Roma 12:16 Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!
Bagian dari surat Roma yang ditulis oleh rasul Paulus ini tidak hanya berbicara tentang keselamatan yang diperoleh secara cuma-cuma karena kasih karunia melalui iman percaya kepada Yesus Kristus saja, tetapi juga berbicara tentang bagaimana mengerjakan dan menerapkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai kehidupan yang sudah diubahkan dalam Kristus tersebut, sehingga keberadaan orang-orang percaya nyata-nyata menjadi berkat di dalam segala bidang kehidupannya, baik bidang sosial, sipil, moral, dan lain-lain. Betapa lengkapnya kabar keselamatan yang ditulis oleh rasul Paulus ini. Ayat di atas merupakan salah satu ayat yang mengajarkan bagaimana kita harus bersikap sebagai umat Tuhan yang sudah diselamatkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Keselamatan yang sudah diterima di dalam Kristus seharusnya tidak membuat kehidupan kekristenan kita menjadi pasif dan mengisolasi diri, atau bahkan bersikap eksklusif. Sebaliknya, Tuhan mau kita bisa berbaur di tengah-tengah kehidupan masyarakat umum dengan segala keragaman tingkat sosialnya. Melalui pesan Tuhan minggu ini, kita terus diingatkan untuk tampil sebagai pribadi-pribadi yang memancarkan keaslian kita sebagaimana layaknya anak-anak Tuhan yang sejati, sambil terus memancarkan kasih dan mendemonstrasikan kedahsyatan kuasa Allah tentunya. Tuhan tidak mau kita tampil dengan cara sengaja melebih-lebihkan diri untuk menutupi “keaslian” kita, dengan tujuan agar terlihat lebih “hebat”, lebih “tinggi” atau lebih “pintar”, dari keberadaan kita yang sesungguhnya.
Tuhan lebih menyukai kekristenan sejati atau asli dan apa adanya dibandingkan dengan hidup kekristenan yang diwarnai kepalsuan dan kemunafikan. Mahatma Gandhi pernah berkata bahwa ia mungkin sudah menjadi seorang pemeluk agama Kristen, sekiranya ia pernah bertemu dengan seorang Kristen sejati. Artinya, betapa sulitnya menemukan seorang Kristen sejati yang hidupnya berdampak bagi kehidupan orang banyak. Melalui visi Generasi Terang ini, kiranya Tuhan mendapati lebih banyak lagi pribadi-pribadi Kristen sejati seperti yang Ia rindukan.
Apakah yang dimaksud dengan kekristenan yang sejati atau asli?
(1). Menjadi diri kita seutuhnya di dalam Kristus
Efesus 2:10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
Kata ‘buatan Allah’ (Yun. : poiema) mengandung arti hasil pekerjaan tangan Tuhan, atau karya seni yang mahatinggi (masterpiece) dari Tuhan. Tuhan telah menciptakan kita dengan cara luar biasa, begitu unik dan tidak ada duanya di dunia ini, dengan suatu maksud dan tujuan ilahi, yaitu melakukan pekerjaan baik yang telah dirancang-Nya sejak awal bagi setiap kita. Artinya, tiap-tiap kita, masing-masing didesain secara khusus untuk mencapai suatu tujuan ilahi yang luar biasa, yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Seringkali, masih didapati banyaknya anak Tuhan yang tidak merasa nyaman dengan dirinya sendiri, cenderung merasa minder, bahkan seringkali menuntut pengakuan dari lingkungan melalui penghargaan atau pujian dari orang lain. Orang-orang seperti inilah yang seringkali berperilaku tertentu agar terlihat ‘hebat’ dan menjadi seperti orang lain yang dianggap memiliki pengaruh luas di masyarakat, misalnya tokoh-tokoh selebriti terkenal, baik sekuler ataupun rohani.
Tanpa kita sadari, di luar sana, justru banyak orang sesungguhnya sedang mencari kebenaran dan ingin menjalin hubungan dengan kita, dengan keaslian dan kebersahajaan kita, dengan kepolosan dan kepribadian kita yang tulus di dalam Kristus. Dunia ingin melihat dan merasakan kuasa dan kasih Tuhan bekerja dengan uniknya melalui diri pribadi kita.
