Markus 10:50-51 (50) Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus. (51) Tanya Yesus kepadanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang buta itu: “Rabuni (Rabi), supaya aku dapat melihat!”
Kisah tentang Bartimeus yang buta ini mungkin sudah berulang kali kita dengar, yaitu kisah seorang buta yang dicelikkan matanya oleh Yesus karena iman percaya kepada-Nya. Memang benar bahwa Bartimeus ini sebelumnya adalah seorang yang buta sejak lama, mungkin dari sejak ia lahir. Ia tinggal di sebuah kota yang bernama Yerikho. Yerikho merupakan sebuah kota yang kerap dilintasi oleh orang-orang beragama yang hendak pergi ke Yerusalem untuk beribadah dari arah barat daya. Bartimeus berpikir bahwa lokasi tempat ia mengemis cukup strategis karena dilalui oleh banyak orang dengan harapan mereka akan tergerak hatinya oleh belas kasihan untuk memberikannya sejumlah uang.
Namun seringkali yang terjadi bukannya belas kasihan yang ia peroleh, melainkan pengucilan, caci maki dan bahkan hinaan dari orang-orang yang merasa terganggu oleh teriakannya itu. Dari sekian banyak orang yang berlalu-lalang di hadapannya selama kurun waktu tertentu, terkumpullah sejumlah informasi tentang adanya seseorang bernama Yesus yang diduga adalah Mesias yang berasal dari keturunan Daud dengan segala tanda-tanda dan mujizat-Nya. Bartimeus memang tetap tidak bisa berbuat apa-apa selain menyimpan semua informasi tentang Yesus sedikit demi sedikit di dalam hatinya sambil berharap suatu hari ia dapat berjumpa dengan-Nya.
Berbeda dengan kebanyakan orang buta atau pengemis yang seringkali sudah terlanjur “merasa nyaman” dengan profesinya, dimana mereka lebih memilih hidup dari belas kasihan orang lain, Bartimeus justru memiliki kerinduan yang berbeda. Ia berusaha untuk keluar dari zona yang sangat tidak nyaman bagi dirinya ini. Ia ingin segera keluar dan melepaskan diri dari “jubah pengemis” nya tersebut. Itulah sebabnya, ketika sayup-sayup ia mendengar bahwa Yesus sedang berjalan melintasi kota Yerikho, bahkan sedang mengarah ke tempat ia berada, maka dengan hati yang tidak sabar untuk segera mengalami babak baru perubahan dalam kehidupannya, ia menantikan perjumpaan dengan Yesus dengan amat sangat. Segera setelah ia mengetahui bahwa Yesus sudah tidak jauh dari tempatnya, maka berteriaklah ia: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Ketika akhirnya Yesus berhenti dan memanggilnya datang, yang pertama dilakukan Bartimeus adalah menanggalkan jubahnya, lalu ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus.
Pelajaran penting dari kisah Bartimeus ini bukanlah semata-mata menceriterakan tentang seorang buta yang dicelikkan matanya oleh Yesus, namun tentang seseorang yang hidupnya ingin berubah dengan bersedia menanggalkan “jubah lama” yang telah sekian lama ia kenakan dan menggantinya dengan “jubah yang baru.”
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di akhir tahun 2015 ini. Ada suatu tahap baru (level baru) dalam kehidupan kita yang akan Tuhan percayakan bagi kita. Pada tahap ini hidup kita akan Tuhan angkat tinggi, namun untuk memasuki wilayah ini Tuhan mau kita terlebih dahulu menanggalkan “jubah kita yang lama” dan bersedia mengenakan “jubah yang baru.” Tuhan tidak akan tolong kita untuk membukakan “jubah kita yang lama”, ataupun memakaikan kita “jubah yang baru.” Tuhan mau kita sendirilah yang melakukan semuanya itu.
