Lukas 6:27-38 (38) Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”
Pernahkah Saudara membeli sesuatu dari seorang penjual yang menggunakan sebuah kaleng takaran namun ternyata barang yang kita terima jumlahnya kurang dari yang seharusnya dia berikan? Sebagai pembeli tentu kita merasa keberatan. Bahkan seringkali pembeli mengharapkan si penjual memberi barang lebih banyak dari takaran yang digunakannya. Mengapa demikian? Karena seperti itulah manusia pada umumnya. Kita sering berharap menerima sesuatu lebih banyak dari yang semestinya kita terima.
Kalau begitu, seberapa banyak yang kita harapkan agar Tuhan mengisi “kaleng takaran-Nya” saat Ia memberikan sesuatu kepada kita? Apakah kita mau Tuhan hanya memberikan seperempat atau setengah dari ukuran kaleng takaran yang seharusnya dan meninggalkan banyak ruang kosong di dalam takaran tersebut, ataukah kita mau Tuhan mengisinya hingga penuh sampai batas atas dari takaran?
Ilustrasi yang Yesus ajarkan di atas menceritakan tentang seseorang yang datang ke pasar untuk membeli beras. Ia memberikan sejumlah uang kepada si penjual dan menunggu sang penjual untuk memberikan beras yang dibelinya. Sebagian pedagang umumnya akan memberikan beras lebih sedikit dari ukuran yang seharusnya. Namun kali ini berbeda. Yesus sedang berbicara tentang seorang pedagang yang memberikan ukuran yang baik kepada pembelinya. Setelah menuangkan beras ke dalam wadahnya, sang penjual lalu menekan-nekan beras tersebut ke dalam wadah tersebut agar semua beras turun sampai dasar takaran dan padat sehingga ia dapat mengisinya lebih banyak. Tidak cukup dengan itu, lalu sang penjual menggoyang-goyang wadahnya dengan maksud agar semakin lebih banyak lagi beras yang turun, sehingga ia dapat mengisi lebih banyak lagi.
Dan luar biasanya, penjual tidak berhenti sampai di situ. Saking banyaknya beras yang terisi ke dalam wadah, maka berasnya pun mulai melimpah keluar. Dan karena si pembeli ikut memegangi wadah yang sedang dituangi beras oleh si penjual, maka beras yang melimpah mulai berjatuhan dan masuk ke dalam tubuh dan jubahnya. Bisa kita bayangkan, berapa banyak beras yang diterima dan dibawa pulang oleh si pembeli berikut kelimpahannya tersebut? Seperti itulah gambaran kemurahan hati dan kelimpahan yang Tuhan curahkan bagi hidup kita, sekaligus bagi gereja-Nya.
Inilah pesan yang Tuhan berikan bagi kita minggu ini. Tuhan mau kita mengerti kelimpahan seperti apa yang Ia berikan, sekaligus mengajarkan kita untuk memiliki hidup yang melimpahkan banyak hal kepada sesama.
Beberapa hal yang perlu diaplikasikan agar mengalami prinsip kelimpahan ini:
(1). Menerima kelimpahan kasih-Nya terlebih dulu, agar bisa melimpahkannya lagi
Lukas 6: 27-28 “Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.
Seringkali yang terpikir di dalam hati banyak orang percaya adalah bahwa Kristus telah mati bagi mereka karena kasih-Nya, sehingga mereka merasa bahwa kasih Kristus telah melimpah di dalam mereka. Belum lagi ditambah dengan aktivitas ibadah dan pelayanannya, sehingga betul-betul merasakan kasih Tuhan yang indah. Dan itu merupakan sesuatu yang luar biasa. Namun konteks takaran yang dilimpahkan secara luar biasa oleh Tuhan di atas berbicara bukan tentang menabur materi, namun tentang mengasihi musuh dan orang-orang jahat.
Mudah bagi kebanyakan orang percaya untuk hidup dalam kasih dengan sesama ketika segala sesuatu berjalan dengan baik. Yesus sendiri mengatakan bahwa apabila kita mengasihi orang-orang yang mengasihi kita, maka tidak ada kelebihan dan jasa apapun yang patut diberikan, karena orang yang belum mengenal Tuhanpun akan melakukan hal yang sama. Namun Tuhan menekankan bahwa untuk mengalami takaran yang dicurahkan Tuhan, maka kita harus juga mengasihi musuh, termasuk di dalamnya orang-orang yang jahat, orang-orang yang pernah menyakiti kita, orang-orang yang kita hindari karena sesuatu sebab, dan lain-lain. Dan untuk kita bisa mengasihi orang-orang yang demikian tersebut, kita harus benar-benar terlebih dahulu mengalami kasih Kristus secara luar biasa, bukan dengan cara yang biasa-biasa atau merasa sudah cukup mengasihi.
(2). Menerima kelimpahan anugerah-Nya terlebih dahulu, agar bisa menerima orang lain
Lukas 6:37 “Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.
Kalau kita ada saat ini sebagai anak-anak Tuhan, itu semua karena anugerah-Nya yang luar biasa, bukan karena kebaikan dan hasil usaha kita. Setiap kita sesungguhnya tidak layak untuk menerima keselamatan, karena begitu besarnya dosa dan pelanggaran kita. Namun Bapa di Sorga oleh karena kasih anugerah-Nya yang begitu luar biasa, rela menyerahkan Anak-Nya yang tunggal untuk mati di kayu salib untuk menebus dosa dan pelanggaran kita. Oleh karena anugerah-Nyalah kita diselamatkan meskipun sebenarnya kita tidak layak menerimanya.
Cara pandang bahwa kita yang tidak layak menerima namun dilayakkan oleh Bapa di Sorgalah yang Tuhan ingin selalu kita bawa ke manapun kita berada, sehingga kita memiliki cara pandang yang sama terhadap orang-orang yang belum mengenal Kristus, termasuk orang-orang yang memiliki perilaku yang mungkin tidak sesuai dalam pandangan kita. Banyak orang percaya yang seringkali memilih untuk menilai bahkan menghakimi orang lain hanya dari sisi luarnya saja. Cara pandang yang seperti inilah yang akan menghambat kita dalam memenangkan jiwa-jiwa yang belum menerima keselamatan. Yesus mengajarkan, bahwa apabila kita menghakimi orang lain, sesungguhnya kita sedang mengambil alih posisi Yesus sebagai Hakim yang sesungguhnya.
Mari umat Tuhan, masih ada banyak hal yang Tuhan ingin kita alami kelimpahan-kelimpahan dari Diri-Nya, karena ketika kita penuh dengan segala yang baik dari Pribadi-Nya, maka kita akan dengan mudah mengalirkan kelimpahan tersebut kepada orang lain. Sebaliknya, ketika kita tidak mengalami kelimpahan dari Pribadi Tuhan, apatah yang dapat kita bagikan kepada orang lain?
Tuhan Yesus memberkati!