Sepanjang pelayanan-Nya di bumi, banyak orang tidak percaya mengenal Yesus sebagai seorang anak tukang kayu, sesosok pribadi yang sangat sederhana, namun memiliki kuasa ilahi yang begitu luar biasa, yang ditunjukkan-Nya melalui perkataan dan perbuatan-Nya. Yesus sungguh-sungguh merepresentasikan keberadaan Allah Bapa di Sorga melalui kehidupan-Nya yang bersahaja.
(2). Tidak hidup dalam kepura-puraan (apa yang ada di dalam terlihat nyata di luar, apa adanya)
Yohanes 11:35-36 Maka menangislah Yesus. Kata orang-orang Yahudi: “Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!”
Itulah ekspresi hati Yesus yang Ia perlihatkan di depan orang banyak ketika Ia melihat Maria tersungkur di depan kaki-Nya, menangis dengan harapan agar Yesus melakukan sesuatu bagi Lazarus, saudara Maria yang sudah meninggal. Yesus tidak mencoba menutup-nutupi kesedihan hati-Nya dengan berpura-pura tegar agar terlihat lebih berwibawa di hadapan orang banyak ketika itu. Suatu hari lain, ketika Yesus melihat orang-orang sedang berjual-beli di halaman Bait Allah, lalu Ia mengusirnya bahkan membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati untuk menyatakan teguran-Nya supaya mereka tidak menjadikan Rumah Allah sebagai sarang penyamun. Kenyataannya, pada waktu itu memang orang-orang yang berjual beli tersebut sedang menyalahgunakan Bait Allah untuk kepentingan dirinya sendiri. Lagi-lagi Yesus mengekspresikan diri-Nya seperti apa adanya, tanpa kepura-puraan.
Tuhan tidak mau kita bersikap berpura-pura dengan mencoba menutup-nutupi apa yang ada di dalam diri kita dengan tujuan agar terlihat hebat. Apabila kita melakukan kesalahan terhadap orang lain, segeralah nyatakan penyesalan kita dengan meminta maaf kepada orang tersebut. Apabila kita mau menyatakan pendapat yang berasal dari diri kita sendiri, nyatakanlah pendapat tersebut apa adanya tanpa harus menutup-nutupi dengan berkata ini dari si-A, si -B atau bahkan mengatasnamakan dari Tuhan, sehingga orang tidak dapat menyalahkan apa-apa, dan lebih jauh lagi, berharap akan menerima pujian.
Apabila kita rindu untuk menjadi orang percaya yang berdampak besar dan menggarami, mulailah dengan memiliki kehidupan yang ditopang oleh perkataan dan tindakan yang selaras dengan hidup yang kita jalani itu.
(3). Memiliki visi ilahi yang jelas dan menjalaninya dengan penuh tanggung jawab
Yohanes 19:30 Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
Sejak semula Yesus sudah menangkap tujuan keberadaan-Nya di bumi, yaitu melaksanakan dan menyelesaikan seluruh kehendak Bapa di Sorga dengan mati di atas kayu salib untuk menebus dosa seluruh umat manusia, dan Ia selesaikan itu semua dengan penuh tanggung jawab seberapapun mahalnya harga yang harus Ia bayar.
Hari-hari ini masih banyak ditemukan orang-orang percaya yang menjalankan kehidupan dan pelayanannya tanpa visi dan tujuan yang jelas dari Tuhan. Umat Tuhan, marilah kita membangun persekutuan dengan Tuhan supaya kita mengerti rancangan, visi, dan tujuan Tuhan bagi kita dan kemudian menjalaninya dengan penuh tanggung jawab. Barangkali ada di antara kita yang pernah mendengar tentang gugurnya petugas-petugas pemadam kebakaran karena tertimbun reruntuhan gedung WTC di Amerika beberapa tahun yang lalu. Setidaknya, kita dapat belajar sesuatu dari sikap mereka, yaitu menjadi orang yang mau berdiri dan bertanggung jawab atas tugas yang dipercayakan kepada mereka, meskipun harga yang harus dibayar sangat mahal. Hari-hari ini, Tuhan mau gereja-Nya tetap mau berdiri di atas visi yang Tuhan percayakan bagi mereka dan menghidupinya dengan penuh integritas dan keberanian.
Umat Tuhan, kita kembali diajar tentang makna menjadi diri kita sendiri apa adanya, yaitu menjadi umat Tuhan yang sejati, yang otentik, yaitu orang percaya yang menjalani kehidupan yang dapat dibaca oleh semua orang dengan jelas.
Tuhan Yesus memberkati!