Matius 11:3 lalu menyuruh murid-muridnya bertanya kepada-Nya: “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?”
Inilah perintah yang diberikan Yohanes Pembaptis kepada murid-muridnya saat ia berada di dalam penjara akibat kecaman yang ia lontarkan mengenai pernikahan raja Herodes dengan saudaranya. Dari dalam penjara ia menyuruh murid-muridnya untuk bertanya kepada Yesus bahwa benarkah Ia adalah Mesias yang berita kedatangan-Nya sudah dinubuatkan ribuan tahun sebelumnya oleh para nabi. Pertanyaan ini dianggap wajar apabila dilontarkan oleh orang kebanyakan yang umumnya belum mengetahui banyak hal mengenai Yesus sebagai Mesias.
Namun pertanyaan ini menjadi sangat tidak wajar apabila yang bertanya adalah seseorang yang sebetulnya sangat mengetahui keberadaan pribadi Yesus. Yohanes Pembaptis adalah seorang yang sepanjang tiga puluh tahun terakhir terus menerus memberitakan tentang keberadaan Yesus sebagai Sang Mesias yang datang ke dunia. Bahkan di awal pelayanannya ia dikenal sebagai seorang yang berseru-seru di padang belantara dengan mengenakan pakaian dari bulu unta, memakan belalang dan madu hutan, mengabarkan kabar pertobatan sekaligus mempersiapkan jalan bagi Yesus. Selain itu, bukankah ia sendiri yang merasa tidak layak ketika mendapati Yesus datang kepadanya dan minta dibaptis olehnya, karena ia mengetahui siapakah Yesus sesungguhnya. Bayangkan, seorang yang sangat yakin tentang Yesus, berbalik menjadi seorang yang tidak yakin. Apa yang sebenarnya terjadi?
Banyak hal telah terjadi dalam kehidupan Yohanes Pembaptis dalam beberapa waktu terakhir. Kita tahu bahwa Yohanes Pembaptis dikenal sebagai seorang yang sangat pemberani. Ia tidak pernah ragu ataupun memandang bulu dalam pemberitaannya tentang kabar pertobatan dan keselamatan. Bahkan ia tidak segan segan mengecam kehidupan pribadi raja, meski akibatnya ia dijebloskan ke dalam penjara. Namun semua itu sebetulnya bukan masalah. Inti persoalannya adalah ia mulai ragu akan keberadaan Yesus.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Seseorang bisa ragu akan keberadaan Kristus dalam hidupnya, karena memang kurang memiliki pengenalan yang benar akan Sang Mesias. Namun seseorang bisa menjadi ragu akan Dia ketika sesuatu yang tidak mengenakkan, yang dia pikir tidak seharusnya terjadi dalam dirinya, namun ternyata harus ia alami, seperti yang terjadi pada Yohanes Pembaptis. Memang, tidak selalu bukti keragu-raguan akan Kristus itu dinyatakan secara eksplisit, langsung, lewat perkataan yang keluar dari mulut seseorang. Namun pernyataan keraguan dapat berupa sikap hati, perilaku atau menurunnya kinerja pelayanan seseorang dalam kesehariannya.
Apa yang seharusnya dilakukan ketika keraguan datang?
(1). Datang dan bertanya kepada pribadi yang tepat
Matius 11:3 lalu menyuruh murid-muridnya bertanya kepada-Nya: “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?”
Bersyukur kalau Yohanes Pembaptis di tengah-tengah keraguannya akan Yesus, tidak menyuruh murid-muridnya pergi dan bertanya kepada pribadi yang tidak kompeten mengenai persoalan yang dihadapinya. Yohanes menyuruh murid-muridnya untuk datang langsung kepada Yesus sendiri dan bertanya apakah benar Yesus adalah pribadi yang dimaksudkan sebagai Mesias ataukah mereka harus menantikan pribadi yang lain lagi. Dan luar biasanya, ketika para murid bertemu dengan Yesus mereka memperoleh jawaban yang sangat memuaskan. Dengan sabar Yesus menjelaskan bahwa bukti bahwa Ia adalah seorang Mesias dapat dilihat dari kekonsistenan diri-Nya di dalam melakukan tugas-tugas-Nya sebagai Mesias (Yoh. 11:4-6).
Kekonsistenan Yesus sebagai Mesias bukan hal yang seharusnya dipertanyakan karena memang sudah jelas. Sebaliknya, kekonsistenan Yohanes Pembaptis, seorang yang telah ditetapkan oleh Bapa di Sorga untuk menjadi seorang yang seharusnya mempersiapkan jalan bagi sang Mesias, yang diragukan. Demikian pula dengan orang percaya saat ini. Bukan kita sebagai orang percaya yang meragukan kekonsistenan Yesus, namun sebaliknya, kitalah yang seharusnya mengevaluasi kembali konsistensi kita sebagai seorang pemercaya Yesus. Masihkah kita menjadi seorang pemercaya yang sungguh-sungguh, masihkah kita konsisten melayani dan beribadah kepada-Nya?
(2). Menguatkan kepercayaan kita kepada Tuhan
Mazmur 56:4 Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu;
Daud pernah mengalami masa-masa dimana ia sempat ragu dalam penantian penggenapan janji Tuhan. Saat pertama kali nabi Samuel mengurapinya dengan minyak sambil mengatakan bahwa dialah yang akan menjadi raja kelak bagi bangsa Israel, usia Daud pada waktu itu diperkirakan masih sekitar sebelas tahun. Ada selang waktu sekitar sembilan belas tahun sampai akhirnya Daud dinobatkan sebagai raja, pada usia tiga puluh tahun. Selama masa penantian sembilan belas tahun itu hingga akhirnya ia menjadi raja, sekitar sepuluh tahun di antaranya Daud hidup dalam pelarian, dikejar-kejar hendak dibunuh oleh Saul. Wajar sekali kalau Daud sempat ragu akan janji Tuhan mengingat situasi yang ia hadapi tidak seperti yang ia pikir seharusnya terjadi.
Namun, lewat mazmur yang ditulisnya kita dapat belajar mengenai respons Daud yang luar biasa. Bisa saja Daud marah dan kecewa lalu memutuskan untuk menjadi biasa-biasa dengan Tuhan dan janji-Nya. Namun, ia memilih untuk menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan. Hal yang sama pula yang Tuhan mau kita lakukan saat keraguan akan penggenapan janji Tuhan datang menghinggapi kita. Hendaknya kita menguatkan kepercayaan kita dengan selalu dekat dan bersekutu dengan-Nya. Niscaya, akan ada kekuatan baru turun atas kita.
Mari umat Tuhan, sekarang tahu apa yang harus kita lakukan ketika keraguan akan Tuhan datang. Berikan respons yang tepat untuk mengatasinya. Datanglah kepada pribadi yang tepat dan kuatkan kepercayaan kita kepada-Nya.
Tuhan Yesus memberkati!