang sungai Yordan untuk masuk ke Tanah Perjanjian, maka Musa menasihati bangsa itu sekali lagi bahwa apabila mereka suatu hari diperhadapkan kepada pilihan, yaitu kehidupan atau kematian, berkat atau kutuk, maka kehidupanlah yang harus mereka ambil.
Tuhan sungguh sangat baik, hingga Ia terlebih dahulu memberikan jawaban yang benar kepada bangsa Israel saat mereka diperhadapkan kepada pilihan, yaitu untuk mengambil keputusan yang mendatangkan kehidupan, karena sesungguhnya Tuhan tidak menghendaki seorangpun dari umat-Nya tersesat dan binasa. Nasihat tersebut dipraktekkan dengan baik di zaman Yosua dan di zaman tua-tua yang hidup lebih lama dari Yosua, sehingga hasilnya pada masa itu seluruh bangsa Israel beribadah hanya kepada satu Allah yang hidup. Semua itu dapat terjadi dimulai ketika Yosua mengajarkan hal yang sama seperti yang dilakukan Musa, kepada seluruh rakyat Israel untuk membuat pilihan yang benar, Yosua 24:15 . . . pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!”
Kalau kita perhatikan, dalam kehidupan semua tokoh-tokoh di Alkitab seringkali mereka diperhadapkan dengan pilihan-pilihan penting yang harus diambil. Nuh memiliki pilihan, Yunus pun demikian, termasuk Zakheus, bahkan Paulus sendiri harus membuat pilihan, dan tidak terkecuali diri kita. Jangan mempercayai dusta si iblis yang mencoba berbisik bahwa kita tidak memiliki kuasa untuk membuat pilihan. Tidak ada istilah “makan buah simalakama”, yang artinya: “dimakan ayah mati, tidak dimakan ibu yang mati”. Di dalam Yesus selalu ada pilihan yang tepat dan jalan terbaik. Ia telah memberikan kepada kita kunci untuk memilih dengan benar, yaitu dengan mendengarkan perkataan-Nya. Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Seringkali kita diperhadapkan dengan banyak pilihan, dan seringkali pula kita salah dalam membuat pilihan.
Beberapa hal yang dapat kita jadikan panduan dalam menentukan pilihan, di antaranya:
(1). Apakah sesuai dengan perkataan firman Tuhan
Dalam kehidupan sebagai orang percaya pertama-tama kita harus memutuskan dasar yang akan kita gunakan untuk melandasi kehidupan kita. Alkitab mengatakan bahwa tidak ada dasar lain yang dapat kita gunakan selain Yesus Kristus sendiri, Ialah batu karang yang tidak akan tergoncangkan. Namun kenyataannya kita lebih sering membuat keputusan berdasarkan apa yang dikatakan masyarakat secara umum daripada apa yang Tuhan katakan, karena pada dasarnya daging lebih menyukai apa yang dikatakan dunia. Ketika kita mendasari keputusan-keputusan kita dengan opini umum yang berlaku di masyarakat, maka dalam waktu singkat itu akan menjadi sesuatu yang lemah dan usang, karena segala yang ada di dunia selalu berubah dan tidak ada yang abadi bahkan tidak jarang berujung pada kebinasaan.
Sebaliknya, jika kita mendasarkan kehidupan kita pada perkataan firman Tuhan, maka kebenaranlah yang akan menjadi fondasi yang tidak akan pernah tergoyahkan. Apa yang Tuhan katakan adalah benar 10.000 tahun yang lalu, tetap benar sampai hari ini, dan akan tetap benar sampai selamanya, tidak perduli dengan apa yang dikatakan oleh orang-orang, tidak perduli dengan apa yang media katakan, tidak perduli dengan apa yang dunia katakan. Dan apa yang sudah Tuhan katakan salah 10.000 tahun yang lalu, tetap salah sampai hari ini, dan akan tetap salah selamanya, tanpa ada satu kuasapun yang dapat membuat Ia berkompromi akan hal itu.
Apabila kita memilih untuk menolak, mengabaikan, dan tidak mau menaati prinsip-prinsip kebenaran firman Tuhan, maka sudah pasti kita sendirilah yang akan menanggung segala konsekuensinya. Biasakanlah untuk bertanya apakah keputusan yang akan diambil sudah selaras dengan apa yang akan Tuhan katakan tentang hal tersebut? Ketika kebenaran berkata ya, maka lakukanlah, ketika kebenaran berkata tidak, maka jangan melakukannya. Pencobaan yang paling tua yang masih digunakan iblis terhadap manusia sejak zaman Adam sampai hari ini adalah meragukan firman Tuhan. Masihkah kita mau jatuh pada hal yang sama?
(2). Apakah keputusan yang diambil tidak boleh diketahui siapapun
Apabila kita hendak mengambil suatu keputusan dan kemudian timbul kekuatiran dalam hati kita bahwa keputusan yang akan kita ambil tersebut tidak boleh diketahui siapapun, maka ada kemungkinan keputusan atau pilihan yang akan kita ambil tersebut bukanlah sebuah keputusan yang benar. Keputusan yang salah, tanpa disadari, seringkali berujung pada rasa ingin menutup-nutupinya sebagai sebuah rahasia, dan keputusan yang demikian akan membawa sebuah beban baru bagi orang tersebut karena ada upaya untuk menutupinya, namun pada akhirnya tetap saja hal itu akan diketahui. Ams.10: 9 Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya, tetapi siapa berliku-liku jalannya, akan diketahui.
Itulah pentingnya menguji integritas diri kita sendiri terlebih dahulu sebelum membuat sebuah pilihan atau keputusan. Apa yang ada di dalam hati kita seharusnya tampak nyata terbaca jelas di dalam kehidupan kita sehari-hari. Apa yang kita ucapkan harus berpadanan dengan apa yang kita lakukan, itulah integritas. Sehingga pada akhirnya hal itu juga seharusnya berdampak kepada setiap keputusan atau pilihan-pilihan yang akan kita ambil. Pilihan yang mengabaikan integritas seringkali ditutup-tutupi agar tidak diketahui oleh orang lain, karena kuatir orang lain akan memiliki pandangan negatif terhadap diri si pembuat keputusan. Ananias dan Safira pernah mengambil jenis keputusan yang seperti ini dan berakibat fatal terhadap diri pribadi mereka sendiri. Mereka mengambil keputusan untuk mempersembahkan hasil penjualan sebidang tanah milik mereka, namun ada sebagian dari hasil penjualan tersebut yang mereka tahan bagi diri mereka sendiri secara diam-diam, karena mereka berpikir bahwa kalau hal itu sampai terungkap tentunya akan mempermalukan diri mereka. Rasul Petrus mengatakan bahwa mungkin saja mereka bisa mendustai manusia, tetapi tidak bisa mendustai Roh Kudus.
Umat Tuhan, masih ada beberapa pertimbangan lainnya yang perlu dilibatkan dalam setiap pilihan yang harus kita ambil. Namun satu hal yang Tuhan tekankan bagi kita, pilihlah keputusan yang berlandaskan kebenaran firman Tuhan, karena hal itulah yang membawa kita kepada kehidupan dan bukan kematian.
Tuhan Yesus memberkati