Amsal 25:26 Seperti mata air yang keruh dan sumber yang kotor, demikianlah orang benar yang kuatir di hadapan orang fasik.
Ayat di atas merupakan salah satu amsal atau nasihat orang bijak gubahan raja Salomo yang berbicara tentang berbagai tipe manusia dengan segala tingkah lakunya yang patut dicermati oleh setiap orang percaya untuk menjadi cerminan hidup. Sejak dari zaman dahulu kala sampai sekarang, mata air merupakan sumber atau tempat keluarnya air dari hulu gunung yang dibutuhkan oleh banyak orang. Selain karena bersih dan jernih airnya, mata air dari hulu gunung biasanya belum terpolusi oleh pencemaran apapun. Kegunaan mata air yang bersih tersebut sangatlah beragam. Masyarakat sekitarnya ataupun manusia pada umumnya menggunakan air tersebut untuk keperluan hidup sehari-hari, bahkan binatang-binatang pun turut berebut untuk bisa mendapatkan dan menikmati air yang keluar dari mata air tersebut.
Tuhan menginginkan kehidupan setiap orang percaya seperti mata air yang jernih itu. Ada air murni yang terus menerus keluar dari dalam diri pribadinya untuk memberkati dalam banyak hal, mulai dari dinikmati langsung oleh orang-orang di sekelilingnya, hingga menjadi berkat bagi mereka yang jauh melalui aliran-alirannya. Namun sebaliknya, ketika mata air sudah tercemar dan tidak berfungsi sebagai sumber air yang bersih lagi, maka tujuan utama keberadaan mata air tersebut menjadi kabur, sehingga sudah tidak ada bedanya lagi dengan air biasa lainnya.
Penulis Amsal mengingatkan bahwa orang benar bisa kehilangan fungsinya sebagai orang benar, dan ia menyamakan kondisi orang benar yang demikian dengan kondisi mata air yang keruh. Dalam terjemahan aslinya digambarkan bagaimana manusia dan binatang liar mengaduk-aduk dan menginjak-injak sumber mata air sehingga air yang jernih bercampur baur dengan dasar lumpur yang di bawahnya sehingga kondisi air menjadi sangat kotor dan bahkan lebih kotor dibandingkan air lainnya.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita, bahwa hari-hari ini memasuki visi 2014, yaitu “Growing to Maturity”, Tuhan ingin setiap kita benar-benar menjalani kehidupan yang memberkati dan dapat dirasakan orang banyak secara nyata, mulai dari lingkungan terdekat yaitu, keluarga, gereja, hingga kehidupan yang lebih luas seperti pekerjaan, studi, usaha, dan lain-lain, layaknya mata air yang jernih dan memancar keluar. Tanpa membeda-bedakan apakah kita mau menjadi saluran berkat dalam hal materi, tenaga, nasihat yang menguatkan dan membangun, keuangan, keahlian, atau apapun yang baik yang kita miliki. Karena sudah bukan saatnya lagi kita melakukan segala sesuatu dengan dasar: “untukku dan untukku!”
Amsal mencatat bahwa air yang jernih bisa menjadi seperti air yang kotor dan keruh sehingga tidak dapat dinikmati lagi, apabila:
(1). Orang benar merasa kuatir di hadapan orang fasik
1 Pet. 5:7 Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.
Rasul Petrus dalam suratnya, menasihati para penatua yang tersebar di seluruh Asia kecil agar tetap kuat di tengah beratnya tantangan dan aniaya yang mereka hadapi dan menyerahkan segala kekuatiran mereka hanya kepada Tuhan sendiri. Karena dari Tuhanlah mereka mendapatkan hidup, menerima keselamatan, menerima kepercayaan sebagai pelayan-pelayan Tuhan, dan dari Tuhan pulalah mereka mendapatkan pertolongan dan jalan keluar. Kalau semua itu mereka dapatkan dari Tuhan, maka seburuk apapun situasi yang dialami, sudah sepatutnya mereka bawa seluruhnya kepada Tuhan, dan bukan kepada yang lain.
Ketika orang benar mengetahui bahwa sumber pertolongannya adalah dari Tuhan, maka ia dapat dengan mudah melayani orang lain, membawa dan menuntun orang-orang yang mengalami kekuatiran tersebut kepada Tuhan sebagai sumber segala pertolongan. Dan orang percaya bukan hanya bisa memperkenalkan Tuhan sebagai Penolong saja, melainkan juga sebagai Juru Selamat. Namun seringkali kenyataannya sangat menyedihkan. Bukan hanya tidak memperkenalkan Yesus sebagai Allah Penolong, banyak orang benar bahkan membeberkan segala kekuatirannya di hadapan orang fasik, bahkan parahnya lagi kepada orang-orang yang tidak mengenal Tuhan juga. Itu sebabnya penulis amsal mengatakan bahwa orang benar tersebut sebagai mata air yang keruh dan kotor yang turut menebarkan kekeruhan.
(2). Orang benar berkompromi dengan orang fasik (Terj. FAYH)
2 Tim. 4:2 Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.
Bukanlah tugas yang mudah bagi Timotius muda untuk melaksanakan pesan Rasul Paulus, bapa rohaninya, untuk memberitakan firman, karena ia menyadari bahwa tugas pemberitaan itu tidak berarti sekedar bisa berkotbah atau membagikan ayat-ayat Alkitab saja, namun juga berbicara tentang keselarasan antara kehidupannya dengan firman yang ia beritakan. Bahkan tugas memberitakan firman mencakup keberanian menyatakan apa yang salah, menegor dan menasihati dengan segala kesabaran. Itulah sebabnya rasul Paulus berani menugaskan Timotius sebagai seorang gembala muda di kota Efesus yang sarat dengan segala kenikmatan dunia.
Hari-hari ini dibutuhkan pemfungsian peran seluruh gereja Tuhan untuk ambil bagian dalam menerangi dunia yang gelap ini. Namun seringkali didapati bahwa jangankan menerangi dunia dengan memberitakan kebenaran firman, ternyata didapati banyak orang percaya yang masih sungkan untuk menyatakan kebenaran, bahkan lebih parah lagi mereka ikut ambil bagian dan berkompromi bersama-sama dengan orang fasik. Menyetujui pemikiran-pemikiran dan sepakat dengan perbuatan-perbuatan orang fasik. Amsal berkata orang benar tersebut bagaikan mata air yang keruh dan kotor yang turut menebarkan kekotoran.
Umat Tuhan, seringkali kita berpikir bagaimana caranya menjadi dewasa di dalam Tuhan, namun bersyukur kalau Tuhan terus memberikan tuntunannya kepada kita hari lepas hari. Tuhan tidak memerintahkan kita untuk melakukan hal-hal yang sulit untuk menjadi berkat, tetapi mulailah dengan tidak menyatakan kekuatiran kita di hadapan orang fasik. Beritakanlah firman, pertama-tama dengan cara tidak berkompromi dengan orang fasik. Bangunlah kehidupan orang lain, dengan terlebih dulu tidak mengorbankan integritas dan keteguhan iman kita di hadapan mereka yang lemah imannya.
Tuhan Yesus memberkati!