Beberapa hal yang dimaksud dengan jubah lama yang harus ditanggalkan:
(1). Hidup dalam kekotoran
Bartimeus atau “anak Timeus” ini memiliki arti “son of the unclean”, yaitu anak dari sesuatu yang kotor, najis, haram, dan cemar. Pada saat ia dipanggil oleh Yesus untuk mendekat, hal pertama yang ia lakukan adalah segera menanggalkan jubah kekotorannya. Para pengemis di masa itu diharuskan mengenakan sebuah jubah khusus pengemis guna membedakan dirinya dari orang biasa. Saat Bartimeus melepaskan jubah “unclean-nya”, ia tahu bahwa ia akan memperoleh sesuatu yang baru dari Tuhan. Dan sesuatu yang dari Tuhan adalah kudus sifatnya. Ia merasa tidak layak datang mendekat dengan pakaian kekotorannya itu sehingga ia memutuskan untuk tidak mempertahankan jubah kekotorannya, sebaliknya, memutuskan untuk menanggalkannya.
Bartimeus sesungguhnya sedang melakukan tindakan iman bahwa semua yang cemar, najis, haram, di dalam hidupnya, yang selama ini membuatnya buta dan menderita itu harus lepas dari hidupnya. Dan Tuhan Yesus berkata bahwa tindakan imannya itu telah menyelamatkannya. Apabila saat ini kita sadar bahwa masih ada hal-hal yang tidak berkenan yang mungkin masih kita pegang atau lakukan secara diam-diam, namun kita rindu untuk mengalami hidup yang diangkat tinggi oleh Tuhan, maka ambillah keputusan untuk segera menanggalkannya. Seringkali dosalah yang menjadi penghalang untuk seseorang menerima sesuatu yang luar biasa dari Tuhan (Yes. 59:2).
(2). Hidup dalam luka masa lalu
Jubah pengemis yang dikenakan oleh Bartimeus sudah begitu hangat melekat di tubuhnya. Jubah itu seakan-akan sudah menjadi tempat perlindungan yang paling aman bagi dirinya. Berbagai perkataan yang penuh hinaan, tindakan-tindakan kasar dari orang-orang yang merasa terganggu, air mata kepedihan, rasa kehilangan harapan dan masa depan sudah merupakan makanan sehari-hari bagi dirinya. Jubah tipis yang biasa dikenakannya bukan hanya dipakai untuk melindunginya dari hujan dan panas terik saja, namun juga digunakan sebagai “pelindung” dari segala macam tindakan yang dilakukan oleh orang-orang tersebut. Berbagai luka, kecewa, kepahitan dan sakit hati sudah menjadi satu di dalam dirinya.
Mungkin sudah begitu lama dan begitu banyak luka yang telah diderita Bartimeus. Ia hidup di dalam lukanya dan mulai mengasihani dirinya. Ia merasa betapa malang nasibnya, seakan-akan dirinyalah yang paling menderita dan orang lainlah yang paling bersalah atas dirinya. Namun Bartimeus menyadari bahwa tidaklah mungkin ia dapat mengalami hidup baru yang diubahkan dalam Kristus, apabila ia sendiri tidak mau melepaskan segala luka lamanya dan terus marah serta kecewa kepada diri sendiri dan orang lain. Itulah sebabnya, ketika ia mendengar Sang Mesias memanggil dirinya untuk datang mendekat, dengan segera ia menanggalkan luka masa lalunya.
Mari umat Tuhan, zona nyaman yang kita jalani tidak selalu berupa hal-hal yang menyenangkan dan nikmat, namun dapat berupa segala macam kekotoran, luka dan kepahitan yang tentu saja akan merugikan diri kita sendiri. Tuhan mau kita berani untuk menanggalkan semua itu dan mulai mengenakan hal-hal yang baru dari Tuhan. Ada level baru dari Tuhan yang sudah menanti untuk kita masuki, dengan berpakaian yang baru tentunya.
Tuhan Yesus memberkati!